Bab 8: Eighth Trip

22 2 0
                                    

Tim Aztek saling bertatapan. Keempatnya seakan tengah berbicara melalui telepati. Punggung mereka saling memunggungi, berlawanan sisi. 

"Kenapa bisa ketahuan?" Ze bertanya pelan. Suaranya terdengar berat, seperti tercekat. Entah karena apa, Ze merasakan punggungnya kembali nyeri. Peluh di pelipisnya juga ikut menurun. "Kita cuma mengambil permata. Tidak lebih," sambung lelaki itu. 

"Ze, kapasitas otakmu tidak menurun, kan, hanya karena luka?" Baskara gusar. Di tangannya sudah tersedia keris, ia antipati. Takut jika Springgans akan bergerak menyerang mereka. 

Saat ini mereka terkepung. Permata tadi berhasil diambil dengan bantuan portal Ze. Secara tiba-tiba, pencahayaan di ruangan itu berubah redup. Hal itu membuat para Springgans berhasil datang sebelum Tim Aztek kabur. Alhasil mereka jadi terkepung sekarang. 

"Mungkin saja." Helena ikut menyahut, membuat Ze mendengkus kesal. 

"Ada baiknya kau diam saja seperti biasa."

"Kau juga—"

"Diam! Saat ini bukan waktunya untuk kalian bertengkar," sentak Baskara, berhasil membuat keduanya bungkam. Masing-masing dari mereka kembali memfokuskan diri pada lawan. 

"Dari pertarungan sebelumnya, kita sudah tahu kalau Springgans bukan lawan yang mudah. Jika tidak ingin mati kering bekerja samalah." Setelah Baskara mengucapkan kalimat tersebut, Springgans langsung datang menyerang mereka. 

Namun, para Springgans terpukul mundur akibat kibasan angin Vina. 

Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Tim Aztek. Mereka mengambil alih pertempuran dan berhasil menghancurkan dua Springgans di saat bersamaan. 

Gerakan Ze mendadak terhenti saat ia berhasil menebas satu permata kaki Springgans. Nyeri di punggungnya makin bertambah, membuat Ze gagal bergerak bebas. 

Di saat Ze kehilangan fokus, satu Springgans lain datang hendak menyerang dari belakang, tetapi gagal karena Helena langsung menebas permata hijau Springgans. 

"Jangan sampai menjadi beban."

Ucapan Helena membuat Ze menatap tajam gadis itu. Di tengah-tengah usaha meredakan rasa nyeri, Ze langsung kembali berdiri. "Tidak ada yang menjadi beban. Seharusnya kata-kata itu aku ucapkan padamu!" 

Ze mengayunkan pedang. Membuat badan Springgans dan kakinya terpisah menjadi dua. Namun, percuma karena Springgans kembali menyembuhkan diri. 

Dari belakang, Helena melihat baju Ze berubah warna. Jubah oranye itu terlihat lebih pekat dan kemerah-merahan. Helena peka jika itu darah yang berarti luka Ze kembali terbuka. Gadis itu beralih menumbangkan Springgans lain, lalu menghampiri Baskara yang ada di sisi lain. 

Sementara itu, Vina yang bertarung tidak jauh dari tempat Baskara terlihat kewalahan. Napasnya sudah tersengal-sengal menghadapi beberapa Springgans. Satu berhasil ia tumbangkan, sedangkan dua lainnya masih terus menyembuhkan diri. 

Saat Vina gagal menumbangkan Springgans, Helena datang dan langsung menghancurkan permata Springgans. Lawannya tinggal satu sekarang. 

"Kita tidak mungkin terus bertarung. Luka Ze kembali terbuka." Ucapan Helena membuat fokusnya teralihkan. 

"Baskara memerintahkan kita untuk segera kabur." Setelah itu, Helena langsung menarik tangan Vina dan berlari menghampiri Ze yang tengah bertekuk lutut, pedang menjadi tumpuan agar tidak terjatuh. 

"Hei, apa kau masih bisa bertahan? Aku tidak mungkin harus menggendongmu." Helena menepuk pelan pundak kekar tersebut. 

"Berhentilah berbicara. Kau membuatku kesal."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

22 Seconds Time ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang