t i g a b e l a s

360 25 8
                                    

Aya kembali ke kamar setelah disuruh Rudy untuk beristirahat, sedangkan lelaki itu sendiri masih tinggal di kamar Hesti sampai perempuan itu tertidur. Pandangannya terbagi antara game yang ia mainkan dan angka yang tertera di sudut kanan ponsel.

Sudah malam, tapi ia belum juga mengantuk. Pertama karena tak nyaman berada di sana dan teringat dengan ucapan Laras yang menyuruhnya tinggal di sana untuk merawat Hesti. Ia mungkin tidak akan berkata 'tidak' saat Laras menyuruhnya secara pribadi, tapi untungnya pertanyaan tadi sudah dijawab oleh suaminya.

Helaan napas pun lolos dari rongga mulutnya. Sampai suara pintu diketuk dan terbuka sedikit meredakan kegelisahannya.

"Belum tidur?" Rudy bertanya sambil menghampiri Aya di atas tempat tidur dan melirik layar ponsel yang menyala. "Oh, lagi main. Aku pikir nonton. Main sama aku aja, yuk."

Aya menggeliat saat Rudy menciumi lehernya sambil memeluk erat pinggangnya. Dadanya berdegup kencang kala tangan suaminya sudah mulai merayap di balik kaos miliknya.

"Aku libur, Mas," ucap Aya akhirnya.

Kerutan jelas tampak di wajah Rudy. "Serius?" tanyanya untuk memastikan.

Anggukan Aya hanya sebagai jawaban. Rudy bahkan mengecek bagian bawah dan merasakan ada yang beda dari biasanya.

"Ya, udah. Tidur aja sekarang. Jangan main terus." Rudy kembali memeluk Aya sembari menciumi wajah istrinya.

Sebagai istri yang menurut, Aya menyimpan ponsel di nakas dan ikut memeluk Rudy dengan rasa bersalah. Keduanya terdiam oleh pikiran masing-masing sampai Aya terlelap.

Rudy yang belum bisa tidur beranjak dari tempat tidur. Ia keluar ke balkon untuk memandang langit lepas. Pikirannya berkecamuk oleh pertanyaan yang tak bisa ia ungkapkan pada Aya.

"Bukannya nikah udah dapat satu bulan? Kenapa dia masih haid, ya?" Ia akhirnya menggumamkan kalimat tersebut pada angin yang melintas.

Sejak awal menikah hanya itu tujuannya. Selain usianya semakin bertambah, memiliki momongan seperti yang lainnya juga sangat ia idamkan. Namun, nyatanya sampai sejauh ini Aya masih belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan, malah sekarang libur.

Belum lagi tentang pertemuan dengan Tika di warung bakso siang tadi. Perempuan yang sudah sangat lama ia sengaja lupakan. Mereka memang sempat menjalin hubungan saat sekolah dulu, tapi karena ada sedikit masalah hubungan mereka pun akhirnya berakhir.

Rudy menyugar rambutnya ke belakang sebelum masuk kembali ke kamar dan menyusul Aya ke dunia mimpi.

***

Siapa sangka tamu pagi ini sukses mengejutkan Rudy dan yang lainnya. Perempuan yang semalam ia pikirkan sekilas kini tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Pagi semuanya. Maaf, datang pagi-pagi. Aku dengar mama kamu sakit? Aku boleh jenguk sebelum berangkat kerja?" Sapaan ramah Tika sempat membuat Rudy terdiam. Ia takut kedatangan perempuan itu akan menambah masalah.

"Boleh, Rud?" tanya Tika lagi.

"Boleh, ayo masuk." Rudy mengajak Tika masuk dan mempersilakan duduk di ruang tamu. Kemudian, ia sendiri masuk ke dalam untuk memanggil Hesti.

"Ma, ada Tika di depan," kata Rudy setibanya di kamar Hesti. Di sana juga ada Aya yang baru selesai memberikan obat pada mama mertuanya tersebut.

"Tika?" tanya Hesti bingung.

"Iya, temen aku waktu SMA dulu, dia dulu sering main ke sini. Mama kuat jalan ke depan, 'kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dosenku, LelakikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang