🎶 Playing song : Jung IL Woo - Scarecrow 🎶
HAPPY READING
“Tidak semua perasaan dapat di utarakan lewat kata. Terkadang banyak dari mereka memilih untuk diam dan memendamnya dalam-dalam.”
—Regi Sabiru
— Another pain —
⚠️ Baca part sebelumnya agar tidak lupa ⚠️
Di sebuah kamar dengan pencahayaan minim, Regi terbaring terlentang dengan wajah yang menghadap atap kamar dengan nuansa netral. Tangannya terlipat—menopang kepala.
Sejauh ini ia hanya terdiam dengan pikirannya yang bercabang kemana-mana—mengingat kejadian-kejadian tak terduga yang tiba-tiba saja datang hari ini.
Satu helaan napas keluar, rasanya begitu berat dan sedikit menyesakkan. Ingin mengeluh, tapi ia sadar hidup di dunia ini bukanlah perihal mengeluh atau bahkan menyerah.
Ia dididik kuat, ia dididik untuk tidak lemah, ia dididik sedemikian rupa untuk menjadi sosok lelaki yang hebat.
Namun terkadang, alur hidup yang tak sesuai rencana—membuat Regi menerka-nerka 'apakah akan seperti ini terus hidupnya nanti?'
Helaan napas lagi-lagi terdengar, Regi mencoba me-rilekskan tubuhnya dengan satu tangan yang bergerak turun lalu merogoh saku jaketnya—mengambil sesuatu di sana. Sebuah foto seorang wanita cantik yang tersenyum bahagia.
Regi memandanginya dalam, lalu ia bergumam, "Ma, apa kabar?" kira-kira begitulah ungkapa rasa rindu Regi pada wanita itu sekarang.
"Mama tahu?" Regi tampak antusias, ia mulai bercerita dengan masih memegangi foto sang Ibu. "Hari ini Re udah kerja."
"Bosnya baik banget sama Re, Ma."
Lama terdiam, membuat senyum yang tadi merekah seketika luntur.
"Tapi di hari pertama Re kerja, ada masalah datang," imbuhnya dengan helaan napas panjang.
"Di tambah masuk rumah sakit karena Gerd Regi kumat."
Tatapan itu semakin sendu. "Tapi gak masalah, sekarang Regi udah mendingan."
"Tapi, Ma..."
Regi menggantung perkataannya, di usapnya lembut foto berukuran sedang itu. Tatapannya pun seakan menyiratkan jika banyak hal yang mengangganggu pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Pain (END) ✔
Fiksi Remaja[COMPLETED] [BELUM DI REVISI] Mereka pernah berkata, jika rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang. Mereka juga pernah berkata, jika keluarga adalah orang pertama yang akan menghantarkanmu pada kebahagiaan. Tapi baginya semua itu adalah dusta. Jus...