Chapter 1. Keberuntungan Vika

15 2 0
                                    

"Duh Vika lama banget sih, ini udah jam berapa gak muncul muncul batang hidungnya." Gerutu Zen.

"Sabaran dong, mungkin dia lagi ngasih Rio makan." Ucap Emma.

"Lagi lagi monyet nya yang di penting kan." Ucap Zen.

"Kamu seperti tidak tau aja Vika gimana, tiada hari tanpa memberikan Rio makan." Jelas Emma.

(Fyi Rio itu Monyet nya Vika ya ges, jadi mon mangap yang namanya Rio aku pake buat namain monyet nya Vika✌️😗)

"Tapi kan kita ud-"

"WOII!!!." Suara melengking dari depan gerbang menghentikan mulut Zen yang ingin menggerutu.

"Vika cepetan!." Panggil Emma.

"Fyuhhh... kirain bakal telat, nungguin ya? Hehe mangap ye." Ucap Vika dengan cengiran nya.

"Gimana? Seru ngasih makan si Rio? Sampai sampai lupa kalau hari ini sekolah?." Tanya Zen.

"Hehe maap soalnya tadi si Rio rewel jadi mau gak mau nenangin dulu. Susah emang punya anak rewel." Ucap Vika sembari duduk di antara Emma dan Zen.

"Dih anak lu Monyed, vik?." Tanya Zen.

"Bapak nya mana?." Tanya Emma.

"Dih enak aja, emang Rio Monyed tapi udah ku anggap kayak anak sendiri." Ucap Vika.

"Aku jadi kasihan sama Mama kamu." Ucap Zen.

"Loh kenapa?." Tanya Vika.

"Soalnya punya cucu Monyed." Ucap Zen.

"Lain dari yang lain." Sambung Emma.

"Whatever." Ucap Vika sembari menatap malas kedua makhluk di samping kanan dan kirinya.

-
-
-
-

"Pr B.indo udah siap?." Tanya Emma.

"Emang ada pr yak?." Tanya Vika.

BUK!

"Aduh!!." Vika memegang kepala nya yang di tumpuk buku tebal milik Zen.

"Ada woi, makanya kuping di pakai pas guru menjelaskan sesuatu." Ucap Zen.

"Ya namanya juga lupa." Ucap Vika malas.

Emma menggeleng kan kepalanya heran.

"Ehh btw contek dong Emma." Ucap Zen dengan Watados nya.

"Ngingatin ae tapi belum ngerjain, gini amat punya pren." Ucap Vika malas.

"Friend? Yakin nganggap aku Friend kamu." Ucap Zen mendekatkan wajahnya ke arah Vikka sembari menarik turunkan alisnya.

"Jangan mendekat! I'ts haram brother." Ucap Vika sembari menoel dahi Zen.

"Ini kalian bisa contek." Ucap Emma sembari menyodorkan buku Bahasa Indonesia nya kepada Zen dan Vika.

"Wah makasih Emma you are the best!." Ucap Vika.

"Entar aku traktir ye, makasih." Ucap Zen.

"Aku juga ya." Ucap Vika.

"Boleh tapi cium dulu." Ucap Zen.

Triangle (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang