Acara pelantikan penerus tahta tertinggi Royal of La dibatalkan secara mendadak.
Berita dibatalkannya acara sakral yang hanya terjadi 50 tahun sekali itu tentu menuai kontrovesi. Media kabar online memuat berbagai macam teori-teori sinting perihal pembatalan itu. Itu hal yang wajar, mengingat Royal of La merupakan kerajaan yang memiliki cakupan wilayah terbesar di Atlan. Membuatnya memiliki pengaruh politik yang kuat terhadap pemerintahan Atlan.
Ratu Royal of La akan memimpin pemerintahan Atlan dan memilih perdana menteri mereka sendiri.
Namun pagi itu segala persiapan menyambut pemimpin baru Atlan batal. Tidak peduli seberapa kritis media, mereka tetap tak mampu mengetahui penyebab dibatalkannya acara vital itu. Ada yang menyebut kalau terjadi perang saudara dalam Istana Royal of La. Yang lainnya mengira kalau Royal of La sedang kebingungan menghadapi tekanan politik di masa kini yang membuat mereka harus memikirkan ulang pilihan ratu mereka selanjutnya.
Tapi tak ada satupun berita yang benar.
Beruntung sobat karibku sendiri terlibat dalam kekacauan itu. Jadi aku dapat memahami kasus ini dari sisi lain. Aku senang bisa menulis kasus-kasus yang aku terlibat di dalamnya. Karena tak ada satupun yang berakhir biasa saja.***
Malam itu aku pulang dari rapat Pemegang Saham ketika aku melihat tanda Jangan Diganggu pada layar digital yang terpampang di samping pintu apartemen Lev.
Karena tak ada kepentingan lain, aku mengetuk pintunya. Aku cukup terkejut ketika seorang perempuan muda menyambutku. Rambut hitamnya terurai sampai ke pundak. Wajahnya agak bulat, terlihat cocok dengan senyumnya yang manis. Sweater serta celana panjang bahan berwarna hitam tampak sempurna dengan posturnya yang lumayan tinggi. Tapi aku masih lebih tinggi beberapa senti darinya.
Aku hendak pamit ketika kupikir aku salah mengetuk kamar. Tapi gadis itu membenarkan kalau itu kamar milik Lev. K-321.
Beberapa menit kemudian aku sudah duduk dengan Lev di ruang tamunya. Kami duduk berhadapan dipisahkan oleh meja kecil. Di sisi kiri kami pemandangan kota metropolitan malam hari menghiasi jendela yang menjulang dari atas sampai bawah itu. Pantulan cahaya gedung-gedung serta mobil yang lalu lalang di bawah sana membuat kota ini tampak seperti tidak pernah beristirahat.
Barulah kutahu kalau gadis itu ternyata merupakan pelayan yang diutus oleh Intel langsung. "Kau beruntung sekali mendapatkan pelayan sepertinya." Kataku ketika Visant-nama pelayan itu-sedang membuatkan kami minum. Harus kuakui kalau paras gadis cantik.
"Ya, ya, mau bagaimana lagi? Intel memaksaku untuk menerimanya. Meskipun aku tak suka." Jawabnya acuh tak acuh. Rambut pendek dengan gaya undercut-nya itu tampai cocok dengan baju lengan pendek polos serta celana panjang hitamnya.
"Seharusnya kau lebih bersyukur, Lev. Jarang ada pelayan seperti dia." Kataku ketika Visant menyediakan minuman di meja.
"Aku sedikit terkejut dia masih muda. Seharusnya dia menghabiskan waktunya membangun karir sepertiku ketimbang menjadi budak." Balas Lev dengan ketus. Visant tersenyum tipis padaku lalu undur diri.
"Kau tak seharusnya bilang begitu." Kataku dengan serius. Namun Lev mengabaikannya.
"Apa kau membaca berita akhir-akhir ini?" Tanyanya.
"Ya. Royal of La. Berita yang sangat mengganggu. Sial. Beritanya hampir memenuhi semua beranda media sosialku."
"Sangat menarik bukan dengan apa yang sedang terjadi di dalam Istana itu?"
"Memangnya kau tau apa yang terjadi? Kukira tak ada satupun media yang bisa menjelaskan secara konkret apa yang terjadi di dalam sana."
"Belum. Tapi besok aku akan segera tau. Utusan mereka akan datang ke sini. Kau besok libur kan? Bagus. Jika kau tertarik kau bisa ikut mendengarkan besok." Tentu saja aku ingin mendengarkan apa yang terjadi langsung dari orang dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raibnya Sang Pewaris Tahkta
Mystery / ThrillerKisah ini aku ambil dari catatan kasus-kasus yang kami, Lev dan aku, pecahkan bersama. Masih banyak catatan kasus yang kami pecahkan bersama dari mulai yang berakhir lucu, hingga yang berakhir tragis. Tentu saja Lev tidak melibatkan ku dalam semua k...