Enigma (14) - Peringatan

6 0 0
                                    

"Aku selalu mencintaimu, Anna."

"Lalu bagaimana denganku?"

"Kau bisa menerima perasaanku. Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, seperti terakhir kali. Walau pada akhirnya, aku yang bertekuk lutut padamu, Anna."

Katakan, bagaimana cara Anna akan mencintai laki-laki itu, jika semua yang dikatakan laki-laki tersebut sama sekali tidak Anna mengerti maksudnya. Semua penuh teka-teki, dan Anna dibiarkan buta tanpa mengetahui ada apa dibalik semuanya.

Mempercayai bahwa Al adalah seorang dewa saja sudah sangat sulit. Bagaimana bisa Anna harus percaya akan hal-hal lain di luar nalar manusia?

"Al.. perasaan tidak semudah itu. Dan aku sendiri masih tidak paham apa maksud semuanya. Aku akan membiarkanmu untuk menyukaiku. Namun, kau tidak bisa memaksaku membalas perasaanmu itu."

Al tahu Anna akan mengatakan hal tersebut. Sudah jelas Anna belum bisa kembali padanya semudah itu. Ingatan tentangnya juga kisah mereka bahkan tidak pernah ada di kepala Anna. Semua harus dirangkai kembali. Al dan Anna, juga tentang kisah mereka.

"Anna, pakailah kalungmu. Setidaknya jangan buat aku harus berlari menemuimu."

Anna menghela napas pelan, menetralkan perasaan emosinya. Ia mengambil kalung pemberian Al yang berada di dalam tasnya. "Memangnya, kenapa aku harus memakai kalung ini?" tanya Anna, walau demikian ia tetap memakai kalung tersebut.

"Aku akan memberitahumu alasannya, di pertemuan kita selanjutnya."

"Kau akan menghilang kembali?" tanya Anna. "Emm, maksudku pergi dengan cara menghilang dalam sekejap mata?" ralatnya.

"Itu alasan mengapa kekuatan ada."

Setelah mengatakannya, Al berjalan keluar pintu toko. Namun sebelum langkahnya menjauh dan kembali menghilang, panggilan Anna menghentikannya lebih dulu.

"Al, jangan biarkan aku buta dan terpaksa menerima kehadiranmu, tapi buat semuanya jelas agar kehadiranmu menjadi sesuatu yang aku inginkan."

Bukannya ingin bermain teka-teki, namun Al masih harus berpikir ribuan kali jika itu tentang Anna. Ia punya caranya sendiri untuk melindungi Anna. Dan akan ia pastikan caranya itu tidak menyakiti Anna lagi.

"Bersiaplah untuk mengetahuinya, Anna."

🔥🔥🔥

Kembali ke dalam castle yang penuh kabut seperti perasaannya sekarang. Al tidak perduli akan kehadiran Dewa Seu yang mengepakkan sayapnya di dalam castle tersebut. Bahkan tundukan kepala sebagai rasa hormat pun tidak ia berikan.

"Berhentilah sebelum kau terlambat, Alpheus."

Nasihat, masukan, bahkan perintah tidak dapat menundukkan Al. Hanya Anna yang mampu melakukan itu, bukan orang lain.

"Kau tahu jelas aku tidak akan pernah berhenti," jawab Al.

Laki-laki dengan pakaian serba putih dilapisi jubah yang menutupi sayapnya itu pun tak tinggal diam. Tongkat panjang dengan ujung kristal biru berkilau mengarah pada Dion, bawahan Al yang ia suruh untuk menjaga Al di dalam castle.

"Al..." panggil Dion yang meminta bantuan Al agar nyawanya tidak hilang dalam sekejap karena tongkat sialan yang selalu mengancamnya itu.

"Sampaikan pada langit, aku tidak tertarik untuk kembali."

Sebuah ancaman tidak akan berguna pada Alpheus. Dewa Seu menatap nyalang laki-laki itu. Pada akhirnya ia melepaskan Dion. Kehilangan seorang anak buah tidak akan berarti apa-apa bagi Al.

Dion menghela napas lega begitu tongkat Dewa Seu sudah tidak lagi mengarah padanya. Ia langsung bersujud di depan Dewa Seu dan memohon pengampunan karena lalai menjaga Alpheus.

Enigma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang