Prolog

318 12 0
                                    

"PAK, BUKA PAK! PLEASE!"

Gadis bercardigan abu itu berteriak didepan gerbang. Mengomel kepada sang penjaga yang masih berdiri tenang bak tak ada seorangpun disekitarnya. Audya Vaira Claire seperti makhluk halus yang tak kasat mata.

"Buka, Pak." Ujar cowok yang baru saja datang tanpa kendaraan apapun.

Wajah dingin itu tak mengurungkan niat sang penjaga untuk membuka pintu kepadanya. Satpam tua itu justru memberikan senyum semanis istrinya.

"Selamat pagi Mas Nathan." Sapanya.

Vaira ternganga dengan mata yang masih fokus memandang sang cowok yang memasuki gerbang tanpa hambatan sedikitpun.

Merasa tidak adil, Vaira mendorong gerbang lebih lebar dan langsung berlari kencang.

"Hei, kamu tidak boleh masuk!" Satpam itu mengejarnya. "Kesini kamu!"

Vaira berlari dikoridor. Sepatu converse itu menyatu dengan lantai hingga berbunyi nyaring.

Kelas lain sampai menoleh penasaran ke jendela untuk melihat keributan apa yang terjadi.

Melihat ruang kosong, Vaira langsung masuk kedalam sana.

Satpam tua itu menoleh ke samping kanan dan kiri sudah kehilangan jejak. Anak itu sangat cepat berlari.

"Dimana dia?" Tanyanya entah kepada siapa.

Merasa tidak ada siapapun lagi, Satpam tua pergi dari koridor.

Vaira yang sedang menahan napas di dalam ruangan pun menghembuskan napasnya lega. Ia menatap sekitar. Baru tau jika ruangan yang Ia masuki ternyata ruang sains.

Melirik jam tangan, Ia menepuk jidatnya sendiri. "Astaga gue telat."

Buru buru Vaira langsung keluar dari ruangan itu. Ia harus bertemu dengan Kepala Sekolah segera. Hari pertamanya menginjakkan kaki dikelas unggulan tidak boleh memberi kesan yang buruk.

Vaira membuka kenop pintu ruang Kepala sekolah secara perlahan.

Terkejut saat mendapati seseorang berdiri disebelah meja kepala sekolah. Cowok itu juga menatapnya tak kalah kaget.

"Lo ngapain ada disini?"

Cowok itu langsung pergi melewati Vaira begitu saja.

Vaira melotot kecil merasa terabaikan.

"Sombong amat tuh cowok." Cibirnya pelan.

"Kamu?" Pak Hendrik yang baru saja datang menatap Vaira bingung.

"Ada apa kamu datang ke ruangan saya?"

Vaira yang merasakan aura dingin Pak Hendrik, tersenyum kikuk.

"S-saya Audya Vaira Claire murid baru, Pak."

"Oh, yang dapat beasiswa lewat jalur undangan itu ya?"

Berubah 180 derajat, kepala sekolah itu tersenyum.

JeniusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang