23. Anjing Besar Helmia

344 48 0
                                    

Sepertinya para kesatria mejaga kereta kuda dengan baik. Mereka tetap berdiri tegak di sekitar pintu masuk kuil. Tidak ada kekacauan atau darah berceceran di sekitar. Memang, para pembunuh bayaran hanya mengincarku, mereka tidak mau berurusan dengan para kesatria yang terkenal dengan pelatihan mengerikan mereka.

"Lapor, Yang Mulia Putri! Keadaan disini aman terkendali selama Yang Mulia Putri pergi, tidak ada keributan atau bahaya yang kami temukan. Kami juga sudah memeriksa daerah di sekitar kuil dengan radius serratus meter dan sama sekali tidak menemukan gangguan yang berarti."

Sepertinya mereka butuh diberikan lebih banyak pekerjaan. Kasihan.

"Kita akan kembali ke istana, tetap pertahankan formasi kesatria seperti saat berangkat tadi."

Kesatria itu segera berlari menghampiri kumpulannya setelah memberi hormat kepadaku. Kusir sudah sejak tadi duduk di depan kemudi. Aku masuk setelah memastikan para kesatria lengkap dan Mai sudah duduk nyaman di dalam kereta kuda.

Beberapa saat setelah kereta kuda mulai berjalan, aku mengintip di balik jendela. Kuil sudah tidak terlihat lagi. Aku menyandarkan tubuhku di kursi, ini empuk. Sofa di kamarku lebih empuk dari kursi ini, namun entah mengapa rasanya kursi ini lebih nyaman dari sebelumnya. Itu tentu bukan karena Mai yang terus-menerus tersenyum sambil menatapku, mungkin karena tubuhku membutuhkan sesuatu yang empuk saat ini.

Begitu sampai di persimpangan jalan, yang belum terlalu jauh dari kuil, segerombol orang terlihat sedang mengelilingi sesuatu. Wajah mereka tampak takut sekaligus khawatir. Para orang tua menghalangi anak mereka untuk melihat apa yang ada di depan mata mereka.

"Sedang ada apa di sana ya?" Mai, ternyata dia juga memperhatikan apa yang sedang kulihat.

Tiba-tiba, kereta kuda berhenti. Aku kembali mengitip keluar dan melihat seorang penduduk sedang menahan salah satu kesatria yang berjaga di depan.

"Apa Tuan membawa seorang bangsawan?"

"Ah, kami—"

"Bisakah Anda membantu kami untuk menyelidiki ini? kami benar-benar kesulitan. Jika kereta ini berasal dari arah sana, berarti Anda habis berkunjung ke kuil suci. Kami tidak tahu lagi harus meminta tolong kepada siapa, bisakah Tuan mengatakan itu kepada majikan Tuan?"

"Tapi kami sedang membawa—"

"Tolonglah Tuan, tidak ada yang bisa membantu kami lagi. Sejak tadi tidak ada polisi yang datang, dan hanya kereta kuda majikan Tuan yang lewat jalan ini."

Semuanya terdengar olehku.

Kesatria itu tanpak ragu, lalu dia turun dari atas kudanya dan berjalan ke arahku. Aku mendengar suara ketukan dari luar kereta kuda.

"Maaf Yang Mulia Putri, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan."

Aku menggangguk kepada Mai yang menunggu jawabanku untuk menerima kesatria itu.

"Sebelumnya saya minta maaf karena mengganggu perjalanan, ada seorang penduduk yang ingin bertemu dengan Yang Mulia Putri. Tapi, jika Yang Mulia Putri tidak mengizinkannya, maka saya akan menolak permintaan orang tersebut."

Terdengar merepotkan, tapi aku juga sebenarnya tidak ingin cepat-cepat pergi ke rumah keluarga Count Hailor. Jadi, lebih baik aku menyibukkan diriku dulu disini.

"Baiklah, aku akan menemuinya," aku bersiap turun dari dalam kereta kuda.

"Ah! Yang Mulia Putri tidak perlu turun, saya akan memanggil orang itu ke hadapan Yang Mulia."

Tanpa dibantu, aku segera turun, "Tidak masalah, dimana orang itu?"

Kesatria itu membawaku menemui orang yang tadi kulihat berdebat dengannya. Dilihat dari dekat, ternyata wajahnya tidak menampakkan kekerasan, dia terlihat lembut, tangannya yang melipat-lipat seperti meminta pertolongan.

Until I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang