Happy reading and enjoy~
"Apa kau bilang?" Suara Arthur meninggi.
Lelaki itu melirik ke arah Nathalie yang tertidur. Melepaskan pelan-pelan tangannya yang saat ini sedang digenggam gadis itu.
"Katakan sekali lagi. Feronica katamu?"
Kembarannya memang orang yang mampu membuat amarahnya meledak-ledak seperti ini. Tapi tidak buruk juga.
"Dengar, dia orang yang menjual Nathalie ke klub. Dia bukan orang yang baik, bisa jadi dia mata-mata yang dikirim. Tahan saja di kediamanmu, aku akan menangkapnya besok. Percaya saja pada semua omongannya. Apa kau mengerti?"
Setelah mendengar jawaban dari sahabatnya, Arthur menghela napas lega. Sebenarnya ia ingin keluar, tapi ia tidak mau meninggalkan Nathalie. Tidak ada yang menjaga gadis itu jika ia pergi. Arthur tidak bisa mempercayakan siapa pun untuk menjaganya. Orang-orang terdekat bisa mengkhianatinya.
Apa ia pinjam saja ibunya, pasti ayahnya tidak akan mengizinkan. Ia ingin segera menghukum ayahnya Nathalie dan Tom. Lebih baik dihukum terlebih dahulu lalu membuat mereka taubat. Atau menunggu mereka bertaubat terlebih dahulu baru dihukum. Lebih baik ia bertanya lebih dahulu dengan Nathalie untuk hukumannya.
Ia tidak seperti Allard, yang menghukum orangtua Luna di depan mata wanita itu. Meskipun mereka bukan orangtua kandung Luna yang asli. Arthur kembali masuk ke dalam kamar. Ia melihat Nathalie yang mengerang kesakitan.
"Apa kau membutuhkan sesuatu?"
Ia tidak tahu bagaimana cara menangani orang yang sedang kesakitan. Kedua mata Nathalie terpejam, dahinya penuh dengan keringat. Arthur mengeluarkan handphonenya dan mulai menelpon Irene. Dokter pribadi keluarganya.
"Kesini dan bawa perlengkapan obat. Ku tunggu kedatanganmu dalam dua puluh menit, jika kau tidak datang dua puluh menit ke depan, kau akan kehilangan karirmu," perintahnya tanpa basa basi.
Ia menggenggam tangan Nathalie, menyeka keringat yang mengalir di dahinya. "Bersabarlah sebentar lagi."
Seharusnya ia membangunkan Nathalie untuk menyuapi gadis itu bubur, 'kan? Nathalie belum makan apa-apa. Ia membungkuk untuk meniup kelopak mata gadis itu.
"Nathalie, bangun ..."
Nathalie mengerang.
Ia mendaratkan kecupan bertubi-tubi ke pipi gadis itu. "Bangun dulu sebentar, kau harus makan."
"Ngh ..."
"Sebelum buburnya dingin, buka matamu."
Nathalie menurut, gadis itu membuka matanya dengan sayu. Ketika melihat wajah Arthur, bibirnya langsung mengerucut.
"Sa-sakit," rengeknya.
"Iya, sebentar lagi Irene datang. Dia akan memberimu obat untuk menghilangkan rasa sakitmu. Tunggulah sebentar lagi. Kau harus memakan bubur ini terlebih dahulu, baru minum obat, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave Bird
Romance"Aku memberimu kebebasan untuk mencintaiku, karena itulah tugasmu sebagai budak. Tapi ingat, jangan mengharapkan yang sebaliknya. Karena aku akan memberikanmu apapun itu, selain cinta." Nathalie berharap ia bisa melakukan hal itu, tapi nyatanya tida...