Bagian 21

307 35 0
                                    

    Dada Lisa masih saja terasa sesak saat menghirup udara meskipun ia telah sampai di Surabaya dan meninggalkan Bali. Ia bukan tinggal di tengah kota, ia tinggal di pinggiran, sebuah perkampungan yang tak begitu padat. Surabaya masih saja panas, dan kini semakin tampak gersang dan membuat dada Lisa sesak.

   Ia telah meminta salah satu saudaranya membawa pulang mobilnya, ia memilih untuk menaiki bus untuk pulang ke Surabaya. Daridulu Surabaya sumpek dan panas, tapi ia selalu menikmati tiap pulang kampung. Ia akan tersenyum bahagia dan tak sabar menikmati masakan ibunya. Tapi kali ini hatinya masih saja sesak, mengingat semua hal yang ia alami, dan perpisahan dengan Dohwan tadi malam. Ia bertemu Seokjin tidak ada satu bulan, tapi pertemuan mereka mengubah semua kehidupan Lisa menjadi menyedihkan. Sekarang ia sedang menunggu di terminal, jemputan kedua orang tuanya.

"Tante Lisa!!!!, " Suara cepreng keponakannya membangunkannya dari lamunan. Riri, putri kecil kakaknya yang baru berusia enam tahun itu memang tinggal dengan kedua orang tuanya, berlari menghampiri Lisa yang segera berdiri.

"Jangan, lari-larian Ri, nanti jatuh."

   Lisa membalas pelukan Riri, mengelus rambut panjang gadis kecil itu hingga ia melihat dua orang yang sangat ia rindukan berjalan ke arahnya, Ayah dan mamanya. Tiba-tiba matanya memanas melihat mamanya tersenyum hangat ke arahnya.

"Mama, " Lisa menghampiri mamanya dan memeluk wanita cantik yang melahirkannya itu, "Lisa pulang, Ma."

   Dada Lisa semakin sesak, ia menangis tersedu-sedu, kedua orangtuanya tentu saja saling berpandangan heran. Tidak biasanya Lisa seperti ini.

"Sa, kamu nggak papa?."

    Pertanyaan mamanya bukannya membuat Lisa berhenti menangis, tangisnya malah semakin keras hingga tubuhnya bergetar.

"Lisa cuma kangen, mau peluk mama lama."

     Mama Lisa mengangguk, mengelus rambut putrinya yang masih menangis terisak.

"Mama, disini Nak, kamu akan baik-baik saja."

                     ******

      Dengan langkah lebarnya Seokjin memasuki kantor polisi, sekertaris Choi sudah di sana, begitupula dengan Jae wook. Kini ada Tae joon yang terlihat datang ke kantor polisi juga.

   Polisi membiarkan mereka untuk berbicara sebentar, dan itu membuat emosi Seokjin semakin meledak. Ia tak suka melihat wajah menyebalkan Jae wook.

"Paman harusnya tahu, aku bisa membeli semuanya dengan uang, aku tinggal mengakuinya lalu memberikan uang dan masa tahananku akan berakhir."

"Presider Song."

      Jae wook masih duduk di kursi tunggu yang disediakan kepolisian, menatap nyalang ke arah Seokjin, pria yang hari ini ia temui sebanyak dua kali. Bergantian menatap tangannya, Seokjin mengabaikan uluran tangannya kan tadi, akan ia buat pria Kim itu menyesalinya.

"Tentu saja keluarga Kim tak bisa mengeluarkan uang semudah aku, aku mendengar tentang kekurangan mereka. Kini mereka hanya bergantung pada anak bungsu mereka yang mendapatkan uang dari bergoyang di panggung."

"Kau,,, "

   Sekertaris Choi menahan Seokjin yang sudah berdiri hendak memukul mulut kurang ajar Jae wook.

"Hyung-nim!!, " Tae joon juga keberatan dengan apa yang dikatakan Jae wook, "Seokjin Hyung berusaha keras untuk menjadi idol, kau tak berhak menghinanya seperti itu."

"Pulanglah presider Song, kau berada di sini hanya membuatku muak, " Kata sekertaris Choi.

"Dia jelas melakukan percobaan pembunuhan padaku Paman, bagaimana bisa ia bebas semudah ini, " Seokjin tak terima dengan perkataan sekertaris Choi.

Being Difficult "KSJ"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang