1

15 3 1
                                    

Allena Arshavina, pemilik nama seseorang yang kini tengah beradu pandang dengan seorang perempuan yang baru saja mengantri makanan di kantin. Perempuan berambut panjang dengan postur tubuh lumayan tinggi itu sepertinya tengah menahan emosi. Tercetak jelas dari raut wajahnya. Giginya menggertak, kedua alis ditekuk begitu saja.

Sebenarnya bisa saja Allena tidak marah. Ia ingin bodo amat seperti yang biasa dilakukan salah satu abangnya. Ia biasa saja ketika es teh nya dijatuhkan oleh perempuan itu hingga hampir menggenang di lantai. Untung saja Prima, sahabtnya, dengan cepat memanggil salah satu petugas kebersihan kantin. Kalau tidak bisa saja anak lain terpeleset atau bahkan apalah

Namun sang ahli kompor adalah biang keroknya, Abimanyu Jiwa. Bukan dalam maksut pintar memperbaiki tempat memasak itu, tetapi Jiwa sangat ahli mengompor ngompori seseorang.

"Sengaja deh Len keknya. Gua tadi liat bibirnya kek senyum miring gitu, gak minta maaf kan buktinya? marahin Len marahiin buruan"

Demi Bang Vano sang ketos yang sangat bucin kepada semangka, Prima benar benar ingin menggampar muka Jiwa dengan wajan gosong kantin. Bisa bisanya Jiwa masih menyulut api di kala wajah Lena sudah memerah menahan amarah.

"Diem lu kadal" Prima mendorong wajah Jiwa dari samping hingga nyaris terjungkal, "itu si Lena udah merah wajahnya diem kek!"

"sakit atuh Prim kepala abang ganteng ini" Jiwa mengelus ngelus kepalanya yang terasa nyeri, "tanggung jawab lu"

"TANGGUNG JAWAB PALA LU, TUH SI LENA EMOSI GEGARA LU BANGSUL!!"

Prima tidak sadar. Suaranya yang hampir sama dengan speaker rumah Lena itu mengundang atensi semua orang di kantin untuk menoleh ke arah meja mereka. Ia baru sadar jika ia menjadi pusat perhatian karena Erlangga yang sedang lewat menaboknya menggunakan buku sketsa yang dimana saja ia bawa.

"malu gue gilaa" Prima menelungkupkan wajahnya kelipatan tangan sambil sesekali meringis kecil.

"makanya lu gausah kebanyak gaya nurdin"

Allena sedikit tertawa ketika melihat interaksi kedua sahabatnya sejak SMP itu yang kini tengah asyik saling menjambak rambut satu sama lain. Ia sebenarnya ingin sekali menjambak poni Jiwa seperti yang dilakukan Prima sekarang. Namun niatnya ia urung dikala ia mengingat ia sekarang di fase badmood.

"udah aelah kalian berdua ribut mulu tiap hari kayak Tom & Jerry" ujar Allena menengahi keributan keduanya.

Awalnya mereka tidak mendengarkan perkataan Allena. Namun suara berat Jevan menginterupsi keributan keduanya.

"lagi ngapain?"

Prima praktis menengok kesamping tatkala mendengar suara sang pujaan hati tiba tiba hadir di telinganya, "e-eh kak Jevan. Kenapa kak?"

"Pft.." Jevan menahan tawa begitu mendengar perkataan Prima. Eye smile nya muncul begitu saja, tentu saja hal ini membuat jantung Prima berdetak tak karuan, "kakak nanya, kamu balik nanya Prim? ahaha.."

Sementara Allena, perempuan itu tak berhenti menatap Prima yang sangat terlihat kikuk serta salting ketika menatap Jovan. Wajahnya kini terlihat seperti ubi rebus.

"e-eh iy-iya ya kak. ahahah.."

Allena kini beradu pandang dengan Jiwa. Seperti telepati, ia dan Jiwa sepertinya memiliki pikiran yang sama. Mereka berdua kompak menahan tawa ketika Jovan mengajak ngobrol Prima. Sebenarnya biasa saja bagi mereka berdua, namun Prima terlihat seperti jaim jaim begitu.

"kenapa deh mas kesini?" tanya Allena akhirnya, setelah capek menahan tawa tentu saja.

Jevan langsung menolehkan pandangan ke Allena sambil menjentikkan jarinya, " oh iya mas lupa. Anyway kenapa deh lu tadi dek?"

Allena x nct dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang