kamu

8 5 0
                                    

Happy Reading....

Maaf jika ada typo yeorobun....

___________________

Tanpa terasa sudah minggu ke tiga Namjoon dan grubnya di Amerika untuk tour konsernya. Satu minggu lagi ia akan kembali, dengan tekad yang sudah memburu...ya, dia memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya tentang perasaannya pada Nayaa. Walaupun dia juga mulai khawatir tentang bagaimana reaksi Nayaa selanjutnya.

Hingga konser hari terakhirpun terlaksana dengan lancar dan BTS akan kembali ke Korea pada keesokan harinya karena mereka akan beristirahat beberapa jam sebelum melakukan penerbangan kembali ke Negaranya.

_____________________

Pagi hari tiba, dan saat itu pula rasa sakit yang selalu menyerangnya tiap senja menunjukkan diripun kembali terasa. Kucuran darah segar kembali menetes seolah-olah tak bisa berhenti, ia melangkah tertatih menuju kamar mandi agar darah itu ridak mengotori lantai kamarnya, tidak...lebih tepatnya agar dia tetap bisa menyembunyikan rasa sakitnya yang ia juga tidak tahu pasti sakit yang disebabkan oleh apa. Yang dia tahu, setelah kejadian ini terus berulang, ia tidak baik-baik saja karena memang keadaan tubuhnya yang menjadi terlihat lebih kurus.

"Apa bibi membuat soup abalon?" Tanya Nayaa saat mengahampiri sang bibi druang makan.

Ia kembali terlihat seperti tak terjadi apa-apa walaupun wajah pucatnya tidak bisa ia sembunyikan.

"Eeemmm...bibi membuatnya karena tiba-tiba ingin. Apa kau juga ingin memakan ini?"tanya bibi Jang tanpa menoleh ke arah Nayaa.

Nayaapun langsung mengangguk brutal dan duduk dengan satu mangkuk soup abalon dihadapannya.

"Yak, kau baik-baik saja?"tanya bibi Jang sedikit terperanjat kaget saat melihat wajah keponakannya yang terlihat begitu pucat.

Nayaa tersenyum kecut "memangnya aku kenapa ,bi??aku baik-baik saja."

"Wajahmu terlihat sangat pucat, apa kita ke dokter saja?"

"Tidak, bi. Aku baik-baik saja eoh" elak Nayaa lagi.

Walaupun bibi Jang tidak puas dengan jawaban Nayaa tapi ia tetap tidak bisa berbuat apa-apa karena memaksanya untuk memeriksakan diri bukanlah ide yang bagus mengingat keponakannya itu sedikit keras kepala.

_____________________

Senyum sumringah masih bisa terlihat dengan jelas pada wajah pria bersurai biru itu melalui kaca mobil yang tertutup rapat. Kenyataan bahwa grubnya semakin mengepakkan sayap di industri musik cukup membuatnya bangga atas pencapaiannya dengan ke 6 member yang lainnya.

Mobil terus melaju dengan standart menuju pedesaan dimana pemuda itu berasal. Setelah mendapat izin dari agency untuk istirahat dirumah setelah tour panjangnya. Sesekali ia melirik kearah sederetan totebag disampingnya. Hingga mobilpun terhenti saat tiba dipekarangan yang cukup luas dengan suasana yang sangat asri.

"Omma...."sapanya saat melihat sang ibu sedang memetik beberapa bunga hias ditaman samping rumahnya.

"Eoh Namjoona...kau datang?" Sambut sang ibu merentangkan tangan agar anak semata wayangnya masuk dalam dekapnya.

"Ada beberapa oleh-oleh untuk omma dan appa" Namjoon menyerahkan beberapa totebag pada ibunya

"Huaaaa....anak omma sudah sukses rupanya"goda sang ibu. "Lalu, itu untuk siapa?" Lanjut tanya sang ibu sarkastik karena iapun sudah tahu jawabannya.

Namjoon tak menjawab dan hanya tersenyum menyembunyikan roma merah pada wajahnya. Entahlah ia merasa malu bahkan untuk sesuatu yang terlihat biasa dimata orang lain.

Langkahnya sedikit dipercepat saat melihat pintu rumah yang terbuka, namun seketika langkahnya terhenti saat bibi Jang keluar dengan menggendong sosok yang sangat ia kenal. Namjoonpun berlari menghampiri mereka dengan spontan menjatuhkan totenbag yang ia bawa begitu sampai didekat bibi Jang dan Nayaa.

"Apa yang terjadi bi?" Tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar.

Sambil mengatur nafas bibi Jang menjawab "Entahlah, dia tidak juga keluar dari kamar mandi dan saat bibi membuka pintunya, dia sudah tergeletak dilantai dengan banyak bercak darah"jawab bibi Jang tak kalah bergetar dengan air mata yang lolos menetes begitu saja.

Namjoon tak banyak bertanya lagi, ia langsung mengambil alih Nayaa yang ada dalam gendongan bibi Jang.

Mereka melangkah tergesa-gesa bahkan berlari menuju kerumah Namjoon untuk meminta bantuan sang ayah untuk membawa mereka kerumah sakit karena Namjoon belum mendapatkan SIM untuk menyetir.

30 menit berlalu, mereka sudah sampai dirumah sakit dan Nayaapun segera mendapat pertolongan dari dokter.

bibi Jang, Namjoon bahkan ayah dan ibunya masih terlihat begitu gusar menunggu dokter untuk segera keluar dari ruang gawat darurat itu.
Hampir satu jam hingga sang dokter keluar dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Bagaimana anak saya, dok?" Tanya bibi Jang yang diikuti anggukan oleh yang lainnya.

"Sebenarnya, saya tidak terlalu yakin dengan pemeriksaan saya karena peralatan di rumah sakit ini kurang memadai. Saya tidak bisa memberikan hasil diagnosis, dan untuk saat ini saya hanya bisa menyampaikan bahwa pasien kelelahan. Tapi, saya sangat menyarankan agar pasien dibawa kerumah sakit besar dikota agar melakukan pemeriksaan lanjutan. Saya sedikit khawatir tentang kondisinya." Jawab sang dokter panjang lebar.

Setelah kepergian sang dokter, mereka bergantian untuk menjenguk Nayaa yang sudah dipindahkan keruang rawat biasa. Dan saat ini adalah giliran Namjoon yang mengambil giliran paling akhir.
Entahlah, dia masih bingung dengan semua jawaban dokter tadi, seperti bukan itu jawaban yang ia harapkan tapi dia juga tidak tahu rasa khawatir yang seperti apa yang sedang ia rasakan saat ini melihat wajah pucat sahabatnya yang tergeletak tak berdaya diranjang rumah sakit itu.

_____________________

Tbc...

Jelas ga sih ini alurnya??😭😭😭

Takut ga sampe feelnya sama kalian huhu...
Ottokhe🥺

Until The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang