MHT 16

67.9K 1.3K 5
                                    

vote komen ya

———

Hari-hari pasangan itu semakin romantis saja. Apalagi sejak percintaan mereka kemarin, hati keduanya seperti sudah saling menyatu dan mantap menentukan siapa pemiliknya.

Usai sudah izin libur yang mereka ambil. Shey dan suaminya harus kembali ke sekolah. Si perempuan untuk belajar sedangkan laki-lakinya untuk mengajar.

Orang tua Aksel sudah kembali dari pengungsian mereka di rumah satunya. Diam-diam Aksel mengucapkan terima kasih kepada keduanya karena telah memberikan waktu berduaan dengan Shey. Hingga akhirnya ia bisa membobol istrinya itu.

"Sarapan dulu, sepatunya biar mas yang pakein." ucap Aksel saat melihat istrinya menyantap roti sambil memakai sepatu. Laki-laki itu sudah selesai dengan sarapannya sejak beberapa menit yang lalu.

Shey menolak menggeleng. "Aku bisa pake sendiri. Mas duduk aja."

Erwin dan Arin saling tatap dengan senyum. Baru ditinggal berapa hari untuk berdua, sudah seromantis ini. Padahal saat awal pertemuan terlihat keengganan.

"Gapapa. Sebentar lagi masuk, nanti kamu telat." Aksel berjongkok di depan sang istri. Mengambil sepatu Shey dan memakaikannya di kaki kiri istrinya itu. Kemudian berganti dengan kaki kanan yang masih hanya terbungkus kaos kaki.

Aksel berdiri. Merapikan anak rambut sang istri yang terlihat berantakan. Bukannya Shey tidak bersisir, tetapi tingkah polah wanita muda itu yang menyebabkannya.

Akhirnya sarapan Shey selesai juga. Gadis itu menatap sang suami yang menyuruhnya pamit kepada kedua orang tua Aksel. Shey berdiri menuju kedua mertuanya. Menyalami keduanya dan pamit untuk berangkat ke sekolah. Aksel pun melakukan hal yang sama.

"Mas, nanti turunin aku sebelum sekolah aja ya. Takut ada yang liat." ucap Shey saat ia dan sang suami sudah berada di dalam mobil. Bahkan mobil yang dikendarai Aksel sudah melaju.

"Bilang aja ga sengaja ketemu. Trus mas nebengin kamu." jawab Aksel santai.

Shey melirik sinis sang suami. "Udah banyak yang pake alasan itu, mas. Yang lain dong biar lebih masuk akal."

"Kamu ponakan mas. Atau saudara mas yang baru ketemu lagi."

Shey menggeleng-geleng. "No, no. Udah banyak juga yang pake alasan itu. Ganti ganti. Yang bisa buat semua orang percaya."

Aksel tampak berpikir keras. Sebenarnya bisa saja ia menurunkan Shey di dekat sekolah seperti permintaan istrinya itu. Tetapi ia tidak mau melakukannya. Takut terjadi apa-apa atau sesuatu yang tidak diinginkan pada sang istri.

Asyik berpikir membuatnya tidak sadar bahwa mobil yang dikendalikannya sebentar lagi memasuki kawasan sekolah. Shey sudah menepuk-nepuk bahunya meminta berhenti dan diturunkan di halte.

Ciiit. Mobil Aksel berhenti. Mengerem mendadak bukan karena tepukan sang istri. Tetapi karena ada sesuatu yang menahan mobilnya untuk melaju. Dua manusia menghadang mobilnya.

Dua manusia berjenis kelamin laki-laki itu mendekat ke arah mobilnya. Tepatnya di pintu sebelah kanannya dan mengetuk kaca mobil. Seolah menyuruh Aksel untuk membukanya.

Aksel menggerakkan tuas untuk menurunkan kaca mobil. Perlahan kaca hitam itu bergerak turun menampilkan keadaan mobil dan dua manusia pengetuk kacanya.

"Bang Hisyam?! Kak Samuel?!" seru Shey. Iya, dua orang yang menghadang mobil Aksel adalah Hisyam dan Samuel.

"Ada apa?" tanya Aksel.

"Mon maap pak, bisa tolong bukain dulu pintu belakangnya? Saya mau masuk." ucap Hisyam. Tangannya menunjuk pintu belakang mobil yang memang terkunci.

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang