Nih buat yang minta di bikinin ending, seneng nggak?
Absen dulu ya, isi nama kalian. Itung-itung buat kenang-kenangan.
•••
Dua tahun berlalu begitu sangat cepat, selama itu Nasya tidak berhubungan lagi dengan Syam. Bahkan Nasya pindah kampus, terakhir kali Nasya mendengar kabar bahwa Syam meninggal dunia.
"Kita mau kemana sih Wa?" Nasya bingung, pasalnya Ajwa membawanya ke rumah sakit.
"Udah ikut aja." Ajwa menggandeng tangan Nasya.
"Siapa yang sakit Wa?" Jujur saja setiap melihat rumah sakit Nasya selalu teringat pada Syam.
'Andai kamu masih ada kak, pasti sekarang kamu udah jadi dokter.' Mendadak dada Nasya terasa sesak.
"Nggak ada yang sakit," ucap Ajwa.
"Ya terus kita ngapain ke sini? Jangan bercanda deh Wa." Nasya benar-benar bingung.
Ajwa menatap Nasya. "Ada sesuatu penting yang harus kamu tahu."
Setelah melewati koridor mereka berbelok dan berjalan menuju ke taman rumah sakit. Nasya terpaku kala melihat seseorang berjas putih khas dokter, lelaki itu sedang memainkan piano.
Suara nada piano terdengar begitu indah di telinga Nasya, tatapan lelaki itu fokus tertuju pada Nasya membuat nafas Nasya tercekat. Dia adalah Syam Kavalen.
"Wa, bukannya ..." Nasya menatap Ajwa.
Ajwa tersenyum di balik cadarnya. "Kak Syam masih hidup Na."
~~~
2 tahun yang lalu
Di tengah melepas alat yang terpasang di tubuh Syam, dokter tiba-tiba merasakan jantung Syam yang kembali berdetak. Dokter memasang kembali alat-alat tersebut.
Dokter menggunakan alat kejut jantung agar jantung Syam bisa berdetak kembali dengan normal. Syam kembali hidup namun di nyatakan koma selama satu bulan.
Selama itu Theo menyesali perbuatannya, ia selalu menunggu Syam untuk sadar. Dan saat ini keadaan Syam sudah agak membaik, bahkan cowok itu sudah bisa duduk.
"Gue rindu banget sama lo calon pak dokter," ujar Chiko.
"Iya, pokoknya rindu serindu rindunya," sahut Jey.
"Demi oreo, rindu serindu rindunya. Lagu kalik ah, tapi iya sih. Gue rindu banget sama lo Syam, gue selalu nggak tenang makan oreo waktu lo belum sadar dari koma." Evin sedikit curhat.
Syam terkekeh. "Kasihan ya oreo lo."
"Jangan gini lagi Syam, lo berharga banget buat kita." Altair memegang bahu Syam.
"Gimana kondisi kandungan istri lo, sehat?" tanya Syam.
"Sehat," balas Altair.
"Harus sehat dong, bentar lagi punya ponakan kita," ujar Chiko di sertai tawa.
Theo tiba-tiba memasuki ruangan Syam membuat suasana mendadak hening, tidak ada lagi suara tawa teman-teman Syam. Bahkan suasana mendadak menjadi tegang.
"Syam Papa mau ngomong." Theo mendekat ke arah Syam.
"Eh Syam, gue pamit dulu ya. Kasihan Ajwa, dia pasti kangen sama gue," ujar Altair.
"Gue juga mau pulang nih, takut di cariin emak gue." Chiko kini ikut-ikutan.
"Gue juga deh Syam, pamit dulu mau beli stok oreo," ucap Evin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syam Story
Fiksi RemajaDia Syam Kavalen, laki-laki yang menjabat sebagai wakil ketua geng Jevins dan mempunyai cita-cita menjadi dokter. Syam selalu memasang wajah kalem dan selalu terlihat tenang. Syam mencintai gadis berhijab bernama Nasya, namun Syam harus terjebak cin...