BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]

Terlambat

Sesampainya mereka di tempat tujuan, sesaat mereka berkeliling dengan berjalan kaki. Bercanda dan bergandengan tangan. Mengantar Arya yang hendak ke toilet umum dan berteduh menunggu hujan reda. 

Hari ini cuaca tak mendukung untuk menghabiskan waktu bersama, padahal tadi pagi matahari sangat cerah. Namun meski begitu Arya dan Nara tetap bercanda tawa di antara orang-orang yang ikut berteduh.

"Hujannya gede banget." keluh Nara sembari menengok ke kiri, melihat derasnya hujan yang turun dari langit. 

Keduanya berteduh di ruko yang tutup, bersama beberapa orang di samping mereka. Wajahnya menekuk karena ia tak mampu menghabiskan waktu berkeliling lebih jauh bersama Arya.

Arya yang berada tepat di belakangnya bertanya, "Emang ada hujan gede?"

Sebentar Nara diam memahami pertanyaan Arya. Lalu beberapa saat kemudian ketika ia sudah paham dengan pertanyaan Arya, Nara nyengir kuda. "Maksud aku hujannya deras banget."

"Justru bagus kalau hujannya deras."

"Lah kok bagus?"

"Nanti cepet reda. Beda kalau hujan gerimis, biasanya hujan gerimis tuh awet."

Alis Nara bertaut.. "Hah gimana?"

Arya maju ke depan untuk bersampingan dengan Nara. "Gini, ibarat kita naruh air di wadah, kalau kita buang sekaligus cepet habis, kan?" 

Nara mengangguk. 

"Nah kalau kita buang sedikit demi sedikit itu bakal makan waktu. Sama kayak hujan."

'Teori baru,' ujar Nara dalam hati.

"Huh gemes gitu aja gak tahu." Arya mengacak-acak rambut Nara, gemas. Membuat Nara menekukkan wajah sekaligus senang dengan perlakuan Arya.

Nara menatap Arya yang kini tengah melihat ke arah lain. Tubuh tinggi pemuda itu membuat Nara sedikit menengadah untuk menelisik wajahnya. 

Dari samping, Arya terlihat sangat tampan, belum lagi style sederhananya yang membuat Nara terpukau. Sedetik kemudian untuk memecah keheningan, Nara mencari sesuatu untuk dijadikan bahan bercandaan. 

Style Arya