LIMERENCE 50

8.2K 814 30
                                    

Update! Siapa yang nungguin ☝️

Selamat membaca. Jangan lupa vote dan komentarnya ya maniez 😽

🌼🌼

Karina mencoba fokus ke dalam pekerjaan. Beberapa menit tadi dia mencoba menenangkan dirinya yang gemetaran. Makian Jesica mendadak membawanya kembali bernostalgia ke tempat di saat Karina di maki Ibu dari Ardhani. Ketakutan itu kembali muncul di iringi kecemasan yang berlebihan. Untung saja hari masih pagi dan toko masih bersiap untuk buka. Karina bisa menenangkan diri lebih dulu sebelum memulai pekerjaannya.

Hari ini ada satu pegawai baru yang akan membantu Karina melayani pelanggan yang datang memesan. Karena itu sekarang Karina punya waktu istirahat beberapa menit untuk makan siang sebelum bergantian dengan pegawai baru bernama Zain.

"Rin, kenapa bengong terus? Buruan di makan," tegur Ilham.

Karina terkesiap. Dengan cepat perempuan itu mengangguk dan mulai menyendok kan nasi yang sedari tadi hanya di aduk-aduk ke dalam mulutnya.

Karina tidak makan sendirian. Dia di temani Ilham dan Glara yang juga sedang istirahat dan makan siang di ruang khusus pegawai.

"Jangan banyak melamun. Cepat makannya, kasian Zain menunggu, dia juga harus segera makan." Glara menyahuti dengan nada sedikit memerintah.

Karina mendadak tidak enak. Dia berpikir sudah membuat kesalahan padahal dia pegawai baru di sini. Dia harus sopan dan berperilaku baik. Tapi tidak tahu kenapa hari ini Karina memang tidak bisa fokus ke dalam pekerjaannya. Dia masih takut meski seharusnya Karina tidak harus merasakan itu.

"Sepertinya aku sudah selesai," kata Karina. Menutup kotak bekalnya yang masih terisi penuh.

Karina tidak mau membuat Zain menunggu lama. Dia harus sadar kalau dia sedang bekerja dan tidak boleh bermalas-malasan.

"Kamu baru makan sesuap," sahut Glara.

Karina tersenyum tipis. "Aku sedang tidak lapar."

"Makan yang banyak," kata Glara.

Karina mengerjap. "Ah tidak usah. Aku tidak mau─"

"Aku tidak tahu masalah apa yang sedang kamu pikirkan sekarang. tapi kamu tidak bisa egois juga. Kalau nanti kamu pingsan cuma gara-gara tubuh kamu tidak di beri asupan makanan, yang repot siapa? Habiskan dulu makan mu setelah itu baru kembali bekerja," ketus Glara. Perempuan itu menutup kotak bekalnya yang sudah habis.

Ilham yang ada di antara mereka menunduk ngeri mendengar ucapan ketus Glara. Setalah melihat perempuan itu Ilham menatap Karina yang terdiam lalu berbisik.

"Yang di katakan Ara benar, Rin. Jangan di ambil hati ya, dia memang ketus tapi sebenarnya dia orang yang baik kok," ujar Ilham.

Karina menunduk dengan napas berat dia kembali membuka kotak bekal di tangannya. "Aku tahu. Memang aku yang salah."

"Sudah, jangan menyalahkan diri sendiri juga. Lebih baik segera habiskan makanan kamu ya." Ilham mencoba mengiburnya. Tidak lama laki-laki itu bangkit karena makan siangnya sudah selesai. "Aku lanjut kerja dulu."

Karina mengangguk. Dia menatap kotak bekal yang ada di pangkuannya dengan tatapan nanar. Karina sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan Glara tadi. Hanya saja dia menyalahkan dirinya sendiri, kenapa dia harus selalu memikirkan sesuatu yang tidak perlu dia pikirkan. Kalau seperti ini terus bagaimana dia bisa menata masa depannya untuk Javas? Apa yang Glara katakan memang benar. sebesar apa pun masalahnya, kesehatan tubuhnya jauh lebih berharga daripada apa pun. Karena kalau dia sampai sakit, semua orang akan di repotkan. Lantas setelah itu siapa yang akan mengurus Javas? Karina tidak mau merepotkan siapa pun lagi.

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang