Belum sempat Theona menjawab, Mrs. Marry sudah tampak bersorak gembira "Ahhh!! Rupanya si pengawal tampan... Ayo masuklah, kami sedang membuat panekuk. Kau pasti akan menyukai panekuk pertama buatan calon istrimu ini..." ucap Mrs. Marry sembari mengapit lengan Letnan Andreas dan menyeretnya masuk ke dalam apartmennya.
Theona ternganga dengan ucapan yang mulai melantur tak masuk akal dari Mrs. Marry tersebut. Meski begitu, dia ikut kembali masuk ke dalam apartmen perempuan tua itu sembari mencari tahu bagaimana reaksi si pria kaku itu setelah mendengar ucapan Mrs. Marry yang tak masuk akal itu....
***************
Bab 4 - Bertamu
Letnan Andreas mengabaikan apa yang dikatakan Mrs. Marry, karena kini dia memilih fokus mengamati ruangan di sekitarnya. Beruntung sekali karena dia dipersilahkan masuk dengan sukarela oleh si pemilik rumah tanpa memberikan alasan-alasan lain.
Apartmen Mrs. Marry interior dan nuansanya terasa klasik. Banyak barang-barang antik di sana, bersih, rapi, dan beraroma sabun khas orang tua. Tak ada yang mencurigakan seperti yang dipikirkan oleh Letnan Andreas sebelumnya.
Letnan Andreas diminta untuk duduk di sofa milik perempuan tua itu, dan dia mengikutinya saja.
"Kau tahu, aku dan Princess memang sesekali menghabiskan waktu sore dengan memasak bersama. Kami tetangga yang harmonis. Kuharap hubungan kalian juga bisa seharmonis ini..."
"Mrs. Marry. Kau benar-benar salah paham. Kami tidak berhubungan seperti itu," Theona mencoba menyadarkan Mrs. Marry dari penyakit pikunnya yang cukup akut.
"Hei, aku baru ingat apa yang kau katakan tadi. Kau ingin belajar membuat panekuk agar bisa membuat bekal sarapan ke kantor. Jangan-jangan, kalian satu tempat kerja?" Mrs. Marry menatap Letnan Andreas dan Theona dengan saling bergantian.
"Ya. Kami memang satu tempat kerja. Satu tim, bahkan satu ruangan." Letnan Andreas menjawab dengan santai.
"Ahhh! Kau manis sekali... berarti benar apa yang kucurigai, bahwa dia belajar membuat panekuk untuk sarapan bersama dengamu di kantor," ucap Mrs. Marry. Kemudian dia berpikir sebentar dan berkata lagi, "Kenapa kalian harus sarapan bersama di kantor jika kalian bisa sarapan bersama di atas ranjang?" tanya Mrs. Marry kemudian. "Hahahaha kalian benar-benar pasangan aneh," ucapnya sembari melangkah pergi meninggalkan Theona dan Letnan Andreas berdua di ruang tamu.
"Maafkan dia, Drew... seperti yang kukatakan sebelum-sebelumnya, dia pikun," Theona mendesah penuh sesal. Dia merasa tak enak ketika harus berada di situasi seperti ini bersama pria di hadapannya itu.
"Bukan masalah," hanya itu jawaban sang Letnan.
Keduanya akhirnya sama-sama diam, hingga membuat suasana menjadi canggung. Kemudian, akhirnya Theonalah yang mulai membuka suaranya lagi karena merasa tidak nyaman dengan kecanggungan yang ada.
"Jadi... kau akan mengunjugi semua tetanggamu?"
Letnan Andreas mengerutkan kening dengan pertanyaaan tersebut. "Ya... Kau keberatan jika aku berkunjung."
"Ah! Tidak... aku hanya tak tahu apa yang harus kusuguhkan padamu jika kau datang," pada akhirnya Theona menjawab seadanya.
Letnan Andreas akan membuka suaranya lagi menanggapi apa yang dikatakan Theona. Namun, dia mengurungkan apaa yang akan dia katakan karena Mrs. Marry sudah lebih dulu datang dengan membawa sebuah baki yang berisi makanan dan minuman.
Theona segera bangkit, kemudian membantu Mrs. Marry membawakan makanan tersebut ke atas meja di hadapan.
"Nah, sekarang, nikmatilah panekuk buatan kekasihmu," ucap Mrs. Marry kepada Letnan Andreas. Theona hanya bisa menggelengkan kepalanya, sedangkan Letnan Andreas akhirnya menuruti perintah si perempuan tua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCESS THEONA
RomansaLetnan Andreas memiliki tugas untuk mengawal seorang Putri Raja. Putri cantik bernama Theona yang ingin hidup bebas di luar negeri. Karenanya, dia memutuskan untuk berpura-pura menjadi pria asing yang selalu berada di sisi Theona. Dalam sekejap mata...