59

56 4 0
                                    

"OH IYA!" Calvin sedikit terlonjak kaget.

"Berarti lu gak sekolah dong?!" Tanya Aurora, ia sedang meminum susu fullcreamnya setelah itu baru makan bubur dan minum obat.

"Nanti kalo ketinggalan mapel gimana?" Lanjutnya bertanya.

"Bolos sehari buat anak cerdas kek Apin mah gak masalah kak." Jawabnya tersenyum menenangkan.

"Iya tapi tetep aja, nanti kalo dimarahin mama papa lu gimana?"

"Ngomong-ngomong soal itu, kak Reese gak marah?" Calvin menunduk, memilin selimut Aurora, ia grogi.

"Marah kenapa?"

"Itu.. soal Apin pewaris dari perusahaan Lanes Company yang berati Apin anak dari orang yang mecat papi nya kak Reese," jelasnya.

Aurora berdecak. "Katanya cerdas dan loncat kelas, tapi gitu aja gak tau."

Calvin menatap Aurora dengan imut. Aurora memegang sebelah dadanya. "Huh, tenang jantung. Inget dia lebih muda dari lu berarti dia sama kek Eja!" Batinnya.

Aurora balik menatap Calvin dengan lembut. "Dengar ya Apin. Itu kan masalah orang tua kita, bukan kita. Jadi gue gak ada hak buat marah sama lu, intinya sih gitu. Paham?"

Deg deg deg

Calvin dengan refleks menganggukkan kepalanya. Bagaimana tidak? Aurora sangat amat cantik di mata Calvin saat ini, apalagi saat senyum lembut itu terbit di bibir Aurora.

"Reese udah suka sama Apin?" Tanya Calvin langsung.

"Ha?" Kaget Aurora. "Udah sih," jawabnya langsung.

"HA?!" Kaget Calvin. "Berarti kak Reese mau jadi pacar Apin?" Ia bertanya dengan semangat.

"Enggak." Jawab Aurora yakin.

"LOH?" Kaget Calvin lagi.

"Kan gue baru suka sama lu, belum cinta." Setelah itu Aurora tertawa. "Tinggal dua kesempatan berarti hoho," ucapnya senang.

Pipi Calvin memerah menahan amarah, namun Aurora mengartikannya bahwa Calvin sedang malu.

Sabar Calvin.

SIAL, ia tidak akan tertipu permainan Aurora lagi.

Calvin tersenyum. "Gapapa wle, yang penting masih ada dua kesempatan. Apin bakal bikin kak Reese jadi mi— pacar Apin." Ucapnya yakin.

Aurora tersenyum manis. "Ya ya silahkan."

Hening beberapa detik lalu terdengar suara minuman yang di sedot habis. "Udah abis susunya?" Aurora mengangguk.

"Sini sampahnya," Calvin mengambil susu kotak tersebut. Kotaknya menjadi sedikit hangat karena tangan Aurora yang ikut panas.

"Sekarang makan bubur ya, Apin suapin. Habis itu baru minum obat," ucapnya sambil membuka kotak bubur.

"Nih, aaaa~" titah Calvin sambil menyodorkan sesendok bubur di hadapan mulut Aurora.

Aurora melahap bubur tersebut. "Gadis pintar," kata Calvin sambil tersenyum.

"ANAK KECIL! ANAK KECIL! UDAH GEDE MASIH DISUAPIN~" Senandung Reza dengan asal dari ruang tengah. Ia sedang menonton tv sambil memakan ciki.

"Kampret. Tutup aja pintunya, Pin." Titah Aurora dengan lemas serta kesal.

"Tapi—"

"Halo papi, iya pi, masa kak Reese—"

"IYA GAK JADI! GAK GUA TUTUP!" Teriak Aurora.

"Kak Reese, jangan teriak. Nanti lemes, gak sembuh-sembuh." Ucap Calvin khawatir.

"Lu jangan ngeledekin kak Rora mulu Ja, nanti gak gua beliin cemilan lagi mau?" Ancam Calvin dengan wajah serius.

"Hehe, ampun bang, bercanda doang tadi. Gua gak nelpon papi kok, suer deh." Reza mengacungkan jari tengah dan telunjuknya. Ia tersenyum, "silahkan dilanjutkan acara mesra— maksudnya nyuapin kak Roranya."

"Aaaa~" Aurora kembali melahap suapan yang diberikan Calvin.

Calvin mengusap sisa bubur yang berada di sudut bibir Aurora dengan jempolnya lalu menjilat sisa bubur tersebut.

Pipi Aurora memerah. "Jangan gitu anjrot, gue malu." Ucapnya terang-terangan.

Calvin terkekeh. "Sengaja," katanya sambil menyuapi Aurora.

"Pesawat datang~ suapan terakhir aaaa," titah Calvin lembut.

"Gue bukan anak kecil," ucap Aurora pelan lalu melahap suapan bubur yang terakhir.

"Pinter." Lalu Calvin membuang sampah bubur dan susu kotak tadi ke tempat sampah yang berada di dapur.

"Ja, tempat gelas di mana?" Tanya Calvin saat tidak menemukan satu gelas pun.

"Itu, di samping dispenser dalem rak warna krem." Jawabnya sambil fokus pada kegiatannya. Menonton televisi.

"Oke."

"Nih kak Reese, minum vitamin dulu. Obatnya yang ini minumnya nanti ya, pas kak Reese bab." Ujar Calvin saat kembali duduk di pinggir kasur Aurora. Ia memberikan Aurora minuman dan vitaminnya, Aurora pun menerima dan meminum vitamin tersebut.

"Makasih Apin," ucap Aurora lembut dengan senyumnya. Calvin mengangguk lalu mengusap rambut Aurora seperti mengusap rambut adiknya.

Ya, Calvin memiliki seorang adik. Perempuan. Tidak bisa menjadi pewaris, karena itu Calvin pewaris tunggal.

"AAAA RAAAAA~!" Panggil Lion dan Nopal bersamaan.

•Older Me•

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang