Suasana hening, sambil duduk Koko berkata. "Aku akan menunggu di sini. Kalian selesaikan saja urusan kalian." dan membiarkan mereka masuk lebih dalam untuk menemukan Kakucho dan Rindou.
Di bawah tanah terdapat banyak ruangan. Dari tempat penyimpanan senjata, harta, makanan, maupun tempat pertemuan rahasia musuh. Satu-persatu pintu di buka dan mereka tidak menemukan apapun. Setelah masuk cukup dalam, mereka terpergok dan musuh mulai memanggil kelompok mereka untuk mengepung. Namun keduanya berhasil lari sebelum mereka memulai perkelahian.
Mereka masuk semakin dalam dan terpojok di ujung lorong. Musuh yang menyusul di belakang siap dengan pistol di tangan mereka, namun justru Sanzu bergerak lebih cepat dengan menembak salah satu dari mereka. Tujuh orang yang berhasil mengepung mereka kini kehilangan satu anggota. Di saat musuh dalam keadaan panik, Sanzu dan Ran mengambil kesempatan dengan menembak mereka satu-persatu.
Musuh yang tersisa berhasil membuat Sanzu kehilangan senjatanya dan juga kesempatan mereka untuk lari. Berkat Ran yang masih fokus menembaki musuhnya, tiga orang yang kehilangan senjata mulai panik dan lari untuk mencari bantuan. Sanzu yang terlihat tidak peduli dengan mereka, mengambil pistol di lantai dan menyimpan beberapa milik musuh di pinggangnya.
"Mereka akan segera kembali membawa bantuan, sebaiknya kita fokus mencari Kakucho dan Rindou." Usul Ran yang tampak sangat mencemaskan mereka.
Namun bala bantuan musuh justru datang, menghalangi mereka untuk mencari Kakucho dan Rindou. Tidak hanya itu, sepertinya petinggi musuh pun ikut serta dalam pengepungan itu.
"Sepertinya kalian terpojok, bagaimana kalau kita melakukan negosiasi. Dari pada kalian mati sia-sia di sini, akan lebih bagus kalau kalian menerima penawaran ku." Musuh memberi saran.
"Negosiasi? Penawaran? Persetan dengan semua itu. Beritahu saja aku, dimana Kakucho dan Rindou?!" Bentak Sanzu sambil menodongkan senjata di tangannya.
Anak buah musuh mengerti bahaya yang mengancam, jadi mereka pun mengangkat senjata mereka, mengarahkannya pada Sanzu dan Ran. Namun petinggi musuh justru memberikan isyarat untuk mereka menurunkan senjatanya.
"Bukankah kalian ingin bertemu dengan teman kalian? Kalau begitu mari ikut dengan ku."
Petinggi itu berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan. Ia seperti mengisyaratkan mereka berdua untuk ikut dengannya. Anak buah musuh menunggu mereka, keduanya tampak saling memandang satu sama lain. Mereka pun mengangguk, menyimpan senjata mereka dan mengikutinya.
Mereka keluar dari bawah tanah, lalu naik ke atas dan bertemu dengan Koko di ruang staf.
"Koko, bagaimana bisa kau ada di sini?" Tanya Sanzu.
"Kita sudah ketahuan, sejak awal ini hanya jebakan. Sebelumnya mereka mencoba untuk bernegosiasi dengan ku, namun aku menolaknya. Kalau bisa kalian juga tolak saja penawaran mereka." Ujar Koko memberi saran.
Kemudian keduanya duduk tepat bersebelahan dengan Koko. Di seberang mereka pula duduklah petinggi musuh yang akan menawarkan sebuah kerjasama kepada mereka. Dia membujuk mereka untuk bergabung dalam kelompoknya, tentu saja itu tidak mudah, apalagi terhadap Sanzu yang paling setia di Bonten.
"Aku akan menjamin keselamatan teman-teman kalian. Jadi apakah kalian mau bergabung dengan kami?"
Ran yang mulai kesal berdiri dari tempatnya, lalu mengeluarkan pistol dari pinggangnya, dalam sekejap mata ia menembak salah satu bawahan musuh hingga mati.
"Jawabannya adalah tidak. Sebaiknya kau beri tahu aku dimana mereka, sebelum aku membunuh mu." Gertaknya sambil menodongkan senjata api itu ke musuh di depannya.
"Aku tidak bisa memberitahukan hal itu pada kalian. Kau sudah menolak penawaran ku, tapi kalian meminta ku untuk memberitahukan dimana teman-teman kalian. Sombong sekali."
"Dasar tidak berguna!" Serunya menembak paha pria itu.
Petinggi musuh mengerang kesakitan, bawahannya yang telah siap dengan pistol di tangan mereka, tampak siap untuk menembak ketiganya. Namun Sanzu dengan cepat menembak tangan mereka dan membuat senjata mereka terlempar.
"Lemah." Sindir Sanzu.
Keadaan menjadi sangat kacau, mereka tidak memiliki bala bantuan, apa lagi senjata. Kali ini giliran mereka yang terpojok.
"Sekarang katakan pada ku, dimana mereka?" Tanya Ran dengan geram.
Mereka putus asa, tidak dapat melawan di posisi itu. Jadi mereka pun mengatakan semua yang mereka tahu.
"Bos menyuruh kami untuk membawanya ke markas utama. Kami tidak tahu apa yang akan di lakukan olehnya, jadi kumohon biarkan aku hidup."
Setelah mereka mengatakan dimana Kakucho dan Rindou berada, Ran merasa sedikit puas dan berniat melepaskan mereka. Namun justru Sanzu membunuh mereka dengan masing-masing menerima satu tembakan.
"Kau terlalu lembek, sebaiknya aku tidak mendengar mu mengatakan akan melepaskan mereka begitu saja." Ujar Sanzu memperingati.
Ran melihat ke arahnya, sorot mata Sanzu tampak dingin. Dia hanya bisa membuang muka dan berkata. "Aku tidak berniat melakukan itu."
Koko yang dengan santai duduk di sofa, menyerahkan hal ini pada mereka berdua. Namun melihat mereka saling adu mulut membuatnya takut akan dalam masalah dan mereka justru akan memulai pertengkaran. Jadi dia pun menghentikan keduanya dan mengajak mereka untuk pergi ke markas utama musuh.
Di mobil Koko sibuk dengan laptop di pahanya. Sambil mencari informasi ia menunggu sebuah jawaban. Tiba-tiba ponselnya berdering, Koko mengangkatnya dan tampak berbicara sangat serius dengan seseorang. Saat percakapan berakhir dan ia menyodorkan ponselnya kepada Ran yang tengah mengemudi. Koko berkata. "Ini lokasi mereka."
Layar ponsel menampakkan sebuah rute ke markas musuh yang baru saja di beritahukan oleh seseorang yang menghubungi Koko. Ran mengambil ponselnya dan melihat.
"Sepertinya aku tahu daerah ini." Kata Ran asal menebak, lalu memberikan kembali ponsel Koko.
"Benarkah?" Tanya Koko sambil menerimanya.
"Kalau begitu tunggu apa lagi. Langsung tancap gas!" Seru Sanzu tampak bersemangat.
Kemudian Ran pun segera mengebut dan menuju ke lokasi dimana markas musuh berada.
Sesampainya mereka di sana, yang menanti mereka adalah bangunan tua yang tak lama lagi akan segera di renovasi. Saat masuk ke dalam mereka benar-benar di sambut dengan hangat oleh mereka. Anak buah musuh dengan bermacam-macam senjata di tangan mereka, siap untuk melenyapkan mereka.
"Ini bukan tugas ku, jadi kalian bersenang-senanglah. Aku akan menunggu di luar sampai kalian menghabisi mereka semua. Jadi jangan khawatirkan aku." Ujar Koko mundur dua langkah ke belakang dan menyerahkan tugas menghabisi musuh pada Ran dan Sanzu.
Sanzu maju lebih dulu, dengan bersemangat menembaki mereka satu-persatu. Ran membantunya di belakang, menghitung setiap tembakan yang ia keluarkan. Di tembakan ke enam, Ran mengganti amunisinya. Sedangkan Sanzu membuang senjata yang di ambilnya dari musuh dan menyisakan satu senjatanya saja untuk mengisi ulang.
Musuh sangat banyak, Sanzu dan Ran pun kehabisan peluru. Di kondisi itu Sanzu melupakan pedangnya, sedangkan Ran membuang senjatanya dan mulai bertarung dengan tinjunya sambil menghindari tembakan dari musuh.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Attention (Ran x Kakucho)
De TodoSinopsis: Kakucho sempat bingung akan hidupnya tanpa Izana. Namun hingga saat ini ia berhasil menjalaninya dengan normal. Seharusnya begitu, tapi entah kenapa ia memulai hubungan dengan Ran setelah kejadian yang tidak terduga menimpa mereka. Sejak m...