Kita Melakukannya.

1.2K 72 6
                                    

Peringatan!
Chapter ini mengandung kegiatan dewasa, bagi kalian yang masih dibawah umur, harap menghilangkan rasa penasaran kalian, dan cari suatu bacaan yang lebih mudah juga sehat untuk kalian pahami.
.
.

Dan bagi kalian yang tidak berkenan dengan isinya, bisa kalian skip atau tolong untuk tinggalkan cerita ini tanpa melakukan tindakan lebih lanjut, hanya tinggalkan saja cerita ini.
.
.
.
Hope you like it! And Happy Reading^^

_____________________________________________


Pagi itu Lidya dan Zandy terbangun bersamaan, karena suara alarm yang cukup berisik, satu dari jam nakas Zandy, satu lagi dari ponsel Lidya. Bangkit lebih dulu, setelah dia mengecup pelipis istrinya, Zandy merenggangkan tubuhnya dan melangkah menuju kamar mandi. Disusul Lidya setelah suaminya keluar dari sana.

.
.
.

Karena masih masa cuti, yang baru dia sadari ternyata hanya sebentar, Zandy mulai memikirkan hendak kemana atau ingin apa selama cuti ini. Sedang fokus berpikir, dia merasakan dadanya dielus, lalu pelukan dieratkan.

Setelah sarapan tadi, mereka kembali kekamarnya, Mama dan Papa juga masih merasa lelah, jadi mereka memilih kembali berleha. "Kamu ada pikiran mau kemana gak? Cuti kita gak lama ya ternyata..." tanyanya sambil mengusap kepala Lidya yang sedang memeluknya. "Engga, emang kamu mau pergi-pergi?"

"Aku kepikiran mau ngajak kamu honeymoon, tapi gak tau mau keman—."

"Harus banget ya, honeymoon tuh kesuatu tempat?" tanyanya selagi memainkan jari jemarinya diatas dada Zandy. "Maksudku—kalo gak bisa dalam waktu dekat, emangnya gak bisa disini aja kita—" niatnya ingin meralat ucapannya yang terkesan menyepelekan ajakan Zandy, tapi saat melanjutkan kalimatnya dan mendongak melihat Zandy, dia berhenti, lalu merubah posisinya menjadi duduk.

Zandy yang masih pada posisinya memiringkan kepala sejenak. "Apa? Emang apa yang kita bisa disini?" tanyanya ikut duduk, senyum jahilnya terlihat saat otaknya sudah mengerti ucapan Lidya.

"Ba-banyak. Bisa.... Santai-santai.. Bisa... Nikmati libur... Bisa..." jelas sekali terlihat kalau Lidya mati-matian mencari kalimat normal dikepalanya saat ini.

"Iya, banyak ya. Bisa..." menggantung kalimatnya dan membawa wajah Lidya menatapnya, meski sedikit, Zandy bisa melihat rona merah dipipi istrinya, ibu jarinya tergerak naik dari dagu dan mengelus bibir istrinya.

Moment seperti ini sering terjadi, tapi dia tidak bisa tidak gugup saat pria yang sekarang berstatus suaminya mendekatkan wajahnya. "Bisa indomie date. Udah lama gak makan mie buatan kamu, yuk bikin bareng." katanya dengan tangan beralih mengelus pipi, lalu bangkit lebih dulu.

Lidya yang sudah berdebar tak karuan, mendesis, dan mendumal saat menoleh matanya tidak melihat sosok Zandy, "Ih Zandy! Kirain mau cium!"

Menghela nafas, dia menenangkan detak jantungnya terlebih dahulu, lalu bangkit dan menyusul suaminya yang sepertinya sudah di dapur.

Menyambut istrinya didapur dengan senyuman, Lidya melihat sudah ada dua bungkus mie instan, dua telur, dan pelengkap yang dibutuhkan.

Tanpa membantah, Lidya mulai bergulat dengan alat-alat dapur, bersama Zandy yang masih berdiri menyaksikan juga membantu beberapa hal.

Setelah jadi, mereka menatapnya berdua, Lidya tidak makan begitu banyak, karena dia masih merasa kenyang setelah sarapan tadi, Zandy yang menghabiskan, lalu dia yang mencuci piring, juga peralatan yang dipakai.

Sweet Moment (Oneshoot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang