92. Seperti biasanya

6 4 0
                                    

5 hari kemudian....

        Rizal perlahan membuka mata tatapannya blue, terdengar suara bising memenuhi ruang pendengaran nya suara-suara dunia mulai ia dengar, ia melihat sekelilingnya tampak Ibu tengah tertidur di sampingnya dengan keadaan duduk, perlahan lengannya bergerak menyentuh lengan hangat itu.

"Mah..." ucapnya membuat wanita itu terusik dan membuka matanya lalu tampak terkejut melihatnya yang sudah siuman.

"Rizal! Sudah bangun Nak? Apa yang kamu rasakan. Sebentar Mamah panggil dokter nya" kata Ibu Rizal dan segera beranjak dengan perasaan senang meninggalkan ruangan.

Rizal melihat Risma yang tertidur pulang di sofa ia tersenyum kecil, sepertinya ia sangat merindukan adik bawel nya itu.

Tak lama Dokter datang diikuti Suster menghampiri Rizal, dan memeriksa keadaan nya.

"Detak jantungnya normal Bu, tapi Rizal harus banyak istirahat dulu. Tidak boleh beraktivitas untuk sementara, agar pemulihan otot-otot nya sempurna" kata Dokter diangguki Ibu Rizal dan dicatat baik oleh suster.

"Apa yang kamu rasakan?" tanya Dokter menatap Rizal yang terdiam.

"Ini boleh di lepas?" alih-alih menjawab Rizal balik bertanya menunjuk gelembung oksigen di hidungnya, Dokter tersenyum dan mengangguk lalu membantunya melepaskan benda itu.

"Jika ada apa-apa silahkan hubungi saya" kata Dokter diangguki Rizal, lalu suster segera mengganti infus dan pamit bersama Dokter undur diri dari ruangan.

Rizal perlahan duduk bersangga bantal, Ibunya menatap dengan senang karena putra keduanya sudah siuman kembali.

"Sebenarnya apa yang kamu lakukan akhir-akhir ini? Mamah khawatir. Bapak dari kemarin nemenin kamu disini, sekarang sudah berangkat kerja lagi" jelas Ibu membuat Rizal menoleh dan mengangguk mendengar nya.

"Mamah gak perlu nemenin Rizal lagi, bawa Risma pulang. Dia harus tidur di kasur"

"Gakpapa, Risma gak rewel kok"

"Tapi Mamah juga perlu istirahat"

"Mamah sangat sehat, jadi berhenti khawatir kondisi kamu belum pulih"

"Faisal gak kesini?" tanya Rizal membuat Ibunya menoleh dengan heran jarang-jarang ia menanyakan tentang keberadaan Faisal.

"Dia sibuk dengan skripsinya, tidak ada waktu untuk menjenguk. Tidak apa-apa ada Mamah disini"

Rizal termenung dan mengangguk mendengar nya, lagi pula ia tak begitu menginginkan kehadiran Faisal.

"Hp kamu, kenapa rusak toh? Susah Mamah buat hubungin kenapa hancur begini?" tanya nya memperlihatkan ponsel Rizal yang retak dimana-mana. Rizal menatap ponselnya yang sudah hancur dan kembali teringat malam penuh emosi hari itu.

"Emang udah jelek aja, Rizal lempar" kata Rizal membuat Ibunya menggelangkan kepala heran dengan kelakuan nya.

"Sekarang badan kamu rasanya gimana? Kamu di pukulin siapa sampai seperti ini? Mamah gak mau kamu terus kayak gini, kenapa gak sekalian aja jadi petinju?"

"Mamah apaansih, Rizal baik-baik aja kok. Lagian udah biasa, gak di pukulin sama orang juga sama Bapak paling"

"Kamu ini, ya karena salah kamu Bapak pukul kamu"

Kulkas Aktif《Completed》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang