Istana Kerajaan Mont-Saint terlihat begitu megah dan berwibawa terletak di atas gunung yang menembus langit. Awan yang mengelilingi kerajaan tersebut seolah semakin menampakkan keindahaannya.
Kerajaan tersebut di pimpin oleh seorang raja yang begitu tamak, dan berlaku tidak adil pada masyarakat. Raja tersebut memerintah para jendral bawahannya untuk memungut pajak melebihi raja terdahulu. Bahkan hampir 5 kali lipat dan itu membuat banyak rakyat yang mati kelaparan.
Dibalik indahnya sebuah kerajaan, selalu ada sisi kelam tersendiri. Akibat apa yang dilakukan oleh raja, membuat rakyat membenci keluarga kerajaan dan keluarga kebangsawanan. Ibaratnya, yang diatas akan semakin kaya dan rakyat biasa semakin miskin dan tercekik membayar pajak negara yang semakin besar.
Dan pada puncaknya hari ini terjadi pemboikotan besar-besaran. Yang dipimpin oleh seorang Jendral Prachaya Ruangroj, dia juga merupakan seorang pangeran dari Kerajaan Sailiones. Bukan tanpa alasan pangeran dari Kerajaan Sailiones menyerang Kerajaan Mont-Saint, disamping ada sedikit aduan dari masayarakat dibawah pemimpinan kerajaan tersebut. Tentunya banyak alasan lain yang mempuat Jendral Prachaya Ruangroj mendapatkan perintah untuk mengkudeta raja Kerajaan Mont-Saint.
Dengan mudah Jendral yang memimpin pasukan menaklukan Kerajaan Mont-Saint, bahkan kini raja dan satu anaknya serta para bangsawan yang tamak sudah teringkus dengan tangan dan kaki yang diikat. Mereka digelandang ke lapangan istana, Jendral memerintahkan para prajurit untuk mengundang masyarakat agar mereka hadir ke Istana, setidaknya agar mereka bisa melihat proses eksekusi para bangsawan yang jahat pada rakyatnya sendiri. Dan agar tak ada yang berani macam-macam dengannya, karena dirinya berniat untuk naik tahta di kerajaan ini.
"Seluruh rakyat dibawah kepemimpinan Kerajaan Mont-Saint, dengan ini aku nyatakan kekalahan raja dan para bangsawan ini. Lihat, ini yang kalian mau dari dulu bukan. Mari, kita lihat mereka mati karena ketamakan mereka."
Sorak-sorak senang terdengar begitu menggebu-gebu karena akhirnya mereka bisa lepas dari belenggu para bangsawan yang haus akan harta.
Para algojo sudah siap dengan kapak besar mereka, tinggal menunggu perintah dari Sang Jendral.
"Ekseskusi!"
Darah berceceran di mana-mana, para bangsawan sudah meregang nyawa di hadapan algojo yang begitu kejam. Wajah mereka tertutupi oleh topeng karena memang itulah aturannya.
"Demi dewa yang agung, aku bersumpah hidupmu tak akan tenang wahai Jendral Prachaya!" teriak raja terdahulu yang dikudeta.
"Dan aku meragukan sumpahmu wahai manusia keji yang tak bermoral," ucap Sang Jendral dengan senyuman miring di wajahnya.
Sraaassshhh
Kepala raja terdahulu terpisah dari badannya dan terplanting hingga malayang dan jatuh di tanah. Matanya terbelalak soalah tuhan juga tak mengijinkan matinya dengan tenang sembari matanya tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emperor Of The Mountain
Historical FictionKudeta yang dilakukan besar-besaran oleh seorang Jendral dari Kerajaan Sailiones akibat ketamakan yang ada di Kerajaan Mont Saint, berakibat begitu besar dalam hidupnya. Tujuan yang awalnya hanya ingin mengakuisisi sebuah kerajaan membuat dirinya me...