Emosi

65 6 0
                                    

Tawa bahagia terpancar dari kedua sejoli yang baru saja turun dari mobil.

Kedua nya begitu ceria di pagi hari yang nampaknya tak bersahabat dengan kecerian mereka. Hal itu karena awan menunjukkan gumpalan berwarna abu tua yang menandakan mendung. Mungkin sebentar lagi hujan.

"Kalau bentar lagi hujan. Itu hujan mewakili perasaan gue banget ngeliatin pasangan kayak kalian berdua." batin Ara ngenes menatap Nanta dan Sinta dari kejauhan. Niat nya ingin menunggu Gempi, malah mendapat pemandangan yang menyebalkan.

Dirinya yang jomblo, hanya bisa gigit jari melihat pasangan bucin yang tengah happy karena berangkat bareng.

Iri dengki di hatinya sudah pasti. Tapi bukan iri karena Sinta pacaran sama Nanta. Ia iri karena nggak bisa romantis kayak mereka. Ya, you knowlah. Sahabat Ara sangat protektif. Mau sweet sama pacar atau crush kayak yang di antar-jemput. Siap-siap aja dapat siraman rohani dari sahabatnya yang minim akhlak. Mana suka maksa nyuruh putus pas lagi sayang-sayangnya sama pacar. Duh, sedih amat kisah percintaan Ara.

"Diliatin terus abang nya. Samperin dong." Gempi menyenggol lengan Ara, saat gadis itu fokus menatap Nanta yang lagi kasmaran dengan pacarnya.

Ara tersenyum evil. "Nyari mati namanya kalau samperin tu anak. Lagian masih pagi, udah bikin gue sakit mata aja." keluhnya.

Gempi menautkan kedua alisnya. "Sakit mata? Cemburu yaa?" godanya sambil terkekeh.

Ara mengerucutkan bibirnya."Ngaco ah. Ngapain juga gue cemburu."

"Yaudah sih, santai aja ngomong nya kalau nggak cemburu."

"Btw, ngapain lo liatin bang Nanta segitu nya? Udah mulai naksir ya?" tuduh Gempi memulai war. "Ya kan ya kan udah mulai naksir kan?" tanya nya sambil menyenggol bahu Ara berkali-kali.

Ara menjauh dari Gempi yang barbar menyenggol bahunya. "Bukan naksir ya Gem ya. Gue cuma kasihan aja sama Kak Sinta. Betah banget dia pacaran sama cowok anarkis kaya Bang Nanta. Kayak nggak ada cowok lain aja yang bisa di pacarin." ucapan itu lolos begitu saja dari mulut Ara, yang gak singkron dengan isi hati nya tadi.

"Eits jangan salah. Tuh senior anarkisnya kan sama cewek lain. Kalau sama ceweknya, behh, , sayang banget, perhatian, romantis, pacarable lah pokoknya. Kalau lo nggak percaya lo perhatiin aja setiap Bang Nanta berduaan sama Kak Sinta. "

Ara menatap Gempi yang antusias bercerita. Sepertinya Gempi banyak tahu tentang abang kelas nya itu. "Harus banget nih gue perhatiin kegiatan mereka?" tanya Ara dengan muka malas.

"Itu serah elo sih. Kalau kepo, pantau. Kalau nggak, yaudah."

"Fyi ya Ra, sebenarnya cewek disini itu banyak banget yang mau gantiin posisi nya Kak Sinta. Tapi, kalau liat muka bang Nanta, mereka jadi mikir-mikir lagi mau jadi pacarnya."

"Kenapa mikir? Kan mau di posisi Kak Sinta? Gas ajalah kalau mau." sahutnya penuh support.

"Haha. Mampus aja kalau berani gas. Soalnya bang Nanta dingin gitu sikapnya ke cewek lain. Dia juga galak nya gak kira-kira, Ra. Di tambah lagi dia anaknya nggak segan-segan melototi cewek yang senyum ke arah dia."

"Serem kan, Ra? Senyum doang langsung di pelototi? Selain di pelototi, mulutnya kalau ngomong sama cewek lain suka plong gitu tanpa di rem. Makanya setiap lo di dekati Bang Nanta gue kabur, takut kena amuk gue sama mulutnya yang lemes."

"Ooh. Pantes." gumam Ara menanggapi cerita Gempi.

"Apanya yang pantes?" tanya Gempi yang mendengar gumaman Ara.

"Ckckck.. Pantesan aja gue nggak suka sama dia. Sifatnya bukan tipe gue banget."

Gempi mengerling. "Yakin bukan tipe lo?"

"Yakin seyakin yakin nya." jawab Ara tanpa ragu.

"Iyain aja deh sama si paling yakin. Btw, Lo merasa ada yang aneh nggak sih sama Bang Nanta?"

"Tuhkan ngejek. Jadi males deh gue jawab pertanyaan elo Gem." Rajuknya karena di ejek si paling yakin.

"Ululu tayang. Cepat amat ngambeknya. Sini gue peyuk." Bukan nya memeluk, Gempi malah menggelitikan pinggang Ara.

"Ahaha stop Gem. Ucapan lo nggak sinkron banget dah."ujar Ara sambil menghentikan kegiatan Gempi.

"Ahah.. nggak mau stop, kecuali lo berhenti ngambeknya."

"Iyaa iyaa gue udah nggak ngambek, pliss jauhin tangan lo sekarang."

"Hehe siap bos." Gempi menjauhkan tangan nya dari pinggang Ara. Kini tangan gadis itu bersandar di bahu Ara. "Tanyain kek bang Nanta aneh nya kenapa." ulang Gempi menyuruh Ara bertanya kepada nya.

"Emang aneh kenapa?" tanya Ara sedikit kepo.

"Aneh nya tuh, Bang Nanta kan galak ya kan ya?"

Ara ngangguk biar Gempi cepat cerita.

"Kalau sama lo galak nya galak gemes gitu." ucap Gempi sambil nyengir. "Hehe, jadi pengen ngeship lo sama dia deh, tapi gue takut di hujat sama anak-anak lain."

"What. Galak gemes?" Ara berkacak pinggang, ia heran dengan teman nya yang satu ini. "Darimana gemes nya coba?"

Senyum iblis terpancar di muka Gempi. Ia senang sekali menggoda teman nya yang satu ini. "Dari cara kalian ngobrol. Dari cara kalian tatap-tatapan. Dia nya yang galak, dan lo nya yang kalem plus penurut.
Sweet banget nggak sih? Gue rasa sih sweet."

"Ahaha. Sumpah lu ngaco Gem. Dan satu lagi gue ingatin, lo boleh ship-in gue sama yang lain, kecuali dia."

Nanta yang sedang mendengar keseruan Sinta berbicara tentang pesta tadi malam. Menoleh. Mencari sosok tawa seseorang.

Tawa Ara menarik perhatian Nanta. Gadis yang ia cari-cari tadi malam. Akhirnya ketemu kembali di parkiran sekolah. "Kenapa gue jadi hafal sama suara si Cebol ya? Bahkan tawa nya, langsung bikin gue noleh ke samping." batin Nanta.

Tatapan Nanta tak lepas dari gerak-gerik Ara. Pagi ini gadis itu tampak ceria. Dan tampak nya-- cewek itu emang fakgirl.

Sorot mata Nanta tajam melihat Rifki menyampiri Ara. Dan seperti nya gadis itu tersenyum senang menyambut kedatangan lelaki itu. "Ooh, mungkin ini yang di namakan hobby yang sama. Cowok nya hobby selingkuh. Cewek nya juga hobby selingkuh. Bagus. Tinggal nunggu aja berita mereka putus." batin nya yang menantikan tanggal putus Ara dan Rian.

Semakin di perhatiin, mata Nanta semakin memanas melihat kebahagiaan yang terpancar dari muka kedua nya. Apalagi melihat mereka berdua saling genggam tangan.

"Sejak kapan mereka dekat?" batin Nanta bertanya.

"Apa mereka udah pacaran?"

"Apa mereka terang-terangan selingkuh?"

"Atau Ara dan Rian yang udah putus? Makanya Ara jadian dengan Rifki."

Sekelebat pertanyaan bersarang di benak Nanta.
Memikirkan hal itu, membuat kepalanya sakit. Dan, anehnya ia benci tangan Ara di genggam cowok lain.

Nanta mengepalkan tangan nya. Emosi menguasai dirinya yang semakin kepanasan mendengar tawa kedua nya.

Perlahan, kaki nya semakin cepat melangkah, tanpa sadar ia meninggalkan Sinta, dan pergi menemui Ara dan Rifki. "Bisa nggak sih lo ngehargain perasaan cowok?" sentak Nanta pada Ara, sambil melepas genggaman tangan keduanya.

My Ultimate HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang