Warning: Mature, sexual assault.
___
Apa yang lebih menenangkan di setiap pagi selain melihat seorang wanita itu masih bisa tersenyum menatapnya?
Itu yang sekarang Edgar pikirkan. Menangkap setiap gerak-gerik yang Tamara lakukan di dapur. Dari tempatnya berdiri—di balik besi pembatas lantai atas—Edgar patut bersyukur telah dilahirkan dari rahim seorang wanita seperti Tamara.
Semua kasih sayangnya begitu tulus, bahkan untuk membuat tameng atas luka-luka dari setiap perbuatan yang dilakukan Herman. Tamara punya sejuta maaf, meski Herman tidak pernah memintanya.
Edgar bahkan belum tentu bisa berbuat hal yang sama jika berada di posisinya. Dan wanita itu kuat berdiri dengan kedua kakinya tanpa sedikit pun mengeluh.
Tamara begitu mengagungkan janjinya kepada Tuhan, seperti yang seharusnya. Janjinya pada sebuah ikatan suci yang tidak akan dikhianati sampai Tuhan memanggilnya kembali. Dan hal yang seharusnya ia dapatkan justru menjadi pengujinya.
Wanita itu tersenyum saat Edgar memeluknya dari belakang. "Kamu udah mau berangkat? Sarapan dulu, gih!"
"Makasih ya, Bi." Ucap Tamara begitu asisten rumah tangganya membantunya membawakan beberapa piring berisi makanan yang telah ia siapkan ke atas meja makan.
"Mama nitip ini buat Shena, ya."
Edgar menerima sebuah kotak makan yang diberikan Tamara. Mengangguk sebagai jawaban atas permintaan wanita itu.
"Oh, iya, kemarin Om Erlangga ngundang kita acaranya. Kamu dateng sama Shena aja, ya. Mama nggak ikut."
Edgar tahu alasan Tamara tidak ingin menghadiri acara itu. Dan mungkin terasa adil bagi Mamanya untuk melakukan demikian.
Bahkan jika boleh menolak, Edgar juga tidak ingin menghadiri acara tersebut yang artinya ia akan melihat wajah Herman bisa tertawa bersama istri simpanannya, sedangkan keterpurukan Tamara sedang dialaminya.
Otaknya tidak bisa berhenti bekerja sejak dini hari. Shena tidak mungkin tenang saja jika ia melupakan apa yang seharusnya sudah selesai.
Ia juga perlu berterima kasih kepada Salsa yang meneleponnya pukul 02.00 dini hari. Membangunkannya dengan tangisan sampai akhirnya itu yang merenggut jam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALEMATE
Romance⚠️Harsh words, physical and psychological violence, verbal abuse, and some parts have adult scenes. Only recommended for readers 17 years and up⚠️ Apakah sebuah pengkhianatan masih bisa dimaafkan? Pertanyaan yang selalu menjadi bumerang ketika Edgar...