Lima: Permohonan Maaf River

43 5 0
                                    

Claire celingak-celinguk saat keluar dari kelasnya. Tidak ada sosok River yang sedang menunggunya di samping pintu masuk seperti tadi pagi. Dia merasa sudah terlanjur basah. Biarlah Nely mengetahui masalah mereka berdua dan menilai buruk Claire. Tidak apa-apa. Kenyataannya Claire memang sedikit bersikap 'buruk' kepada River. Sudah dua hari dia mendiamkan River.

Pesan-pesan dari River ditinggalkan dalam keadaan tidak terbaca. Sudah berapa banyak River mengiriminya pesan singkat? Mungkin sudah puluhan. Lalu bagaimana dengan telepon? Sudah puluhan kali juga Claire membiarkan telepon dari River tidak diangkat.

Ya, River sudah berusaha memperbaiki hubungan mereka di saat River sendiri tidak tahu apa yang salah darinya. Claire tahu betul betapa baik hatinya River selama ini mereka bertetangga sekaligus berteman dekat. Apakah Claire akan melupakan semua kebaikan River begitu saja hingga tak tersisa lagi di dalam hati dan memori otaknya?

Jawabannya, entahlah. Claire tidak tahu.

Langkah kaki Claire membawanya untuk menghampiri perpustakaan sekolah mereka. Dia ingin meminjam beberapa novel. Membaca novel dapat menenggelamkan pikirannya dari masalah apa pun yang saat ini sedang dihadapinya. Membaca membantunya melupakan kesulitan-kesulitannya sejenak.

Claire yang sulit berteman. Claire yang suka membangun jarak dengan orang lain. Claire yang cenderung pendiam dan sulit mengekspresikan perasaan yang sesungguhnya. Claire yang selalu tidak ingin menonjol di mana pun dia berada. Claire yang senang mengasingkan diri di tempat yang sunyi.

Apakah sempat terpikir untuk mengubah sikapnya yang sulit itu? Claire tidak yakin dia benar-benar ingin berubah. Dia pasti gila jika ingin mengubah karakternya yang sudah dia miliki mungkin sejak masih orok.

Claire menatap dua novel di tangannya seraya memperhitungkan River yang telah berjalan menuju arah pulang bersama Nely. Hingga sebuah suara mengejutkannya.

"Udah aku duga kamu bakal ke sini dan meminjam novel."

Claire terkesiap. River telah menunggunya di depan pintu masuk perpustakaan. Dia menyandarkan punggungnya sambil melipat tangan di depan dada, gaya khas laki-laki (sok) cool yang sering Claire temukan dalam sinetron roman picisan. Walaupun Claire harus mengakui bahwa sosok River sendiri benar-benar terlihat cool saat berpose seperti itu.

"Jadi, kamu bakal tetap diam? Nggak mau bilang apa yang mengganggu pikiran kamu?" tanya River, sama sekali tidak ada nada menghakimi pada suaranya.

"Nely di mana? Kamu nggak sama dia?" tanya Claire datar, ucapan pertamanya setelah dua hari tidak bersuara di hadapan River.

"Dia udah pulang duluan," jawab River terus terang.

"Oh." Claire kehabisan kata-kata, otaknya tidak bekerja dengan benar.

"Kamu udah mau pulang?"

Claire menyipitkan matanya lalu menjawab, "Aku memang mau pulang, tapi malah ketemu variabel baru."

"Variabel baru? Aku maksudnya?" tanya River bingung, kerutan di dahinya tampak semakin dalam.

"Iya, dan aku udah berniat pulang sendiri. Silakan kamu pulang sendiri juga."

"Rumah kita berada di jalur yang sama. Kita tetangga dari kecil. Kita sering pulang bareng dan itu sama sekali bukan hal aneh," ucap River muram. Dari ucapannya, River tidak berusaha membujuk Claire melalui kata-kata berupa ajakan atau permintaan.

Claire melenggang pergi. Dia menyadari kehadiran River di belakang yang tetap sabar mengikuti langkah kakinya hingga tiba di rumah masing-masing.

Ya ampun, kenapa mereka bertengkar layaknya sepasang kekasih?! Sebenarnya siapa yang sedang pacaran dengan siapa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Red TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang