Chapter 5. Curhat

0 0 0
                                    

"Ekhmm.. Guys?." Ucap Emma yang melihat pemandangan di depannya itu.

Sontak keduanya pun berjauhan karena kedatangan Emma.

Vika segera berjalan menghampiri Emma dan mengajak Emma duduk di ruang tamu.

Begitu pun dengan Zen, dia ikut duduk di samping Emma sedangkan Vika duduk tepat di depan Emma dan Zen.

"Aku di paksa nikah." Ucap Zen.

"Whut?!! Nikah?." Ucap Vika terkejut.

"Yang benar aja kamu bakal nikah dini." Ucap Emma.

"Ck! Itulah masalah nya aku masih muda gak mungkin nikah secepat itu." Ucap Zen frustasi.

"Jadi pengen kabur lama lama." Gerutu Zen.

"Maaf Zen lagi lagi kami gak bisa kasih solusi, terlebih lagi soalan seperti itu." Ucap Emma.

"Gak perlu minta maaf dengan kalian yang menjadi pendengar aku sudah lebih dari cukup, pada dasarnya aku butuh teman curhat." Jelas Zen.

"Kalau mereka bersikeras untuk menikahkan aku, terpaksa aku bakal kabur dari rumah." Ucap Zen.

"Kau serius mau kabur?." Tanya Vika.

"Ya aku udah ambil keputusan, dan sepertinya keputusan itu lebih tepat."

"Aku gak kuat di tuntut ini itu di usia ku yang masih belia."

"Aku bukan boneka! Aku juga butuh kebebasan." Ucap Zen geram sembari mengepal kan tangan nya.

"Apapun keputusan kamu aku sama Vika bakal tetap dukung kamu kok." Ucap Emma sembari tersenyum.

Vika mengangguk kan kepalanya mantap "Tenang aja! Kita kan teman."

Zen tersenyum tulus mendengar penuturan Emma dan Vika, ia bersyukur memiliki teman yang mengerti dengan diri nya.

"Kalau kau membutuhkan teman cerita kau bisa bercerita kepada kami." Ucap Vika lagi.

"Terimakasih." Ucap Zen tulus.

-
-
-
-
-

Setelah pulang dari rumah Vika Emma lantas bersiap siap untuk tidur. Emma berjalan menuju kelender dan menatap nya dengan datar.

"2 hari lagi aku mau ulang tahun, apa kalian gak ada niatan buat pulang?." Emma bermonolog sendiri.

"Kalian benar benar tidak peduli dengan ku." Ucap Emma dengan senyum getir nya.

Orang tua Emma jarang pulang ke rumah karena pekerjaan mereka, Emma di tinggalkan bersama pengasuhnya Bibi Ani sedari kecil.

Namun sayang nya Bibi Ani meninggal 1 Tahun yang lalu karena kecelakaan membuat Emma sangat terpuruk, mungkin karena Bibi Ani sudah menjaga nya sedari kecil membuat nya tidak rela harus kehilangan bibi yang sudah ia anggap sebagai Ibu keduanya itu.

"Huft... Bi bagaimana kabarnya di sana? Emma harap bibi hidup tenang di sana."

"Jujur Emma benar benar rindu sama Bibi, sudah dua bulan Papa dan Mama tidak pulang Emma kesepian." Ucap Emma sembari memeluk lutut nya.

"Emma benci bi harus sendiri seperti ini."

"Emma harap Bibi memantau Emma dari atas sana." Ucap Emma sembari tersenyum tegar.

"Sudah sudah! Besok harus sekolah gak boleh tidur larut." Ucap Emma mulai bangkit dan berjalan menuju ke ranjang nya.

-
-
-
-
-
-

Triangle (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang