2. Cahaya Ungu Kebiruan

15 2 0
                                    

Jaemin hanya bisa mendesah pasrah saat melihat lapangan tempat panah berantakan tak beraturan, ingin sekali rasanya marah tapi apa daya jika dia nekat untuk marah yang ada dirinya akan semakin memanas dan berakhir meledak, percuma tidak ada gunanya.

"Pangeran Mark! Cepatt!!" teriakan itu berasal dari pangeran Haechan.

Pangeran Mark yang mendengarnya hanya bisa tertawa karena melihat wajah Jaemin yang terlihat seperti buah tomat yang sudah matang.

Benar, siapa lagi perusuh di kerajaan ini jika bukan pangeran Mark dan pangeran Haechan. Tidak, sebenarnya pangeran Mark tidak terlalu rusuh hanya saja bisikan dari pangeran Haechan mampu menghipnotis pangeran Mark untuk berbuat usil.

"Kalian!" tunjuk Jaemin pada keduanya, "Kali ini aku akan benar-benar mengadukannya pada raja!!" ucapnya kepalang kesal.

Matilah pangeran, putra penguasa kerajaan sudah siap dengan segala aduannya pada raja.

Pangeran Mark langsung menghentikan tawanya dan membuang busur panah lalu bergegas mengejar Jaemin karena pangerannya itu sudah bergegas untuk menuju ruangan raja.

Nyatanya langkah pangeran Haechan lebih cepat, dia berlari secepat kilat melewati pangeran Mark untuk menghentikan Jaemin.

Bisa gawat jika tuannya satu ini mengadu atas kekacauan yang telah dia buat bersama pangeran Mark, bisa-bisa mereka disuruh tidur ditengah hutan.

Oh god! Baru membayangkan saja membuat seluruh tubuhnya merinding takut.

"Jangan! Tunggu! Pangeran!" Haechan berteriak dengan nada yang terdengar putus asa.

Tangannya berhasil mencekal pergelangan tangan Jaemin dengan nafas yang tidak beraturan.

"Hah, hah. Jangan."

Jaemin hanya memandang pangeran Haechan dengan tatapan yang tidak mengenakkan, Haechan yang menyadarinya hanya bisa terkekeh tidak jelas.

"Jangan pangeran, pangeran terlihat tampan jika sedang kesal seperti ini," rayu pangeran Haechan.

"Menggelikan!!" Tentu saja tidak mempan, Jaemin sudah cukup jengah mendengar kalimat itu dari pangeran Haechan jika sedang membujuknya.

"Baiklah, baik. Aku yang akan membereskannya," Mark mengalah, lebih baik begitu dari pada mendapat hukuman.

Sebenarnya pangeran Mark dan pangeran Haechan adalah anak dari paman dan bibi Jaemin, tapi karena peperangan yang terjadi beberapa tahun silam mengakibatkan keduanya menjadi anak yang terlantar karena paman dan bibi Jaemin tewas dalam medan perang.

Hingga Raja Siwon yang mengajaknya untuk tinggal di kerajaan ini bersama mereka.

"Harusnya dari tadi!" Sentak Jaemin sedikit kasar agar pergelangannya terbebas dari pangeran Haechan.

***

P

angeran Mark dan Haechan tersenyum mengejek kearah pangeran Jaemin yang saat ini sedang bersimpuh didepan Raja. Sedangkan Jaemin sedang berkomat-kamit menumpahkan kekesalannya pada dua pangeran yang kurang etika itu.

Raja Siwon yang melihat kelakuan tiga pangeran itu hanya bisa menggeleng pasrah. Sudah sepatutnya mengibarkan bendera putih untuk mendidik mereka supaya terlihat seperti bangsawan pada umumnya.

"Sudah hentikan!" titah Raja mulai kesal.

"Tapi Raja.."

"Aku tidak mau!" Jaemin memohon dengan sungguh-sungguh untuk meluluhkan hati Raja agar dia terbebas dari hukuman yang berat ini.

Raja mengabaikan permohonan Jaemin dan melangkah kearah sebuat peti persegi empat dengan ukiran kayu yang terlihat kuno.

"Pangeran Mark."

"Disini Raja."

"Pangeran Haechan."

"Saya Raja."

Raja berbalik untuk menatap dua pangeran tersebut sebelum pandangannya menatap sendu kearah Jaemin yang masih setia untuk bersimpuh.

"Pangeran Jaemin."

"Iya Ayah."

Raja tersenyum simpul, inilah Jaemin ketika dia sudah merasa kalah dan tidak bisa membantah maka sebutan 'Ayah' baru akan terucap untuk Raja.

Peti tersebut dibawa raja menuju singgasananya, kemudian diusap peti itu untuk membersihkan debu-debu yang menempel karena sudah terlalu lama peti itu dibiarkan tanpa ada yang boleh menyentuhnya.

"Kemarilah kalian pangeran."

Ketiganya saling tatap lalu melangkah untuk mendekat kearah raja.

Raja yang sudah duduk di singgasananya mulai membuka peti tersebut.

Mata ketiga pangeran itu tampak membulat karena terkejut dengan cahaya berwana ungu kebiruan yang terpancar dari dalam peti.

Raja yang melihatnya kembali memunculkan senyum karena reaksi ketiga pangerannya itu terlihat seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru.

Jam berwarna kuning keemasan berbentuk bulat dengan penutup yang berhiaskan ukiran kuno itu sungguh terlihat sangat menakjubkan dengan cahaya yang masih berada disekelilingnya.

Mata Jaemin benar-benar berbinar melihat cahaya itu, terlihat jelas wajah kagumnya akibat benda yang baru pertama kali dia lihat.

"Jam ini mempunyai waktu dua belas jam, tapi jam ini mempunyai perbedaan waktu dengan waktu didunia kita," terang raja dengan tangan yang perlahan membuka penutup jam tersebut.

"Jam ini berputar dengan sangat lambat untuk menambah waktu, jadi kalian para pangeran diharapkan untuk bisa membawa empat pangeran lainnya sebelum jam ini menuju di angka dua belas."

Jaemin yang semula fokus pada jam tersebut seketika terbelalak terkejut, bisa disimpulkan waktunya sangat sedikit untuk menemukan pangeran lainnya.

"Ayah! Bukankah lebih baik aku membersihkan kandang kuda selama berminggu-minggu daripada mencari pangeran yang aku sendiri belum pernah melihatnya?!" Jaemin masih berusaha untuk mengajak raja berdiskusi terkait hukumannya.

Raja menggeleng, menolak usulan Jaemin. Tentu saja Raja menolaknya karena mau tidak mau, cepat atau lambat, setuju ataupun tidak Jaemin tetap harus melakukannya.

Bukan karena gucci yang pecah, sebenarnya Raja hanya memanfaatkan situasi untuk membuat Jaemin mau melakukan apa yang Raja perintakan demi kebaikan pangeran Jaemin, kerjaan, dan dunianya.

"Mohon maaf Raja, izin untuk menyela. Jadi maksud Raja kami diperintah untuk menemukan seorang pangeran?" Sungguh tolong jelaskan lebih detail pada otak Haechan yang masih sulit untuk mencerna ucapan Raja.

"Benar pangeran Haechan. Tapi kalian akan berjelajah didunia yang belum pernah kalian lihat sebelumnya," ucap Raja dengan senyum yang mencurigakan.

Jaemin yang mengerti akan senyum sang Ayah mulai terlihat resah serta terselip rasa takut yang tak kunjung tenang.

 Prince's In MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang