00

23 5 0
                                    

" kepada tuan yang tinggalkan hati tak berpenghuni pada bumi penuh dengan keegoisan manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" kepada tuan yang tinggalkan hati tak berpenghuni pada bumi penuh dengan keegoisan manusia.

tepat pada bentala di mana seluruh keping kenangan yang kamu tinggalkan, aku di sini. tak bisa kuberanjak satu jengkal pun bahkan setelah ragamu pergi aksa melintasi cakrawala selesa.

tak bisakah Tuhan melihat penyesalanku? tak bisakah Tuhan menaruh nuraga pada jiwaku yang perlahan mengabu? 

teruntuk kamu, sang manifestasi mentari yang hilang bersama senyum hangatmu.

tentang aku sang pecundang, karena terus berdusta tentang perasaan hingga kau tiada.

tentang kita, yang terpisahkan oleh kehendak semesta, tanpa sepersetujuan.

tentang perasaanku padamu yang  begitu tidak adil. Tapi kamu, pasti tersenyum dengan puas karena harsa yang kamu bawa padaku berhasil bukan?

sedari dulu, ingin kuucapkan padamu sebuah kata yang selalu tersendat dalam tenggorokanku. Yakni, terima kasih karena sudah mencintaiku dengan tulus, sampai jiwamu binasa.

cintamu yang akcaya berhasil  mengambil nuraniku untuk memulai percaya akan seluruh perlakuan hangatmu saat-saat di mana ragamu masih bisa kusentuh.

kumasih dibuat bingung akan sebuah catatan takdir yang ditulis Tuhan tentang kedatanganmu pada duniaku, apa masalahmu memberikan sebuah afeksi, lalu kau lenyap setelah buatku rasakan asmaraloka.

kepada jumantara dan batara kuteriakkan lantang, mengapa kamu pergi begitu cepat tanpa bisa kuterka?

lantas dengan siapa lagi hati ini kujatuhkan jika tidak dengan kamu?

yang terakhir, kuucapkan kembali kata terima kasih.

pada semesta karena sudah menjadi tempat untuk dirinya berbagi afeksi dan harsa untukku.

pada Tuhan karena sudah menciptakan manusia nirmala seindah dirinya, walaupun aku membenci predestinasi yang Engkau tulis di antara kami.

masih, masih ada banyak yang ingin kuucapkan dengan aksara yang tak ada hentinya jika menyangkut kamu.

nanti, akan kuceritakan pada dunia tentang segala kisah kita yang termaktub pada takdir Tuhan, tentang kamu sang manifestasi mentari namun terhalangi oleh nabastala yang menangis pedih, tentang kisah kita yang seharusnya tak kunjung usai, dan tentang aku sendiri yang meratapi semuanya. "




[Tokoh Utama dalam Nabastala Mengabu]

[Tokoh Utama dalam Nabastala Mengabu]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Seokmin

Park Eunseo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Park Eunseo

Park Eunseo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Mingyu

Jeon Wonwoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeon Wonwoo

Nabastala MengabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang