"Apa Papa bilang? Setelah bertahun-tahun dia nelantarin kita lalu hari ini datang tiba-tiba bawa berita buruk, dan sekarang dia mau ngambil kita dari Papa? Aku gamau Pa, aku gak sudi tinggal serumah sama wanita ini ditambah lagi dia ini orang asing bagi aku!". Jawab Nichalle dengan intonasi suara yang terus meninggi, tangannya menunjuk-nunjuk Jennie yang kian tak bisa menahan air matanya.
"Aku mau".
Ucap Jayden tiba-tiba setelah sekian lama bungkam, tatapannya begitu berbinar dan jelas sekali raut wajahnya menampilkan kebahagiaan walau tanpa tersenyum sekalipun, semua pasang mata yang ada di meja malam itu sontak memandang Jayden serempak. Jo dan Jennie jelas terkejut dengan pernyataan putra mereka itu, melihat watak Jayden, mereka berdua lebih berekspektasi Jayden akan meledak-ledak mendengar kenyataan sekarang, atau paling tidak membalik meja makan dihadapan mereka ini. Tetapi ternyata keadaan tak seperti yang mereka bayangkan, reaksi Jayden bahkan lebih tenang dari biasanya. Sedangkan Nichalle yang mendengar jawaban Jayden lantas menatap saudara kembarnya itu tak percaya.
"Jayden...??". Ucap Nichalle lirih dengan tatapan yang kecewa.
"Apa?!... Kalo lo gak mau tinggal sama Mama dan lebih milih buat tinggal bareng Papa untuk selamanya ya silahkan! Yang jelas gue mau dan sangat bersedia tinggal sama Mama kapanpun dan di manapun". Jawab Jayden memandang Nichalle remeh, seakan tak mau mengerti perasaan Nichalle sedikitpun.
Nichalle menatap Jayden tak percaya, sungguh ia tak habis pikir dengan saudara kembarnya itu, bagaimana bisa Jayden begitu naif menerima Jennie dengan begitu mudahnya, padahal wanita itu telah menelantarkan mereka, wanita itu juga yang menjadi penyebab Jayden dibully selama ini oleh teman-temannya. Tapi apa sekarang? Lelaki itu sepertinya sudah dibutakan oleh rasa rindu terhadap sesosok ibu di hidupnya.
Setelahnya Nichalle meraih ponsel dan tasnya yang berbeda di atas meja, dengan gerakan kasar memasukkan ponselnya ke tas dan menyampirkannya ke bahunya. Nichalle berdiri dari duduknya hendak meninggalkan tempat itu, ia menatap sebentar ke tiga orang yang sedang duduk dihadapannya, lalu dengan segera melangkahkan kakinya lebar-lebar keluar dari tempat makan malam eksklusif yang menjadi saksi bisu kekecewaan dan amarahnya malam itu.
Sedangkan Jo hanya mampu menghela nafas panjang dan memijat keningnya pelan melihat reaksi putrinya, walau sebelumnya Jo sudah menduga bagaimana reaksi kedua anaknya akan tetapi, ia tak mengira Nichalle akan semeledak ini, Jo lebih berekspektasi Jayden yang akan marah besar mendengar kabar malam ini, tapi kenyataannya pemuda itu malah memberikan reaksi yang paling tak terduga bagi Jo.
"Jennie, saya benar-benar minta maaf atas tindakan Nichalle barusan, saya gak mengira dia akan semarah ini, biasanya Nichalle selalu tenang dan dewasa dalam mengatur emosinya".
Jennie sedikit mengusap air matanya dengan punggung tangan, lalu menoleh kepada Jo di sebelahnya. "It's oke Jo, aku paham kok gimana perasaan Nichalle saat ini, pasti gak akan mudah bagi dia mendengar fakta mengejutkan ini, dia pasti butuh waktu untuk menerimanya". Jawab Jennie dengan senyuman dipaksakan kepada Jo. "Kayaknya kamu harus nyusulin Nichalle deh Jo, takutnya ada apa-apa dijalan".
Johannes mengangguk mengerti lalu segera beranjak dari sana, akan tetapi melihat Jayden yang tak bergerak sedikitpun dari tempatnya membuat Jo menatap putranya heran. "Jayden?? Kok diem aja, kamu gak mau pulang juga???".
"Eemm... Aku boleh gak pulang bareng Mama aja?". Tanya Jayden pelan sambil menundukkan kepalanya, yang mana lagi-lagi membuat kedua orangtuanya terkejut atas perkataannya itu.
"Jayden... Jennie harus kebandara setelah ini, dia bisa telat kalau harus nganterin kamu kerumah dulu". Jawab Jo memberi pengertian sehalus mungkin.
Mendengar ucapan Jo, entah mengapa Jayden agak murung, Jennie yang menyadari perubahan ekspresi Jayden buru-buru menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN
Romance"Mama mungkin bisa ngambil Jayden dari kami, tapi Mama gak akan pernah bisa ngambil aku dari Papa!!!". Ucap Nichalle kepada wanita yang telah meninggalkannya tepat di hari kelahirannya itu. Sedangkan Jennie hanya bisa memandang putrinya dalam diam t...