MATAKU tak lepas dari layar ponsel yang menampilkan sebuah chat grup yang membuatku terkejut lalu kelimpungan.
"Aduh mati aku, keknya aku bakal dicariin sama ortuku deh, " ucapku terengah karna panik reflek menundukkan wajahku.
Lelaki jangkung nan tampan dengan kacamata berbentuk bulat itu membulatkan mata dan juga mulutnya, terlihat sekali dari gurat wajahnya ia terkejut.
"Hah?? Y-Yaudah kalau gitu kamu ku antar pulang aja ya, takutnya ketahuan eh, " Lelaki itu-- Choi Soobin ia orang yang kusukai, atau lebih tepatnya kami saling suka dan sudah menjalani komitmen ini selama lima tahun, inget kami tidak pacaran ya!
Aku menghela nafas kasar saat ia berucap seperti itu, sungguh aku masih tak ingin pulang, aku masih ingin disini bersamanya! Hei, peka lah sedikit!
"Lho-- t-tapi--"
"Kenapa? Kamu mau ketahuan orang tuamu? Ini bahaya nanti kalau ketahuan, aku juga bisa kena, " Benar apa kata Soobin nasib terlahir jadi strict parents itu sulit harus terpaksa bohong sana-sini, tidak bebas bro. Mau keluar untuk bertemu sang pujaan hati saja sulit sekali sepertinya.
Aku menunduk lalu membawa wajahku menghadap ke arah lain, mataku menatap layar televisi yang berada di rumahnya guna mengalihkan lontaran kata darinya yang ingin meyakinkanku untuk pulang dari sini.
Embun bening dari bola mataku mulai ingin memecah keluar lalu menetes deras layaknya hujan, namun aku menahannya.
Soobin menatapku intens lalu menghela nafas kasar.
"Hey? "
"Ngambek ya? " Ia mendekat kearahku lalu memegang pipiku.
Reflek aku menjauh lalu mengalihkan kepalaku darinya. Ia terkekeh.
"Beneran ngambek ternyata, "
"Hey, liat sini dong. " Titah Soobin lalu menarik lembut kepalaku guna menghadap kearahnya.
Aku tetap pada pendirian untuk tak menoleh padanya.
"Gamau! "
"Hey, Junnie.. "
"Liat sini, "
"Ga! Binnie jaat! " Dannn-- kini Ia menarik kepalaku sedikit kasar hingga membuatku menatap wajahnya yang tampan. Ia mencubit pipiku pelan lalu--
Cup!
Soobin mengecup pipiku membuatku sedikit terkejut namun aku tetap berusaha menghindar.
"Jun? " Soobin kembali menarik wajahku lantas membubuhkan banyak kecupan diseluruh wajahku, dan terakhir di bibirku sedikit lama. Dan yea, aku pasrah saat ia menciumku.
"Maaf yaa. " Soobin memelukku erat lalu menduselkan pelan kepalanya di pundakku kemudian mengelus pundakku.
Pasrah, aku pasrah saat ia peluk. Kumohon jangan luluh.
"Hiks, Binnie jaat! "
"Hey, jangan nangis, cengeng banget jadi orang, " Aku tambah menangis saat ia berkata seperti itu.
"Maaf, ini semua demi kebaikanmu, kan udah bucin sama aku hari ini? Minggu depan masih bisa ketemu kok, jangan sedih, "
Ia mengelus kepalaku lembut, lalu kembali memelukku.
Air mataku terus mengalir, reflek aku membalas pelukannya. Yahh luluh juga akhirnya.
"Hiks iya, Binnie maaf Junnie salah. "
"Iya, gapapa. Aku paham, jangan nangis ya, kamu lucu kalau nangis, "
"Mmh, iya! '
" Sayang Junnie, " Ucap Soobin lalu kembali mencium bibirku, tidak ada lumatan hanya ciuman biasa yang didalamnya terdapat rasa sayang yang tak bisa dijelaskan.
Aku tersenyum lalu membatin, " Aku lebih menyayangimu, Choi Soobin. "
- selesai -
A/n : kisah ini terinspirasi dari kisah nyata, lalu dibuat dan diwakilkan oleh Soobin dan Yeonjun. terimakasih sudah membaca! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulking [SooJun] ✓
FanfictionHanya dengan sentuhan kecil saja, Soobin dapat meluluhkan hati seorang Choi Yeonjun. (oneshoot) ____ ©2022, Hiro_sann