Besttai, ini bonus; after-nya, aku harus gimana?
Sensasi itu nggak tercipta prihal takdir dunia, tapi, bagaimana kamu mencari dan mempermainkan suasana yang ada. Nggak percaya? Emangnya siapa yang nyuruh kamu percaya?
•••
C-a-n-g-g-u-n-g. Besttai, kamu bisa mengeja satu persatu huruf itu? Aku yakin, kamu nggak terlalu bodoh banget untuk menjelaskan kata ‘itu’ sekarang. Jadi, tolong bantu aku untuk menyiapkan obrolah berbentuk apapun. Atau nggak, pembicaraan yang dimulai dengan tanda tanya duluan. Biar, kesannya nggak terjadi apa-apa dan suasana canggung ini kelihatan dibawa enjoy aja.
Please!
Sarannya dong?
Sumpah! Aku nggak terbiasa dengan sikap Dimas yang kaku begini. Terus terang, aku nggak suka liat tingkah konyol dia saat ngomong terlihat gagap Besttai.
“Bi? F-febi, lo... ” Anj! Mulut Dimas bergetar. Aku sih menebak, jantungnya berdetak. Eh? Iya... maksudnya berdetak cepat dan, nggak normal. “Gue... gue tinggal yah?”
Aku mengganguk dan meringis sedih. Kalo bisa putar waktu, aku nggak mau nganu Dimas segala didepan Zelina untuk buat, si dajjal percaya. Jujur Besttai, niatku sebenarnya sih ngelakuin ‘itu’ karena untuk kebaikan Dimas juga, biar nggak deket-deket Zelina. Kamu tau, ‘kan Zelina Kejora itu orangnya kek gimana? Iya, kang ghosting, terus... tingkahnya? Kek janda! Becanda.
Dan, Aku sih ngambil aman aja yah ngelakuin kissed dari bisikan setan buat kebaikan bersama, mungkin... lima puluh persennya untuk kebaikan aku juga. Pikir sendiri!
“L-lo... ck!” Dimas meraup mukanya. Aku liatnya cuma ngerjapin mata doang. “Gue ngantor dulu yah Bi? Soal... ekhem! Soal tadi, maaf, gue kelepasan,” katanya. Aku merutuki diriku sendiri. Wajar Dimas kelepasan, wong aku yang mancing duluan.
Setelah aku ganti kostum memakai seragam kerja, aku kira, Dimas udah pergi, eh... ternyata, malah nunggu di depan meja resepsionis Besttai. Untung, nggak ada Zelina di sini, mungkin dia masih siap-siap, kali. Gawat darurat kalo tuh anak ada disini, bisa-bisa dia beraksi diluar kata normal lagi. Sampe aku-nya yang harus menindaklanjuti, mana kadang-kadang otakku sesad dan nggak tahu diri! Dah, singkirkan pikiran dan lupakan! Aku harus mencairkan suasana sekarang!
Aku memberanikan diri untuk duduk dikursi tunggu samping Dimas, anehnya... jarakku jauh banget. Jauuuh kek orang yang baru ketemuan dan belum sempat kenalan.
Dengan rendah hati, aku menggeserkan pantat Besttai.
“Mas,” bisikku memanggilnya. Harap maklum. Aku tuh jadi serba salah sendiri setelah adegan tadi. Nggak mungkin, ‘kan aku malah nyosor-nyosor ngebacot nggak jelas depan Dimas? Dan harus banget kelihatan nggak punya beban? Sedangkan, raut Dimas aja kelihatan ragu begitu. Mataku menatap jari Dimas yang keringet dingin, sepertinya.
“Bi?”
“Hehehe.” Aku nyengir kek nggak punya dosa, terus, aku tatap matanya, “maaf yah. Zelina sih! Gue, ‘kan jadi kesel. Sembarangan ngatain gue adek elo!” Ini bener-bener nggak masuk akal. Aku baru menyadari alasan aku kesel itu, karena apa? Cemburu? Apa mungkin kelihatan begitu? “Tapi! Sumpah deh Mas! Lo tau, ‘kan kalo otak gue dipaksain mikir dengan waktu secepat detik jarum jam bergerak, yang ada otak gue kasih saran yang sesad! Ya, i-iya, walaupun kelihatannya nggak masuk akal banget, ‘kan? Tapi! Please, gue cuma mau nyelametin lo doang dari, muka janda kek Zelina!”
H-hei? Dimas ketawa. Lho? Aku nggak lagi ngelawak lho ini, masa sih, ditengah aku sibuk ngerangkai kata, Dimas malah... ketawa?
“Ih Mas... seriusan deh.”
Tap!
Anj!
Dimas nggak sengaja mengenggam tanganku yang berada didaerah tempat duduk dia. Dan kamu semua tau, Dimas tiba-tiba berhenti ketawa. Secara reflek! Hayolah Besttai, masa gara-gara kepegang nggak sengaja, suasana canggung tadi balik lagi?
“Ekhem!” Dimas secepat mungkin menarik tangannya kembali. Kek... Mas, lo kenapa sih?
“Lo canggung yah Mas, sama gue?”
“Ha?”
Buk! “Ih, lo kenapa sih!?” tanganku memukul lengan Dimas kuat.
Dimas mengalihkan pandangan dari aku dan menghela nafas pelan. Dimas salting kali yah? “L-lo... lo nggak marah?” Reflek, saat Dimas menoleh dan itu deket banget, dan, hampir dikit lagi ngulangi kesalahan yang sama, aku menjauhkan mukaku detik itu juga. Gila! Ini suasana ada apa sih sebenernya?
Aku mengerjap, Dimas melotot. “Mas!”
“Eh? S-sori Bi.” Harus banget yah aku bentak dulu, Dimas sadar dan, nggak, kayak orang oon sekarang? “S-sumpah! Gue nggak tau, kalo muka... shit!” Dimas mengumpat! Mengumpat lho ini. Kaget aku dengernya. Ayang meraup muka untuk yang kedua kalinya, “kalo marah, marah aja Bi, sumpah, gue nggak tenang kalo lo nggak marah.” Lah?
“Ah... nggak pa-pa. Gue nggak marah kok. Santai.” bibirku tersenyum, walaupun aku nggak ngerti apa yang Dimas ucapkan dan, sedikit agak ambigu ditelingaku.
Aku kikuk, Dimas mingkem. Sabar!
Nggak mau memperpanjang situasi gak jelas ini, aku mengalihkan topik untuk... yah, masih berkaitan dengan hal yang tadi. Aku penasaran Besttai. “Mas... ” panggilku lagi.
“A-apa?” Lailahaillallah, ini Dimas bisa santai dikit kenapa? Gila kali yah dia! Kesel aku lihatnya. “Hu... jujur Bi, gue mendadak gugup kek gini. Badan gue gemeteran. Lo jangan manggil kek gitu dong, yang biasa aja.” Lah? Terus manggilnya apaan?
Aku terkekeh, Dimas lucu. Nggak jadi aku ingin marah.“Hehehe, iya-iya deh. Btw, gue mau nanya boleh?”
“Lo mau nanya apaan?” Dari gelagatnya, ketauan banget kalo Dimas masih gugup, “eng.” Anjir! Dimas meneguk ludah susah-susah sampe bunyi. Aku jadi nggak tega kalo aku ingin ngomong anu... ck! Terobos aja lah.
“First kiss?” tanyaku ambigu banget. Tapi, nggak mungkin Dimas nggak paham. “Maksud gue... ”
“Sttt... ” Dimas membekab mulutku, “gue malu Bi.”
Aku berusaha untuk bersikap normal. Tanganku melepaskan tangan Dimas yang membekap mulutku ringan, lalu, aku genggam. “Jujur Mas, kalo first kiss... gue merasa bersalah banget. Lo nggak pernah cium pasangan lo dulu gitu?”
Dimas menggeleng.
“Jadi... ”
Dimas mengganguk.
Aku tersenyum kecut. Beli kantong ajaib doraemon dimana sih? Aku pengen beli Besttai:)
---
yuhuuuu, bonus part yah kali ininext part, sy pastikan akan lebih seru sampe ngarahnya ke nganu-nganu(:
next and see u<3
info:
—jadwal update akan diusahain setiap hari rabu dan sabtu, jadi, up friendgame dua kali seminggu! inget, diusahain!mo bilang apa sama sy buddy?
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendgame
ChickLitBesttai, terjebak friendgame setelah putus dari mantan yang memiliki nilai +good, apakah bisa mempermudah melewati jenjang dunia per-move-on-an? ••• Intinya gini; kamu ikhlas enggak, kalo mantan yang memiliki nilai A+ dari segi keseluruhan, jadian l...