Malam tiba dan udara terasa sangat dingin, di sebuah rumah besar terlihat beberapa mobil hitam terparkir di depan rumah tersebut dengan orang-orang berbaju hitam yang menjaga pintu gerbang dan pintu rumah.
Di dalam rumah tersebut, di sebuah ruang tamu. Dua orang pria duduk dengan santai di atas sofa dengan posisi saling berhadapan.
"Langsung pada intinya saja, aku ingin meminta bantuan padamu." Alpha memberikan kode lirikan pada mata Eva, Eva dengan segera mengeluarkan buku cek dan juga bulpen, perlahan dia meletakkannya di atas meja yang membatasi Alpha dengan seorang pria di depannya.
"Jelaskan dulu apa maksud tujuanmu." Pria itu masih belum mengerti dengan maksud Alpha yang tiba-tiba membajak rumahnya dengan membawa banyak anak buah.
Alpha tidak menjawab dan hanya mengeluarkan sebuah cerutu.
Pria itu hanya bisa diam menatap Alpha menunggu penjelasan darinya, Eva yang mulai merasakan ketidaksabaran pria itu langsung berniat untuk menjelaskan.
"Jika Anda mengetahui kejadian kecelakaan lift di sebuah hotel baru-baru ini, kami ingin Anda mengurus hal itu," jelas Eva.
"Oh itu, menurut catatan kepolisian, kejadian itu bukanlah kecelakaan melainkan disengaja. Kami sudah mendapatkan foto pelakunya, tidak aku sangka mereka sepertinya masih remaja." Pria itu tampak langsung mengingat kejadian yang dimaksud oleh Eva.
"Jadi apa yang harus aku urus?" tanya Pria itu lagi.
Sebelum Eva menjawab, dia menoleh ke arah Alpha yang tampak memajukan badannya, tanda jika dia yang akan menjelaskan.
"Hapus kasus itu, lakukan apa yang biasa kau lakukan untuk kami." Alpha memajukan buku cek dan bulpen mendekati pria itu.
Mendengar perkataan pria itu dia langsung terbelalak, perlahan senyuman sinis tersirat di wajahnya, lama kelamaan dia mulai terkekeh geli.
"Untuk kasus kali ini, kasus ini berurusan dengan orang yang berbeda dari yang biasa aku lakukan. Itu tidak akan murah kau tahu?" Pria itu terdengar menyepelekan berapa uang yang bisa Alpha keluarkan, dia bahkan mengangkat dagunya tanda dia meremehkan.
Alpha yang melihat ekspresi pria itu langsung merasa kesal, matanya mulai menyempit dengan dagu yang mendongak. "Aku sudah menyiapkan sebanyak yang kau mau, tulis saja berapa nominalnya dan lakukan tugasmu."
"Memangnya kali ini soal apa? Mereka hanya remaja biasa-"
Belum selesai pria itu menyelesaikan kata-katanya, Alpha membungkamnya dengan menusuk sofa yang dia duduki dengan pisau lipat.
"Jika kau tidak ingin uangku, maka aku akan meminta bantuan yang lainnya." Pria itu tampak terkejut dengan sikap Alpha yang sepertinya tidak biasa dia lihat. "Tapi, jika kau masih meninggalkan jejak kriminal mereka... Kau akan tahu sendiri bagaimana kau akan turun dari pangkat karena kasus korupsi uang dan menerima uang suap."
Pria itu menggertak. "Baiklah, tenang sedikit... Aku hanya bercanda." Dia mulai mengambil buku cek dan juga bulpen yang masih ada di atas meja. Tangannya menulis jumlah nominal uang yang dia inginkan dan juga menuliskan tanda tangannya di buku cek itu.
"Ngomong-ngomong, aku ingin minta bantuan dari anakmu..."
"Anakku?"
###
"Kita sudah berlari tanpa tujuan hampir selama 3 minggu, jadi sampai kapan kita begini terus?" tanya Maron dengan suara kecil, Toska duduk di sebuah sofa yang sama di depannya.
Mereka berdua duduk di lobi hotel yang sepi dan sedikit gelap, yang lainnya sudah tertidur dengan lelap di kamar, untuk mencegah mereka terbangun mereka berdua memilih membicarakan rencana mereka di lobi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN AWAY : Teenagers
ActionApa yang akan kau lakukan, jika kau menjadi anak angkat dari pemimpin organisasi kriminal? Senang? Takut? Atau biasa saja? Tentunya hidupmu akan dipenuhi barang-barang mewah, namun hidupmu akan penuh dengan sandiwara agar identitasmu tidak diketahui...