N: Cast dalam cerita bisa bertambah atau berkurang, tetapi untuk saat ini kita pengenalan dua tokoh utama dalam cerita.
"Park Jaechan, kalau orang bilang dia ini terkenal di bidang pekerjaan. Salah satunya dia menjadi photoshot, namun karirnya berubah dratis setelah bertemu dengan laki laki yang merupakan masa depan dia nanti."
"Jeon Doyum, prinsipnya cukup satu. Menjauhi Jaechan dan mengabaikan perlakuan baik Jaechan kepadanya. Ia tidak peduli, mau seberapa perhatian Jaechan tetap ia abaikan."
💭
"Oyum bisa senyum ndaa cih? Jae mau lihat Oyum senyum."
Saat ini mereka berdua ada di perusahaan milik keluarga Jeon. Kebiasaan Jaechan setelah melakukan photoshot, langsung pergi kesana untuk menemui Doyum.
"Kamu gausah berisik, saya lagi kerja."
"Jae ganggu Oyum yya? Jae pulang ke rumah kalau gitu."
"Jika perlu tidak usah balik."
Perkataan Doyum yang baru dilontarkan membuat Jaechan sedikit sakit hati, pada akhirnya ia mengurung niat pulang kerumah dan memilih kembali ke tempat photoshot untuk menginap disana.
Sebenarnya Jaechan punya rumah sendiri, tetapi permintaan kedua orang tua pihak jadi Jaechan harus tidur dirumah Doyum. Berpisah kamar lebih tepatnya, Doyum tentu merasa tidak nyaman ketika ada orang asing tidur di kamarnya. Apalagi Jaechan.
"Kemana anak itu? Bi, ada lihat Jaechan sudah pulang?"
"Tidak ada, mungkin masih ada jadwal photoshot tuan."
Setelah mendengar hal itu, Doyum menyusul Jaechan ke tempat dimana Jaechan bekerja saat ini.
"Jaechan ada di dalam? Jadwalnya hari ini yakali belum beres bangsat."
"Sabar atuh pak, dia bilang akan kembali tidur disini. Dia ada di kamarnya."
"Ck, menyebalkan. Terimakasih."
Satu persatu ruangan Jaechan lewati dan akhir menemukan kamar Jaechan.
"Pulang kamu."
"Gak mau, Oyum pulang sendiri sana."
"Saya hanya bercanda, pulang. Gausah layaknya anak manja."
"Jae gak mau pokok na. Oyum galak bannet."
"Pulang sekarang atau perlu saya seret?"
Jaechan mengalah, membereskan barangnya yang penting lalu pulang bersama Doyum. Sepanjang perjalanan, Jaechan diam dan menjadi orang bisu seketika. Tidak seperti biasa menurut Doyum. Apa karena ia meminta tersenyum sebentar tetapi tidak diberikan?
"Turun, sudah sampai."
Sekali lagi tanpa satu kata, Jaechan langsung turun dari mobil dan menuju ke dalam rumah. Tidak peduli lah, pikir Doyum yang memarkirkan mobilnya.
"Jaechan sudah pulang? Sudah makan? Jika belum, ingin bibi masak apa sayang?"
"Euh, Jae lagi gak lapar bi. Tunggu Jae lapar pasti makan kok."
Jaechan tersenyum sebentar dan pergi ke kamarnya diatas.
"Tuan, dia tidak papa kan?"
"Tidak apa, biarkan saja."
Doyum tentu tidak ambil pusing, lagian ia juga tidak peduli dengan keadaan Jaechan.
Tepat di jam dua pagi, Doyum terbangun karena mimpi buruknya. Disitu Jaechan sedang menangis, Doyum juga tidak mengerti maksudnya seperti apa. Karena khawatir terjadi sesuatu, ia pergi ke kamar Jaechan dan tanpa aba aba mendobrak pintu kamar Jaechan.
"OYUM NGAPAIN? JANGAN DI DOBRAK PINTU NA."
Yang pertama kali Doyum lihat adalah obat obatan juga ada beberapa tisu yang berserakan lantai kamar Jaechan.
"Kamu habis ngapain? Obat ini punya siapa?"
Doyum melihat beberapa obat di tempat tidur Jaechan, ia ambil salah satu dan takaran minumnya tidak biasa.
"Jae bisa jelasin sama Oyum..."
Doyum mengusap wajahnya secara kasar, ia duduk di samping Jaechan. Tanpa disadari, Doyum memeluk Jaechan.
"Maafkan saya untuk dikantor tadi, saya mendapatkan mimpi buruk yang berakhir ternyata benar terjadi."
"Kata dokter sekitar beberapa tahun yang lalu, Jae punya penyakit bawaan dari keluarga. Tapi Jae masih sehat kok, cuma Jae mau bertemu dengan orang tua Oyum atau orang tua Jae. Jae juga mau lihat Oyum senyum, tapi Oyum selalu nolak dan bilang itu tidak penting. Maafin Jae yya."
"Kenapa tidak cerita dari awal? Memangnya kau mau cepat mati hah?"
"Iya, Jae mau mati kalau perlu. Ndaa ada yang peduli sama Jae selain bibi ataupun orang tua Oyum."
Perkataan Jaechan membuat Doyum sakit hati dan tiba tiba kepikiran. Apa selama ini perlakuannya salah?
"Kamu mau melihat saya tersenyum? Hanya dua itu permintaan mu?"
"Jae yakin kok."
Doyum melepaskan pelukannya dan menatap mata Jaechan.
"Seperti ini? Jaechan suka?"
Jaechan kembali tersenyum seperti biasa. Ia senang bisa mendapatkan senyum Doyum.
"Yeay Jae dapat senyum Oyum. Jae suka."
Doyum sedikit lega. Karena menjelang semakin malam dan menuju pagi hari, Doyum menemani Jaechan tidur di kamarnya.
"Oyum bobo di kamar Oyum aja, Jae bisa bobo sendiri kok."
"Saya khawatir jika terjadi sesuatu yang lebih parah dari yang tadi. Saya tidur disini juga tidak apa. Kamu harus istirahat, cepat sembuh anak baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET LOVE - DOCHAN
FanfictionJeon Doyeom, seseorang yang diberikan peringatan agar terus mengawasi dan bersama Jaechan ketika diperlukan. Hal tersebut membuat semakin membuat mereka berdua berjauhan hari demi hari. Di satu kejadian utama, mereka menerima nasib baru yang harus d...