Sembilan

4K 122 2
                                    

Bantu vote, ya.

Saat ini, yang dapat kita sebut 'tiga pasangan' tersebut baru saja menginjakkan kakinya di mall. Membuat seluruh pasang mata mengarah pada mereka. Tentu saja banyak yang mengagumi karena kesempurnaan rupanya, apalagi ada seorang raja bisnis yang dikenal khalayak ramai disini.

"Mau kemana dulu, Max?" tanya Aston. Karena memang Maxi yang memimpin healing time kali ini.

Yang ditanya, hanya sibuk mengelus pinggang gadisnya. Tangan kanannya ia masukkan pada saku celana jeans.

Detik selanjutnya, Maxi bersuara. Tapi bukan jawaban yang ia lontarkan, melainkan sebuah pertanyaan yang ia tujukan pada Zhelica. Mengabaikan dengusan dari Aston.

"Kamu mau kemana dulu, sayang, hm?" tanyanya dengan menundukkan kepalanya agar melihat raut gembira yang terpancar dimanik mata Zhelica.

Kini yang dirinya lihat raut wajah Zhelica yang seolah tengah memikirkan sebuah jawaban.

Mata indah Zhelica beralih menatap kedua sahabatnya, seakan meminta pendapat. Riri dan Stella yang melihat itu saling berpandangan.

"Eum, gimana kalo kita ke toko baju dulu? Gue mau beli beberapa dress soalnya" usul Riri.

"Nah, iya! Aku juga mau beli celana jeans kulot" ucap Stella menyetujui.

Mendengar usulan itu, Zhelica hanya mengangguk mengiyakan. Tangannya beralih menarik tangan kanan Stella dan tangan kiri Riri, untuk menuju toko pakaian wanita yang ditunjuk Stella tadi.

Maxi dan Aston hanya mengikuti dari belakang. Seolah menjadi seorang bodyguard yang menjaga dan memantau ketiga gadis tersebut.

Revin sendiri sedang menebar pesona kepada kaum hawa yang ia temui selama kakinya melangkah. Sekedar say hi, memuji, atau memberikan sebuah kedipan mata.

Bagaimana jika kekasihnya melihat itu? Revin sungguh tidak peduli. Toh, Laurent, pacar Revin saat ini, juga tahu jika dirinya sering bergonta-ganti pasangan. Menurutnya, sampai saat ini belum ada wanita yang pas untuk memiliki hatinya.

"Ini bagus nih, Zhel. Cocok buat lo" ujar Riri. Ia menunjuk sebuah dress polos berlengan pendek dan panjangnya hanya sepaha berwarna merah maroon.

"Ih, cantik. Tapi gapapa kalo ini Lica yang pake?"

Riri mengernyit bingung. "Ya gapapa, emangnya kenapa?"

"Nggak papa" balas Zhelica menyengir lucu.

"Warnanya mencolok banget kalo dipake Zhelica yang imut-imut gini" komentar Stella. Ia baru saja melihat-lihat dress dibagian paling pojok.

"Iya si, tapi cakep tau. Warna kulitnya Zhelica kan putih, jadi kontras banget sama warna dress nya"

"Yaudah, ambil aja, Zhel. Terus pilih juga yang kamu suka" usul Stella.

"Lica juga mau beli yang ini"

"Gimana? Bagus gak?" tanyanya riang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana? Bagus gak?" tanyanya riang.

"Bagus, sayang. Ambil aja"

Itu suara milik Maxi. Ia baru saja menghampiri Zhelica yang sedari tadi sibuk memilih pakaian.

"Iya, bagus kok, Zhel. Warnanya kalem" komentar Stella saat melihat Zhelica menatapnya, seolah meminta pendapat.

Zhelica beralih menatap Maxi kembali. Ia memberikan senyuman manis miliknya. Mendekatkan tubuhnya pada Maxi setelah menitipkan belanjaannya pada Riri.

Kedua tangannya ia lingkarkan pada pinggang kekar milik Maxi. Netranya berusaha bersitatap dengan pria didekapannya. Senyuman manisnya tak ia lunturkan demi membuat Maxi terbuai.

"Lian" panggilnya manja.

"Kenapa, sayang? Hm?" sahut Maxi. Mengangkat tangannya dan ia daratkan dipuncak kepala Zhelica. Mengusapnya pelan disertai dengan kecupan hangat.

"Lica beli dress, boleh?" tanya Zhelica hati-hati.

"Dress yang tadi? Boleh dong, kenapa nggak. Nanti aku yang bayarin, baby"

"Iya, yang tadi. Tapi ada satu lagi"

"Satu lagi yang mana? Sini aku liat dulu bajunya"

"Yang itu. Yang dipegang Riri, warna merah" tunjuknya pada dress yang Riri pilihkan tadi. Untuk model, ia memang suka. Tapi ini yang ia ragukan, izin dari Maxi. Dress tadi termasuk dalam kategori terlalu pendek bagi kekasihnya.

Maxi mengikuti arah pandang dan telunjuk gadisnya. Riri yang kelewat peka, menunjukkan dress tersebut agar dapat dilihat jelas oleh Maxi.

Melihat itu, Maxi menatap objek didepannya dengan tajam. Tapi sedetik kemudian ia tersenyum tipis. Kembali menatap gadis yang masih betah memeluk pinggang lebarnya.

"Boleh-"

Zhelica yang mendengar itu lantas kembali mengeratkan pelukannya. Bersorak dengan riang seolah mendapat sebuah kemenangan. Tapi itu tak berlangsung lama. Dalam hitungan detik, ia sudah mengerucutkan bibirnya. Merasa kesal dengan lanjutan ucapan Maxi.

"Tapi dipakenya buat dirumah aja"

Nahkan.

Zhelica hanya menghela nafas pasrah dan menyembunyikan kepalanya didada bidang Maxi. Ia tidak bisa berbuat banyak. Ia takut kemarahan Maxi lah yang akan ia terima nanti. Ketegasan seorang Maximillian memang tidak bisa ditoleransi.

Maxi yang melihat itu hanya mengeratkan pelukannya. Kini ia memeluk mesra Zhelica, ia cukup sadar jika saat ini kekasihnya sedang badmood. Ia menunduk, dan mengelus pipi berisi Zhelica.

"Belanjanya udah?"

Zhelica hanya membalas dengan anggukan.

"Tapi Riri sama Stella belum. Tadi mereka bantu Lica pilih baju" ucapnya. Ia menatap Riri dan Stella yang tersenyum kaku ke arahnya.

Maxi tak menjawab. Ia mengeluarkan dompet miliknya dari dalam saku celana. Mengeluarkan salah satu kartu blackcard miliknya. Mengulurkannya pada Aston yang sedari tadi diam menyimak.

"Temani mereka belanja"

Aston menerimanya dengan antusias. Ia melirik pada Revin yang mendengus karena iri.

"Gue juga ditraktir kan, bos?"

"Untuk kalian hari ini"

"Ayo, sayang. Kita ke kasir, terus jalan-jalan" timpalnya. Maxi meraih belanjaan Zhelica dan merangkul pinggang gadisnya. Melangkahkan kakinya menuju kasir. Selepasnya ia akan pergi ke tempat yang Zhelica inginkan, untuk mengembalikan mood gadis mungilnya.

"Yes. Makasi bosku, bestiku. YUHU CIWI-CIWI, MARI KITA FOYA-FOYA" heboh Aston saat Maxi dan Zhelica jauh dipandangannya.

"Itu juga buat gue, Ton. Bagi-bagi lah" ujar Revin tak mau kalah.

Aston beralih menatap Revin sebal.

"Iya elah"

Setelahnya, mereka mengelilingi mall. Memasuki toko yang sebelumnya mereka ingin tuju. Mumpung saat ini mereka memegang kartu sultannya Maxi, jadi kesempatan ini mereka gunakan dengan baik.

Healing time kali ini mereka tutup dengan makan berempat di salah satu restorant di mall tersebut.
Mengabaikan Maxi dan Zhelica yang dapat dipastikan sedang memadu kasih.

***

Maximillian the Possessive GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang