Bab 1 - Bertemu Kembali

1.8K 318 155
                                    

Acieee ... Siapa yang rindu baca Dara Dante???

Karena vote kemarin enggak sampai 1000 padahal yg view lebih dari seribu, makanya aku enggak update cepet.

Kalau kalian mau cepat update, jangan lupa vote dan komen. pokoknya ramaikan lapak ini. Biar kayak dulu lagi, sehari sekali update...


--------------------------------


Tidak kalah susah dari mengucapkan selamat tinggal yang tidak pernah kami ucapkan sebelumnya, kini tidak pernah ada kata hai di perjumpaan kembali antara kami.

Dara seharian ini sudah sibuk mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Dante setelah hampir satu bulan lamanya mereka tidak bertemu. Ditambah lagi tidak pernah terjalin kabar apapun di antara keduanya, membuatnya bingung harus bersikap seperti apa ketika mereka bertemu kembali.

Pernah salah bersikap kepada Dante diawal pertemuan mereka dulu, sedikit banyak membuat Dara waspada. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Namun dia juga tidak mau mengubah dirinya menjadi orang lain hanya untuk terlihat baik di depan Dante.

Lagi pula yang Dara pahami, pertemuan kembali mereka kini hanya untuk hutang yang sebelumnya memang belum Dante bayarkan.

Jadi untuk apa seharusnya Dara bersikap berlebihan.

Tetapi sayangnya perkara tubuh yang digerakan oleh hatinya, Dara sama sekali tidak bisa menolak jika banyak hal-hal baru yang dia lakukan untuk pertemuan mereka kembali kini.

"Mbak Dara ...." Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun melihat aneh kondisi kakak perempuannya yang dengan senang hati memegang gunting di tangan sambil memotong rambutnya sendiri di depan kaca.

"Apa?"

"Enggak ada hal lain yang bisa dilakuin?"

Dara melirik wajah adik laki-lakinya yang mudah panik dan paling cepat mengambil kesimpulan dari apa yang ia lihat. Karena itu, Dara yakin pastinya kini adiknya itu sudah menyimpulkan sesuatu di kepalanya atas apa yang dia lihat.

"Mbak cuma lagi potong rambut."

"Potong rambut tapi pakai gunting jahit. Mbak mau tambah sulam rambutnya kayak orang-orang di Jakarta sana."

"Heh!" Dara mengarahkan gunting dengan gagang merah itu kepada adik laki-laki bernama Aydin Mahavir atau biasa dipanggil Udin. "Udah jangan banyak ngomong. Sekarang kamu mandi, terus kamu pinjem sepeda ke tetangga, buat anterin Mbak ke terminal."

Melihat Udin dengan ekspresi tidak suka, Dara mengiming-imingi adik laki-laki itu dengan sebuah ponsel merk terbaru untuk mengganti ponsel adiknya itu yang layarnya sudah terbelah.

"Nanti Mbak bayar pakai ponsel mahal. Udah buruan mandi, terus pinjem sepeda."

"Benar ya, Mbak."

"Benar. Hari ini ada yang mau bayar hutang ke mbak."

"Oke. Berangkat."

***

Dengan pakaian seadanya, Dara merasa bersalah karena meninggalkan banyak pakaian lumayan mahalnya di lemari kostnya, di Jakarta. Kini, disaat dia membutuhkan pakaian bagus untuk menunjang pertemuannya kali ini, Dara tidak memiliki apapun di lemari plastik, rumah orangtuanya.

Hanya sebuah sweater bergaris yang menurut Dara sudah sangat lumayan jika dia pakai. Walau pakaian ini tidak baru, bisa dikatakan sudah sangat lama, namun modelnya tidak ketinggalan zaman.

"Mau ke mana kamu, Nduk?"

"Mau ketemu sama seseorang dulu, Bu. Ada hutang yang mau dibayar ke Dara. Kan lumayan uangnya bisa kita pakai untuk biaya hidup. Sebelum Dara punya pekerjaan tetap lagi."

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang