Gadis yang tengah melamun itu terusik dengan kedatangan laki laki berbadan tinggi besar. Meda—Andromeda, teman ah bukan-bukan, pacar yang kebetulan berada satu kelas dengannya datang mencolek dagunya.
"Apa?" Tatapan sinis Meda dapat dari kekasih manisnya yang kerap dipanggil Lie.
"Nggak usah sinis dong, tambah sipit itu mata." Meda duduk di depan sang kekasih yang menyender pada loker.
"Ada apa sih Lie, main nggak fokus sampe kena bola gitu? Biasanya paling semangat kalo tanding."
Lie tertunduk, tak lama badannya bergetar dan terdengar suara isakan. Meda berdiri merengkuh tubuh kekasih kecilnya.
"Hei, lo kenapa? Masih sakit yang kena bola tadi? Gue anter pulang ya"
"Meda, gue bodoh banget ya. Gue kecewa sama diri gue sendiri"
"Sttt, siapa yang bilang lo bodoh? Lo itu pinter pake banget. Kenapa lo ngomong gitu?" Usapan ia berikan pada tubuh yang terasa rapuh itu.
"Ujian matematika tadi gue cuma berhasil ngejawab 26 dari 40 soal, sisanya ngarang"
Meda melepaskan pelukannya dan terkekeh. "Jangan ketawa""Gara-gara itu? Lo aneh banget tau nggak." Lie menatap heran.
Meda menyeka air mata Lie dengan kedua tangannya, "Dengerin gue ya Liecio Fen sayangku cintaku duniaku, lo itu pinter kalo nggak pinter kenapa lo bisa 3 besar terus. Cuma karna ngerjain 26 soal doang bukan berarti lo itu bodoh. Mungkin emang materinya aja yang susah, lagi pula lo sadar nggak yang keluar kebanyakan materi kelas 8 lah kelas 8 aja kita daring mana paham itu materi. Jadi wajar aja kalo lo gabisa ngerjain."
"Tapi ini ujian sekolah, Da. Buat nentuin kelulusan, gue takut nanti hasilnya bikin kecewa orang rumah. Mereka selalu nganggep gue ini pinter dan yakin kalo masuk smansa tuh hal kecil buat gue, tapi kenyataannya gue nggak sepinter itu."
"Hadeh keras kepala," Meda menangkup pipi Lie, "tatap mata gue dan dengerin gue. Lo itu pinter. Coba pikir lo aja yang pinter ngerjain 26 soal, temen-temen lo pasti banyak yang lebih nggak bisa ngerjain termasuk gue, hehe. Nah ini nih satu lagi keluarga lo aja yakin lo mampu dan bisa masuk smansa, masa lo nggak yakin gini. Semangat dong ah, jangan letoy kaya cakwe depan sekolah."
Lie tersenyum, menatap mata Meda yang begitu meneduhkan. Hatinya terasa tenang kala menatapnya. Entah memiliki sihir apa, Lie selalu dibuat jatuh cinta oleh tatapan Meda. Lie benar-benar bersyukur, Meda selalu menjadi pendengar terbaik disaat yang lain acuh.
"Makasih ya, Da. Tambah sayang gue sama lo."
"Tjihh gini aja baru bilang sayang."
"Ummm, tapi boleh minta tolong nggak?"
"Kalo disuruh nyolong kotak amal ogah."
"Sialan lo, tolong munduran dikit, lo bau asem anjir." Lie menutup hidung.
Bukanya menjauh, Meda justru mendekap sang kekasih erat-erat layaknya balon yang tinggal empat.
"Nih nih, rasain"
"MEDA SETANNNNNN."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meda | HOSHI
Short StoryHanya tentang Meda dan kekasih manisnya yang memiliki 1001 alasan yang membuatnya merasa tidak pantas. ‼Cerita ini murni dari pemikiran saya sendiri. Mohon maaf jika terdapat kesamaan nama tokoh, latar, judul dan lain sebagainya.