"Aaaa gak mau pake mas! Adek jelek!"
Haruto tertawa geli. Tangan kanannya yang menganggur pun menarik pinggul ramping istrinya guna meredam acara merajuknya.
"Kenapa sih sayang? Keren gini kok. Ya kan buk?"
Penjual yang ditanyai Haruto itupun mengangguk dan mengulas senyum kecil. Ada juga ya modelan pasusu yang meributkan pasal dagangannya.
Yang melihatnya pun ikut merasa ingin tertawa bercampur gemas.
Junkyu merengut, perempatan disiku-sikunya muncul tanda ia benar-benar kesal.
"Bagus beneran? Mas gak bohongin adek kan?" tuntutnya bertubi-tubi.
Haruto tersenyum. Memberikan kantong belanjaan ditangan kirinya pada Hikaru yang mendelik sebal ke arahnya. Apa-apaan.
"Di keluarga mas gak pernah diajarin bohongin orang lain" tutur sang dominan menjelaskan.
"Tapi mas pernah bohong kalau piring antiknya bunda ngaku dipecahin tikus padahal itu mah mas sendiri!"
Haruto sweatdrop. Oke, dia salah bicara ternyata.
Blangkon yang ada di tangan istrinya— sempat dilepas oleh Junkyu pun kembali dipasangkan oleh Haruto. Bibir sang dominan melengkung ke atas, sempurna pikirnya.
"Biasain percaya diri" tegas Haruto saat ini membuat Junkyu menatap tepat di bola matanya.
"Kata siapa cuma orang Jawa yang cocok pake blangkon ini? Kamu malah jauh lebih cocok, bule aja banyak yang pake masa kamu kalah sih dek"
Junkyu merengut, menunduk enggan menatap tatapan dalam yang dilayangkan suaminya.
"Tapi ini nih liat!" tunjuknya sebal, Haruto mengulum senyum menahan tawa—
"Jidatku jenong banget! Hueeee"
Haruto tak kuasa menahan tawanya. Astaga, istrinya ini benar-benar.
Cup!
"Fyuh~ udah mas cium, mau protes yang mana lagi?"
"Massss!" rengek Junkyu yang menahan malu melihat Haruto begitu berani mencium keningnya didepan publik.
"Waduh mas, istrinya kok lucu pisan. Ini saya kasih bonus satu blangkon buat masnya biar couplean deh" sahut ibu penjual tiba-tiba.
Blangkon dengan berlapiskan jarik motif Jawa khas Solo itu Haruto terima dengan senang hati. Ia pun berniat mengeluarkan dompet jika saja sang penjual tak cepat-cepat menahannya.
"Ra usah mas. Langgeng terus ya mas, terus sekalian ini"
Haruto dan Junkyu saling berpandangan ketika ibu penjual memberikan dua kain batik. Motifnya sangat cantik, Junkyu jadi naksir.
Harganya tentu mahal karena tahu motifnya rumit dan benar-benar dibuat dengan canting tanpa memakai alat bantu lainnya.
"Buk ini banyak banget, enggak rugi?" tanya Junkyu tak enak menerima paper bag berisikan kain batik.
Sang penjual menggeleng dan tersenyum. "Saya salut sama suaminya, sesuai dengan makna kain batiknya" sahutnya dengan logat Jawanya yang khas.
Haruto tersenyum mengamati motif batik yang diberikan ibunya. Motif Sido Mulyo, namun ia tak tahu pasti apa makna yang sebenarnya.
"Terimakasih bu, semoga lancar terus jualannya. Monggo" pamit Haruto sebelum melenggang pergi.
Sang ibu tersenyum ramah. "Amiin. Nggeh mas, monggo" balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angry Husband [END] ✓
Fanfiction[SEQUEL : Angry Boyfriend] Membangun rumah tangga itu bukanlah suatu perkara yang mudah. Junkyu tak pernah menyangka jika hubungan mereka bisa sejauh sampai titik ini. Tapi, ia lebih tak menyangka jika Haruto yang dulunya nakal, manja dan cengeng pa...