Tiga puluh dua

6.8K 518 41
                                    

Happy reading and enjoy~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading and enjoy~

"Bagaimana jika kau menyukai budakmu sendiri, Arthur?"

Arthur menatap Ara seolah-olah kembarannya itu sudah gila.

"Aku memang berbuat baik padanya, aku juga memanjakannya, tapi aku tidak mungkin menyukainya."

Benar.

Dirinya tidak memiliki perasaan yang seperti itu pada Nathalie. Gadis itu memang mampu membuatnya sedikit terobati dengan pernikahan Ara dan rasa tidak pantas yang dimilikinya untuk saudari kembarnya itu, tapi Nathalie itu bukan seorang wanita di matanya, melainkan ... hewan peliharaan.

Ia sedih saat melihat Nathalie kesakitan, ia berusaha agar dirinya saja yang merasakan sakit itu. Ia menyayangi Nathalie, sungguh! Tapi bukan sayang dalam bentuk yang berbeda. Mau dilihat dari manapun, Nathalie lebih mirip dengan peliharaan imut yang harus dijaga.

"Bisa saja suatu saat nanti kau benar-benar menyukainya."

"Itu tidak mungkin," jawabnya cepat.

"Selama ini kau tidak pernah berbuat sebaik itu ke wanita lain, Arthur. Sifatmu yang kelewat baik untuk merawat satu budak rasanya sangat asing."

"Itu karena wanita lain tidak ada yang sepolos Nathalie."

Apalagi mata Nathalie, benar-benar seperti kucing.

"Wanita lain hanya berpura-pura polos dan berpura-pura lemah untuk menarik perhatianku. Aku benar-benar bosan, hingga rasanya ingin mengeluarkan isi perutku. Wanita itu memuakkan."

Ara berdecih. Sebelum bertemu dengan Nathalie saja Arthur sering bermain wanita. Meskipun itu dilakukan untuk menghilangkan rasa dan frustrasi dalam hubungan rumit mereka berdua. Tapi tetap saja dia tidak boleh mengatakan wanita itu memuakkan.

"Nathalie berbeda, dia benar-benar lemah dan polos. Mungkin karena dirinya berasal dari budak."

Karena gemas dengan semua tindakan Nathalie, ia pernah berkeinginan untuk mengenakan collar pada leher gadis itu. Walaupun Nathalie pasti akan menerimanya karena dia seorang budak, tapi Arthur tidak ingin mewujudkan keinginannya. Ia sudah mengajari Nathalie makan seperti manusia, jika ia menggunakan collar pada gadis itu, kebiasaan Nathalie yang diperlakukan seperti anjing pasti akan kembali.

Percakapan mereka terputus saat merasakan sakunya bergetar. Allard yang menelponnya, lelaki itu mengumpat karena salah satu tawanannya mati. Bukannya berbulan madu, Allard malah sibuk mengurusi tawanannya dan mendisiplinkan bawahannya.

"Allard yang menelpon?"

Arthur mengangguk. "Dia dalam masa yang sulit. Sudah saatnya aku pergi, jangan lupa hubungi aku jika butuh sesuatu. Kau yang paling tau aku selalu siap untuk setiap kebutuhanmu."

***

Beberapa ingatan Nathalie memang sudah kembali, tapi gadis itu masih kesulitan berbicara. Dia masih terbata-bata dan masih belum bisa tidur di tempat yang terang. Kedatangan Clara ke apartemen Arthur sangat membantu. Karena Nathalie dirawat oleh Clara hingga kondisinya benar-benar membaik. Berkat itu Arthur yang menjadi omelan Lucas karena tidak menyuruh Clara pulang.

"Kau mimpi buruk lagi?"

Nathalie mengangguk, rambutnya yang digerai turut bergerak mengikuti kepalanya. Saat itu Arthur duduk di ruang tamu sembari melihat berkas-berkas penelitiannya. Luka Nathalie sudah mengering, hanya menunggu bekas lukanya menghilang. Akhir-akhir ini gadis itu sering bermimpi buruk, sebenarnya sejak sakit Nathalie mulai menjerit-jerit saat tidur. Jika Arthur tidak memeluknya, gadis itu tidak akan bisa tidur. Seperti sekarang.

Arthur merentangkan tangannya, menyuruh Nathalie mendekat. Gadis itu duduk di pangkuan Arthur, kepalanya ia sandarkan pada leher lelaki itu. Mencari kedamaian di sana.

"Apakah kali ini mimpimu masih sama?"

Nathalie mengangguk tanpa suara. Arthur tidak tahu apa yang dimimpikan Nathalie, ia juga tidak bertanya karena tidak ingin gadis itu merasa tidak nyaman.

"A-aku mengganggumu?"

"Tidak, aku tidak terlalu sibuk. Tidurlah lagi." Ia mengecup pelan rambut gadis itu yang halus.

Tidak lama setelah itu Nathalie benar-benar tertidur. Kasihan, karena gadis itu bisa tidur saat Arthur di sampingnya saja. Meski mereka tinggal di atap yang sama masih belum bisa menghilangkan kekhawatiran Nathalie. Tentu saja hal ini sedikit mengganggu pekerjaannya. Tapi aneh ia sama sekali tidak keberatan.

"Shit! Aku tidak suka pemandangan ini."

Allard yang baru saja datang langsung mengumpat. Arthur memang memberikan sandi rumahnya pada Allard, karena dia tidak ingin membukakan pintu untuk lelaki itu. Pekerja di rumahnya hanya satu dan sekarang sedang berbelanja. Arthur memang tidak terlalu suka mempekerjakan banyak orang.

"Yah, aku tahu kau iri padaku."

"Bangsat!"

Arthur terkekeh. Kedatangan Allard ke tempatnya karena ingin mendiskusikan soal penelitian yang sedang diurus oleh Arthur. Percakapan mereka berlangsung lama. Mungkin karena suara Allard yang tampak marah ketika berbicara, hal itu mengganggu tidur Nathalie.

“Aku akan membawanya ke kamar.” Ia meletakkan berkas yang dipegangnya, lalu dengan hati-hati menggendong Nathalie.

Meski dirinya sudah sepelan mungkin menurunkan Nathalie ke ranjang, gadis itu langsung terbangun. Tangannya menahan Arthur tanpa dirinya sadari. Arthur tersenyum lembut, ia menunduk untuk membelai rambut halus Nathalie.

"Aku tidak akan lama, aku akan segera kembali."

Kedua bibir gadis itu langsung mengerucut, tapi tidak protes. Matanya saja yang penuh harap. Arthur juga punya kehidupan dan lelaki itu mengurusi traumanya saja sudah merupakan kebaikan yang luar biasa. Ia tidak boleh egois, sekarang Arthur butuh waktu untuk menyelesaikan masalahnya dengan lelaki kasar tadi.

"Aku ti-tidak suka pa-padanya. Di-dia jahat, aku ti-tidak mau kau mati."

Arthur terkekeh. "Ternyata kau sudah sadar saat Allard datang. Dia memang kasar dan jahat untuk orang-orang tertentu, tapi dia baik. Dia hanya tidak bisa mengekspresikan maksud dan perasaannya. Tidurlah lagi atau pergi ke ruang lukis. Setelah Allard pulang nanti aku akan memelukmu selama mungkin."

Nathalie duduk dengan malas-malasan. "Mi-minta cium, bo-boleh?"

Bukannya mencium, Arthur malah mengigit pipi gadis itu. Tentu saja bukan gigitan yang kuat, tapi meninggalkan bekas.

"Ar-Arthur!"

Ia terkekeh senang sebelum melangkah keluar. Meninggalkan Nathalie yang sedang berdebar. Gadis itu menutup wajah dengan kedua telapak tangan.

"Ba-bagaimana ini," gumamnya kepada diri sendiri.

Gadis itu menyentuh kedua pipinya yang memanas. Tidak boleh! Ia harus sadar dirinya siapa, tapi sikap Arthur kepadanya sangat hangat. Nathalie memeluk bonekanya, jika seperti ini terus bukankah ia bisa salah paham. Mengira Arthur suka padanya. Apalagi perkataan Clara beberapa hari lalu membekas di hatinya.

"Arthur memang anak yang penyayang, tapi aku tidak pernah melihatnya menyayangi orang lain sedalam rasa sayangnya pada adik kembarnya. Aku senang karena kaulah orang yang dipilihnya."

Nathalie menggigit bibir bawahnya pelan. Bagaimana ini, ia menjadi serakah karena menyukai Arthur. Padahal dirinya hanya budak, tapi Arthur tidak pernah menganggapnya budak. Bukankah itu artinya lelaki itu melihatnya sebagai seorang perempuan.

"Ah!" Ia membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam selimut.

Bolehkah dirinya menyukai seseorang?

Bersambung ...

Uwwww! Akhirnya 100K (~‾▿‾)~

Kalian hebat man teman, jan lupa share sebanyak-banyaknya ya!

Nah, untuk merayakannya, aku  up lagi deh 〜(꒪꒳꒪)〜

Slave BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang