Kejadian itu

51 4 0
                                    


*Setahun yang lalu.....


"Makasih ya Bisma, aku seneng banget pagi ini", kataku pada Bisma, lelaki yang sangat kucintai alias pacarku.

"Sama-sama Gi.. kamu tuh aneh-aneh aja, masa jauh-jauh ke taman cuma mau beli cilok", protesnya.

"Biarin. Hahaaa... Yaudah, yuk pulang!", Ajakku pada Bisma, dan dia menyetujui nya.




Saat berada di lampu merah, perhatianku teralihkan begitu ngeliat anak kecil yang sedang berdiri di pinggir jalan sambil menangis.

"Bis, bentar aku turun dulu"

"Eh, Gi! Mau kemana?", Tanya Bisma yang tak kuhiraukan.





"Adek, kenapa nangis disini?" Tanyaku pada anak kecil itu.

"Orang tua ku gak ada kak, hiks..."

"Memang orang tua kamu kemana?"

"Tadi mereka lagi belanja di minimarket depan, terus aku disuruh tunggu diluar. Tapi pas aku susul kedalem, mamah gak ada.. huuuaaaaa"

"Cup..cup... Jangan nangis ya.. terus kenapa kamu bisa sampe kesini? Tadi gimana cara nyebrangnya?"

"Aku ngikutin ibu-ibu kak, aku pikir dia mamahku. Tenryata bukan. Hiks"

"Yaudah, kakak temenin kesana ya susul mamah kamu"




Waktu mau menyebrang ke minimarket yang dimaksud, seketika tanganku ditahan oleh Bisma.

"Gi, mau kemana?"

"Ini Bis, nganterin anak ini ke minimarket depan cari mamahnya"

"Gak usahlah, biar suruh tunggu ibuknya aja disini. Ngapain kita repot-repot kesana, kalo ni anak nipu gimana?"

"Hush! Gak boleh berburuk sangka gitu. Kasian tau... Yaudah kamu tunggu sini, biar aku yang kesana", kataku dan langsung ninggalin Bisma.



Ketika sudah setengah jalan, tiba-tiba anak itu melepas genggamannya dan berlari kencang. Seketika aku ikut berlari  mengejar anak itu. Sialnya, sebuah mobil yang terlihat hilang kendali melaju kencang ke anak itu. Dengan cepat aku mendorong anak itu ke sisi jalan, dan ....


"Brakkk!!!!"


"Kakak cantiiikkkk......!", Teriak anak itu yang masih bisa kudengar. Aku gak tau apa yang terjadi selanjutnya, yang kutahu saat ini banyak orang yang mengerubungiku. Semua membantuku berdiri, namun anehnya aku gak bisa ngebuka mata. Seperti ada benda kecil yang masuk ke mataku, terasa sakit sekali.

"Ayo bawa ke rumah sakit"

"Cepat tolong dia"


Ada seseorang yang kukenal suaranya, memanggil namaku pelan.


"Gi..."

"Bis, bisma? Kamu dimana?"

Dia menggenggam tangan ku sebentar, lalu kemudian melepasnya begitu saja. Sampai aku mendengar sebuah percakapan yang ngebuat hatiku hancur saat itu juga.

"Mas kenal sama wanita ini?", Tanya seorang warga disana.

"Ah, itu........






Saya gak kenal pak....."


*****










"Setelah itu gue gak tau dia pergi kemana. Gua udah pengen teriak, nangis sekenceng-kencengnya. Gue... Hikss..."

Brian mengelus rambutku, seolah ingin menenangkan hatiku.

"Gue ikut prihatin Gi"

Aku mengangguk. "Iya Ian, makasih ya... Tapi dengan kejadian ini, gue bisa ambil hikmahnya. Setidaknya gue jadi tau mana orang yang benar-benar sayang ama gue, mana yang enggak. Oh ya, gue juga inget. Waktu gue kecelakaan dulu, ada satu cowok yang nolong gue. Dia minjemin jaketnya, karena waktu kecelakaan itu kata temen gue, baju yang gue pake sedikit robek dibagian depan. Terus dia juga yang gendong gue masuk ke ambulan. Tapi sayang sampai sekarang, gue gak tau dia siapa. Dan jaket itu masih kesimpen rapi di rumah".

"Oh ya? Terus gimana?", Tanya Brian dengan lembut, tapi dengan nada yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Seolah terkejut dengan ceritaku, tapi dia coba buat sembunyiin itu. Entahlah, mungkin perasaanku aja.

"Gue pengen ngucapin terima kasih sama dia. Orang itu juga yang langsung nelpon ambulan, dia nemenin gue sampe gue bener-bener dibawa ke rumah sakit. Kata dokter, kalo gue telat sedikit aja, mata gue gak akan terselamatkan".

"Maksudnya?"

"Oh, maksudnya mata gue ini masih bisa dioperasi. Jadi kalau operasi nya berhasil, gue bisa ngeliat lagi kayak dulu. Dan kabar baiknya, gue udah dapet donor mata itu. Tinggal ngatur jadwal operasi nya aja. Gue seneng banget...!!!"

"Egi, jangan loncat-loncat gitu. Duduk... Duduk... Nanti lo kesandung", katanya sambil menenangkan ku yang udah jingkrak-jingkrak kegirangan. Efek terlalu senang kali ya...

"Hehee.. maaf.. jadi gitu. Lo seneng kan? Jadi gue bisa liat lo ... Gak sabar gue !"

"Iya senenglah, gue juga gak sabar memperlihatkan ketampanan gue ke elo. Siapa tau lo jatuh cinta ama gue. Heheee.....", Katanya dengan percaya diri.


Kami pun tertawa bersama, sampai ponselku kembali berbunyi.


"Ha-halo...."





Aku menutup telponnya. Aku yang udah sedikit tenang, kembali khawatir. 

"Kenapa Gi?", Tanya Ian.

"Bisma, ngajak gue ke-ketemu. Katanya penting. Ja-jadi, gue pergi du-dulu", kataku yang sudah beranjak dari kursi. Tapi saat aku ingin melangkah pergi, Brian menggenggam tanganku dengan erat.












"Boleh gue ikut?"







Our Page ( Young K x Seulgi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang