#DrakGrey04

37 7 0
                                    

Aku berjalan ke kelas sembari mengengam bunga Anyelir putih, seperti di pagi-pagi biasanya. Sampai di kelas kakiku berhenti melangkah setelah mendapati seseorang di kelasku, orang itu duduk di kursi Satriga. Seseorang yang aku hindari.

Orang itu menyadari akan kehadiranku. Senyum yang ditampilkan orang itu tidak menunjukkan duka sedikit pun, atau mungkin sudah berdamai dengan duka.

Aku yang masih terkejut akan keberadaan orang itu tidak membalas senyuman yang sudah diberikannya, atau mungkin aku belum bisa berdamai dengan duka.

"Kenapa di situ? Kamu mau menaruh itu bukan?" Kasih menunjuk bunga Anyelir yang aku bawa. Iya, orang itu Kasih, pacar Satriga.

Aku menghela napas. Mungkin sudah waktunya aku berhenti bermain kucing-kucingan dengan Kasih. Aku berjalan ke arahnya lalu menaruh bunga Anyelir yang aku bawa di meja Satriga.

Kasih menarik kursi yang ada di samping tempat duduk Satriga dan menyuruhku duduk. "Duduk sini! jangan berdiri terus nanti kamu capek." Senyum masih terukir indah di wajah Kasih.

"Aku sengaja menunggumu, Alea. Entah mengapa untuk bertemu kamu itu sulit sekali!"

Karena aku mengindari kamu, Kasih.

Aku mengusap belakang leherku cangung. "Emm-"

Kasih tiba-tiba terkekeh. "Kayaknya kita memang sudah lama sekali tidak bicara mangkanya jadi cangung begini."

"Baiklah, pertanyaan pertama untukmu. Berapa banyak uang yang sudah kamu habiskan untuk membeli bunga Anyelir ini selama satu bulan atau mungkin lebih?" tanya Kasih.

Mataku membelalak tak percaya akan pertanyaan Kasih itu. Bukankah dia melakukan hal yang sama denganku? Lalu mengapa dia bertanya seperti itu?

"Aku bercanda, kok." Kasih tersenyum tapi kali ini terlihat lebih sendu.

"Setelah pulang sekolah kita bicara lagi, ya. Kayaknya itu jadi pembicaraan terakhir kita. Sekarang aku harus kembali ke kelasku sebentar lagi pasti anak kelasmu pada datang."

Aku mengernyit tidak mengerti. Pembicaraan terakhir? Apa maksudnya?

Kasih sudah pergi bahkan punggung cewek itu sudah tidak terlihat lagi. Aku menghela napas.

Aku menyadari sesuatu yang terluka di sini bukan hanya aku tapi juga Kasih. Namun, aku hanya fokus pada rasa sakitku sendiri hingga melupakan Kasih yang juga merasakan hal yang sama.

***

Saat bel pulang berbunyi aku buru-buru merapikan alat tulisku dan bergegas keluar dari kelas. Aku berjalan ke koridor kelas Kasih dan ternyata Kasih sudah menungguku. Dia duduk di kursi depan kelasnya.

Waktu aku menghampiri Kasih cewek itu lekas berdiri menyambutku. Seperti teman yang sudah lama dekat Kasih mengandeng tanganku dan membawaku pergi dari sana. Padahal selama ini aku mengenal Kasih hanya sebatas cerita-cerita dari Satriga yang disampaikan ke padaku. Satriga selalu bersemangat jika menceritakan tentang pacarnya itu.

Kasih membawaku pergi ke tempat loker. Di sana Kasih mengambil semua barang yang ada di lokernya dan ditaruh di paper bag. "Aku akan pindah sekolah," ucapnya.

Belum sempat aku membalas ucapannya Kasih lebih dulu mendahuluiku. "Nanti saja aku jelaskan lebih baik kamu bantu aku bawa barang-barangku ini."

Aku mengambil satu paper bag dan membawanya begitu pula dengan Kasih. Setelah berberes Kasih mengajakku ke taman sekolah.

Drak Grey (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang