12 - "Tapi, aku juga adik mu!"

174 38 4
                                    

"Ekhem! Tumbenan datang nya barengan" Jeongwoo dan Haruto saling menatap ketika Junghwan baru saja bersuara.

"Gak tuh! Kita gak sengaja aja ketemu didepan, lagian kan kelas kita sama, ya datang nya barengan dong" Junghwan tersenyum nakal setelah Jeongwoo membalas.

"Gak sih, gue sama Jeongwoo emang janjian pergi bareng ke sekolah. Ya gak, Woo?" Jeongwoo menoleh ketika Haruto merangkulnya, idih-idih? Kesambet apaan Haruto sekarang?

"Apaan dah? Gue pake maxim ya ke sekolah!"

"Ya kan gue supirnya"

"Hahahaha! Percakapan lawak kalian berdua" Sahut Junghwan lalu kembali masuk ke dalam kelas.

"Apasih lo tiang! Gak jelas kayak Dora!" Jeongwoo masuk menyusul Junghwan, hari ini Haruto sedikit aneh karena ngaku-ngaku pergi ke sekolah bersama.

Setelah Jeongwoo masuk, Haruto diam-diam tersenyum. Ini awal dari pertemanan nya, Jeongwoo hanya tidak tau bahwa Haruto ingin berteman pada nya dan juga pada Doyoung dan Junghwan.

"Hai To! Kok gak masuk?" Doyoung berseru ketika baru saja datang menghampiri Haruto. "Eh kak Doyoung, ini baru aja mau masuk. Ayo" Keduanya langsung masuk, duduk ditempat masing-masing dan menunggu bel masuk berbunyi.

• • •

Setelah perginya saudara-saudara nya ke sekolah, Yoshi mencoba untuk menuruni anak tangga. Kondisi nya sekarang sudah membaik, hanya saya Yoshi belum boleh masuk sekolah.

Jika kalian bertanya siapa yang melarang, jawabannya bukan Hyunsuk, Jihoon atau Junkyu. Melainkan Jaehyuk dan Doyoung

Setelah beberapa menit berusaha untuk turun, akhirnya Yoshi berhasil.

Yoshi berjalan menuju sofa, berisitirahat sebentar sebelum keluar untuk melihat Arubby.

Ah, apakah pagi-pagi begini Arubby sudah ada di ayunan? Atau masih berada di alam mimpi?

Yoshi menghembuskan nafas nya berat, seperti nya Arubby masih tidur. Mengingat, setiap pagi ketika ia ingin pergi ke sekolah, Arubby tidak pernah sekali pun berada diluar di pagi hari.

Yoshi menyandarkan punggungnya ke belakang sofa, memejamkan matanya untuk menghilangkan rasa lelah nya.

Hyunsuk turun, berdiri dihadapan Yoshi dan membuat mata Yoshi terbuka.

"Ah, kak Hyunsuk.." Yoshi segera memperbaiki duduk nya.

"Kapan kau turun?"

"Baru saja"

"Kau gila? Kenapa turun sendirian? Nanti kalo kau jatuh siapa yang akan repot?"

Yoshi terdiam, jika tidak turun sendiri, memangnya siapa yang akan membantu dirinya? Ck. Dasar Hyunsuk, aneh.

"Aku sudah membaik, aku bisa turun sendiri. Lihat, aku su-"

"Kalo kau jatuh tadi gimana?! Sudah benar berada dikamar, kenapa malah turun kebawah? Tidak puas membuat Doyoung dan Jaehyuk khawatir?" Ah.. Hyunsuk selalu saja menjaga perasaan Doyoung dan Jaehyuk.

"Maaf.." Hanya itu yang keluar dari mulut Yoshi.

"Maaf mu tidak akan membuat seisi rumah ini kembali, bahkan kau membuat Doyoung dan Jaehyuk membenci ku" Hyunsuk menatap Yoshi tajam, ntah dari mana yang membuat Yoshi bersalah atas kebencian Doyoung dan Jaehyuk terhadap Hyunsuk.

"Adik kesayangan ku membenci ku karena terus mengurus mu! Apa kau tidak merasa bersalah? Kau kira kau siapa?"

Aku? Aku adikmu. Batin Yoshi sesak

"Adik yang selalu bersama ku dan selalu ada di samping ku, sekarang menjauhi ku karena sibuk khawatir padamu. Kau, membuat aku jauh dari adikku! Kau benar-ben-" Belum selesai Hyunsuk menyelesaikan ucapannya, Yoshi sudah lebih dulu menyelanya.

"Doyoung dan Jaehyuk khawatir pada ku karena itu hal wajar, aku saudara nya.. yang tidak wajar itu, saudara sendiri sedang sakit namun tidak peduli sama sekali. Kenapa mesti marah ketika Doyoung dan Jaehyuk khawatir padaku? Kau, memiliki adik yang lain, bukan hanya Doyoung dan Jaehyuk." Sekarang Hyunsuk marah, marah karena Yoshi berani melawannya.

"Kenapa harus Doyoung dan Jaehyuk kau bilang? Karena mereka adikku!"

"Tapi aku juga adikmu!" Nada bicara Yoshi meninggi, bahkan nafas nya sekarang memburu.

"Aku tau kakak marah karena sekarang Doyoung dan Jaehyuk lebih menuju padaku.. tapi apa kakak pernah berfikir jika tidak ada mereka bagaimana dengan nasib ku?"

"Bagaimana dengan nasib mu? Aku tidak peduli sama sekali!"

"Ini kah yang di namanya saudara tertua yang selalu menyayangi adik-adiknya? Bagaimana bisa kakak tidak peduli pada nasib ku.."

"Kau membuat nasib mu sendiri, kau menghancurkan semuanya sendiri. Urusan aku peduli atau tidak, itu bukan salah ku!"

Satu ujung bibir Yoshi terangkat, benarkah dirinya yang menghancurkan semuanya? Atau dua orang adik Hyunsuk yang lain?

"Kau menyalahkan tanpa tau yang sebenarnya.." Lirih Yoshi menunduk sakit.

"Apa yang tidak aku tau? Aku tau yang sebenarnya, jangan pernah lari dari kenyataan. Kau, tetap penyebab Ayah dan Ibu meninggal!"

"Ya, benar. Aku penyebab Ayah dan Ibu meninggal" Yoshi pasrah, sampai kapan pun, ia harus tetap mempertahankan perlindungan nya terhadap saudara nya.

Hyunsuk berbalik arah, melangkah pergi menuju kamarnya karena sudah terlalu emosi pada Yoshi.

Sementara Yoshi, anak itu kembali menyandarkan punggungnya ke belakang, wajah nya terangkat keatas dengan mata yang tertuju pada langit-langit rumah. Menerima keadaan bagi nya sangat sulit, bahkan untuk sekedar bernafas dengan tenang saja rasanya seperti dipaksa untuk hidup.


• • •

"Hufh, kangen Yoshi" Mashiho mengeluh, membuat Yedam lagi dan lagi merasa sangat bosan. "Ih, ini udah ke juta kali nya kamu ngomong kangen Yoshi. Iya, aku tau. Tapi kan kemaren kita udah jenguk Yoshi" Balas Yedam frustasi, ia sama rindu nya dengan Yoshi. Tapi kan tidak harus mengatakan rindu terus setiap detik.

"Ya aku ngomong gitu karena Yoshi pernah bilang, kalo kita merindukan sesuatu atau membutuhkan sesuatu, kita harus meluangkan detik untuk-"

"Ah iya-iya aku tau, terserah. Ngomong aja terus, aku gak bakal protes lagi" Yedam ngalah, Mashiho memang tidak salah. Karena dirinya juga pernah melakukan hal yang pernah Yoshi katakan pada mereka berdua.

"Jika kalian merindukan seseorang, membutuhkan sesuatu, dan meminta bahagia. Kalian harus meluangkan waktu untuk berdoa dan meminta pada Tuhan."

Hal yang selalu Yoshi lakukan, sepertinya harus dilakukan oleh teman-teman nya juga.

"Kalo aku ngomong kangen Yoshi terus itu tandanya biar aku bisa gak sedih" Ujar Mashiho.

"Maksudnya?"

"Yoshi bilang, kalo kita bilang kita merindukan seseorang terus-menerus. Itu akan membuat kita tidak sedih, atau bisa dibilang kita melupakan kesedihan. Kita akan dibuat hanya tertuju pada kerinduan pada orang itu, bukan luka yang terdapat di orang itu" Ah, Yedam mengerti.

"Kalo gitu, aku akan meluangkan waktu untuk bilang kangen Yoshi" Mashiho mengangguk lucu.

"Tapi, aku ngomong nya di dalam hati" Lanjut Yedam.

"Terserah kamu aja, sekarang aku mau nelfon Yoshi. Bye" Mashiho berdiri, pergi keluar kelas untuk menelfon Yoshi.

Yedam geleng-geleng kepala, sebaiknya ia cepat-cepat menyelesaikan mencatat materi nya dan menyusul Mashiho yang akan menelfon Yoshi.

• • •

Makin update makin gak jelas banget apa yang aku ketik 😭

ah, btw. jangan lupa vote dan komen chingu-ya (◕ᴗ◕✿)

Detikan bersayap || YOSHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang