Chapter 3. Kerewelan Revan

5 1 0
                                    

"HUAAAA...Mau ikut sama kakak!!." Tangis Revan adik Vika.

"Yatuhan! Kau gak boleh ikut kakak ke sekolah! Tunggu di rumah aja bisa gak!." Ucap Vika kesal dengan adik laki laki nya itu.

"Gak mau! Di rumah gak ada siapa siapa! Gak ada teman main!." Teriak Revan.

"Oh tuhan bagaimana ini?." Ucap Vika pasrah.

Hampir setiap hari Revan selalu menangis untuk ikut Vika pergi ke sekolah, membuat Vika pagi pagi harus menahan kesabarannya.

Vika berjongkok menyamakan tinggi nya dengan Revan dan memegang pundak nya.

"Gini aja, kalau kakak gajian nanti kakak bakal beliin kamu jajanan Pocky deh." Ucap Vika.

Revan lantas menghapus air matanya dan menatap Vika dengan mata berbinar "Beneran kak?."

"Ya iya lah yakali kakak bohong." Ucap Vika serius.

"Beli 5 ya!." Ucap Revan sembari menunjukkan Empat jari nya.

'Kurang satu jari Lu deck' Batin Vika.

"Yaudah sekarang masuk ke dalam, jangan ke mana mana, jangan hidupkan kompor kalau kakak lagi gak di rumah, makan siang udah kakak siapin di lemari jadi tinggal makan aja, bobok siang, kalau ada pr usahakan kerjakan pas bangun tidur, Kalau ada orang yang menurut kamu mencurigakan jangan sesekali ikut maupun buka pintu!, Jangan coba coba dekatin Rio walaupun sekedar main sama dia! Bahaya! Rio biar kakak yang urus." Ucap Vika panjang lebar.

"Kalau kamu patuhi itu semua sampai kakak gajian kakak janji bakal beli Pocky buat kamu lebih dari 5." Ucap Vika.

Revan mengangguk semangat dan mulai menyalim Vika "Oke kak semangat belajarnya, baibai"

Revan lantas masuk ke rumah dan menutup pintunya.

"Idih giliran Pocky aja baru nurut tuh bocah." Gerutu Vika lantas mendayung sepedanya.

Hari ini Zen tidak bisa mengantar Vika dan Emma karena ada urusan keluarga dia juga hari ini izin tidak masuk ke sekolah.

Bukannya Vika tidak modal atau apa ya! Sejujurnya Vika tidak mau direpotkan oleh Zen namun Zen memaksa Vika bahkan jika Vika lama dia akan mengetuk pintu rumah nya sampai gadis itu membuka pintunya dengan raut wajah kesal.

Jadi pagi ini merupakan pagi yang indah menurut Vika karena tidak merepotkan siapa siapa baik Zen maupun Emma.

Vika memarkirkan sepeda nya di samping sekolah dan mengunci nya agar tidak dimainkan oleh siswa lain saat pulang sekolah.

Vika berjalan menelusuri kelas per kelas dan sesekali menyapa orang untuk menghilangkan kegugupan nya, kalian pikir Vika tidak gugup berjalan di tempat yang rame? Tentu saja Vika gugup.

Sampai pada akhirnya suara yang sangat familiar terdengar di telinga Vika.

"VIKAAA!!." Panggil orang itu.

"Ehh Emma, selamat pagi." Sapa Vika dengan senyum hangat nya.

"Selamat pagi juga Vika, kamu ke sini naik apa?." Tanya Emma.

"Pakai sepeda." Jawab Vika apa adanya.

"Ya Tuhan tau begitu tadi ikut bareng aku aja." Ucap Emma sedikit menyesal.

"Ehh gak apa apa kok Emma, lagian bersepeda itu kan sehat." Ucap Vika menepis jauh jauh perasaan tidak enak dari Emma.

"Oh iya hari ini ada pelajaran agama kan?." Tanya Vika mencoba mengalihkan topik.

"Iya, Vik Bu Nining hari ini gak masuk karena sakit jadi Pak Eko yang menggantikan Bu Nining." Jelas Emma.

"Kamu sendiri nanti Agama di kelas mana? Aku jadi kasihan karena kalian selalu pindah pindah kelas kalau pelajaran Agama." Ucap Emma.

Triangle (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang