GAY INDO STORIESSenin, 28 November 2011
The Shit Eater
Namanya Anggoro. Dia ini menjadi obsesi beratku. Sejak masih bujangan tampang dan gerak laku pria ini sangat membuatku birahi. Tampangnya mirip penyanyi Bragi. Kini umurnya kira-kira 28 tahunan. Sudah kawin dengan 1 anak, tinggal tidak jauh dari rumahku bahkan masih satu RT. Dua atau tiga kali dalam seminggu aku selalu berpapasan dia saat main atau berangkat kerja.Tubuhnya anggun dan sangat indah. Semampai dengan tinggi sekitar 175 cm. Dengan rambutnya yang relatip agak panjang lepas dan sedikit liar, Anggoro menjadi nampak sangat seksi. Aku suka membayangkan seandainya Rini, istriku mau bersanggama dengannya. Aku akan rela mengamati saat-saat Rini dilanda nikmat karena disetubuhi Anggoro. Akan kubiarkan Rini memuaskan syahwat dengannya. Mungkin dia akan menciumi penisnya dan menunggu tumpahnya sperma Anggoro di mulutnya. Kemudian menjerit kecil saat penis Anggoro menusuk vaginanya. Dan aku akan menunggu tumpahnya sperma di vagina Rini untuk aku bersihkan dengan lidahku. Akan aku jilati cairan-cairan Anggoro yang terserak di pinggulnya, pantatnya dan vagina istriku Rini.
Aku juga banyak membayangkan dalam khayalku, kapan aku bisa "nyungsep-kan" hidungku atau mulutku ke pantat dia. Woo.. Anggoro.., kapan aku berkesempatan merasakan aroma pantatmu, kapan aku bisa merasakan spermamu.., kapan..? Biasanya kalau sudah begini, aku lantas menyendiri di ruang kerjaku. Aku meneruskan khayalanku sambil mengelusi penisku hingga meraih kepuasan birahi.
Sebelum terlalu jauh, aku perlu perkenalkan diriku. Aku Basir, 35 tahun, jebolan dari fakultas ekonomi, swasta. Menikah, istri menjalankan KB spiral dengan alasan belum ingin punya anak demi karirnya di dunia per-bank-an. Dalam hal seksual aku termasuk kategori bi-seksual. Aku mencintai perempuan cantik sepertinya Rini istriku yang sangat cantik dan sintal. Tetapi aku juga mudah terpesona sama pria. Kalau perempuan mutlak harus cantik, kalau pria harus tampan. Tetapi kalau pria ada kekecualian, kalau tidak tampan penisnya harus yang gede. Bagiku pria yang berpenis gede itu selalu memancarkan daya tarik seksual. Dan.. apapun yang keluar dari tubuhnya semuanya bisa dinikmati. Aku suka semuanya dari mereka itu.
Tetapi perlu kuakui bahwa aku ini sebetulnya pria pengecut. Akan halnya obsesiku yang tersebut di atas tadi, sejauh ini lebih banyak aku meng-khayal untuk mengantarkan aku saat melakukan onani. Dalam keseharianku, cukup banyak wanita maupun pria, yang cinta sesama pria tentunya, yang juga menunjukkan minatnya padaku. Aku kira tidak berlebihan kalau orang-orang di sekitarku bilang bahwa aku mirip Clay Aiken, bintang American Idol itu.
Aku merasakan berhubungan seks dengan pria untuk yang pertama kali saat aku masih SMP. Aku setengah dijebak dan diperkosa oleh Pak Arwan. Dia tak lain adalah paman kawan sekolahku. Kejadiannya saat kami berlibur, aku diajak temanku ini untuk menginap di rumahnya. Dia sudah punya istri yang aku pandang sangat cantik dengan 2 anaknya yang masih kecil-kecil. Pak Arwan ini rupanya kutu buku. Rumahnya yang kecil itu dipenuhi dengan buku-buku yang disusun dalam rak-rak yang teratur. Aku sendiri juga termasuk kutu buku, sehingga kunjunganku kerumah paman temanku ini betul-betul memberikan aku kegembiraan yang bukan main. Aku puas-puaskan membaca. Aku membaca apa saja. Ya, novel, sejarah, komik, astrologi dan sebagainya. Apapun aku selalu ingin tahu. Pak Arwan gembira ketika tahu aku senang membaca. Jadinya aku malahan lebih banyak bersama Pak Arwan untuk bersama-sama membaca dari pada bermain dengan temanku.
Pada suatu malam, kira-kira jam 11 malam saat semuanya sudah tidur aku masih di ruang baca Pak Arwan. Aku ingin menyelesaikan bacaan novelku. Saat itulah Pak Arwan muncul di pintu,
"Belum tidur kamu, Basir?!," dia menegur sambil mendekat ke tempat aku duduk. Sambil merangkul pundakku dia menanyakan aku membaca apa. Saat itu aku merasakan sedikit aneh. Dia merangkul aku dan juga mengelus-elus pundakku sambil menyodorkan buku lain,
"Kamu pernah lihat ini belum?"
Ternyata itu majalah dari luar negeri. Di halaman depannya terpampang gambar perempuan telanjang. Aku heran, kenapa Pak Arwan memberiku majalah beginian.
"Lihat-lihat saja boleh, kok. Sekarang kan jamannya informasi. Sebentar ya, aku tak buatkan minuman hangat, aku akan kembali."