Prolog

5 2 1
                                    

"Silla berangkat ya ma, nanti kalau Silla telat pulangnya berarti ke rumah nenek dulu ya!" Ujar gadis berambut panjang nan imut itu. Namanya Silla Queenessa.

Memiliki mata besar, hidung sedikit mancung, kulit putih dan pipi sedikit berisi. Silla memiliki tinggi 149 cm dengan berat badan 39 kg. Ideal bukan? Iya ideal untuk anak SMP, sedangkan Silla sudah SMA. Sifatnya seperti papanya, keras kepala dan pantang kalah. Dia mudah menangis, jadi dia selalu di perlakukan baik oleh abangnya.

"Iya sayang, hati-hati di jalan ya, nak!" Mama Silla mencium pipi putrinya kanan kiri.

"Siap bos!" Silla berdiri tegap dengan gaya hormatnya. Keduanya tekekeh bersama. "Dadah mama!" Silla berlalu menuju keluar kompleks agar tidak ketinggalan bis sekolah.

Sepanjang perjalanan Silla selalu tersenyum. Senyuman yang di sukai orang-orang di sekitar situ, senyuman yang mereka lihat setiap pagi. Siapa yang tidak mengenal Silla di kompleks ini? Tidak ada. Karena sifat ramahnya Silla di kenal baik oleh orang-orang sekitarnya.

"Selamat pagi, Pak Hari!" Sapa Silla pada satpam kompleks.

"Pagi juga, neng Silla!" Pak Hari membalas senyum serta sapaan Silla. "Nunggu bis neng?"

"Iya nih pak, kayaknya Silla kecepatan berangkat nya." Silla nyengir karena lupa melihat jam tadi sebelum berangkat.

"Ya sudah atuh neng, paling bentar lagi nyampe bis nya. Sini duduk dulu atuh." Pak Hari memberikan kursi plastik ke Silla.

"Makasih, Pak!" Silla duduk sambil menatap sekitar. Kakinya ia gesek-gesekkan ke lantai.

"Neng Silla gak pernah lagi berangkat pakai motor, kenapa atuh neng?" Tanya pak Hari mulai berbasa-basi.

"Gak di bolehin mama pak, soalnya jauh ke sekolah yang sekarang dari yang dulu." Ujar Silla menjelaskan.

"Ooh, begitu neng." Pak Hari manggut-manggut paham. "Itu neng bis nya sudah sampai!"

Silla berdiri dari duduknya, "Silla pergi dulu ya pak, makasih udah nemanin!" Silla segera berjalan menuju bis sekolah.

💞💞💞

"Bunda! Mana sepatu abang satu lagi yang hitam?!" Teriak seorang lelaki menggema di seluruh rumah.

"Astaghfirullah nak! Makanya kalau nyari pakai mata, itu apa tuh di samping sepatu biru kamu?" Untung saja sang bunda adalah orang yang sabar, kalau tidak kepalanya sudah benjol akibat spatula di tangan bundanya.

"Hehe! Yaudah bun, abang berangkat dulu ya!" Sambil mencium tangan sang bunda.

"Hati-hati ya nak! Kalau udah sampai kabarin bunda! Bawa motor jangan ngebut ya, rajin-rajin kuliahnya!" Nasehat sang bunda kepada putra sulungnya.

"Iya bunda." Lalu beralih pada sang Ayah. "Yah, abang berangkat dulu!"

"Iya, hati-hati di jalan!" Cuma ucapan singkat.

Setelah itu ia segera menaiki motor Vario merah kesayangannya. Motor yang selalu ia jaga seperti pacar. Jomblo memang gitu.

Panca Mahardhika. Usianya sekarang menginjak 22 tahun, anak sulung dan memiliki satu adik perempuan dan satu adik laki-laki.

Memiliki wajah tegas, tinggi 186 cm dan kulit sawo matang. Ia adalah orang yang keras kepala, sulit di bantah, cuek, dan sedikit dingin. Kalau marah hanya diam dan gak akan bertindak.

Sekarang Panca sedang berkuliah di sebuah perguruan tinggi negeri. Jurusan Administrasi Negera. Dia bukan anak ambis ataupun pintar, tapi dia adalah orang yang berkomitmen tinggi.

💞💞💞

Silla melangkah santai menuju kelasnya. Semua orang tersenyum padanya kadang juga ada yang menyapa dan melambaikan tangan padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PancaSillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang