Wanwan bingung, mengapa Ling tiba-tiba menjadi seperti ini?
Mereka sudah sampai di titik misi. Gerakan Ling terhenti.
"Sudah sampai."
"Bagus, sekarang turunkan aku!"
Ling mendengus, "Yaya, turunlah."
Wanwan menapakkan kakinya ke tanah. "Ini... Apa benar ini titiknya?" Ling mengangguk singkat.
Iris coklat Wanwan menerawang sekitar. "Apa yang akan kita lakukan disini?" Tempat itu seperti kuil tua. Tentu saja Wanwan ragu.
Samar-samar, terdengar suara sesuatu melesat dengan cepat, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Reflek Ling sangat cepat, mengambil pedang dari sarungnya.
"Hati-hati, Wan. Aku akan melindungimu." Mata tajam Ling segera menganalisa keadaan. Sedangkan Wanwan? Sudah dan masih bersemu mendengar perkataan Ling tadi.
"A-aku tidak lemah! Aku bisa bertarung! Kau tak perlu melindungi--"
"Ssh, tubuhmu panas. Berlindung saja di belakang punggungku." Ling meraba dahi Wanwan.
CUP! Kecupan singkat mendarat di dahi Wanwan.
"E-eh?" Wanwan tak sempat berkata-kata.
"Awas!"
Tubuh Wanwan diangkat layaknya karung oleh Ling, menghindari serangan.
"Cih, bahkan tak memberikan kami waktu mencairkan suasana."
Musuh yang melontarkan serangan dan mencoba mengepung berseru marah. "HABISI MEREKA!"
Ling berdecih kesal, posisi mereka kurang menguntungkan. Untungnya, mereka berhasil lolos dari kepungan, meski masih dikejar. Ling menurunkan Wanwan dengan lembut dan hati-hati.
"Tembak mereka dari belakang, Wan." Kuda-kuda bertarungnya sudah mantap.
Wanwan terbatuk sedikit, mendengus pelan. Mencoba fokus menyerang seperti kata Ling. Mengabaikan rasa sakit yang ia rasakan.
Aneh, hanya tertusuk kunai tapi rasanya tenaga Wanwan terkuras habis.
"Baik, Ling. Seperti katamu, fokus dan utamakan misi." Tangannya sudah teracung ke depan, siap melempar dart andalannya.
Adalah musuh sudah mengacungkan senjata di depan mereka, dua lawan banyak. Tidak banyak pilihan, selain melawan dan bertahan. Berharap ada bala bantuan segera datang.
Mereka jelas sedang berada di kandang singa. Duo versus everybody.
***
TRANG! SHING!
Pertarungan panas terjadi. Ling harus kewalahan melawan jumlah lawan yang tak sedikit. Apalagi Wanwan dengan tubuhnya yang tidak fit, sedang terkepung. Tak bisa membantu banyak, bahkan mengurus dirinya sendiri kali ini ia kesulitan.
Sayatan pedang mulai mengukir luka di tubuh mereka. Wanwan terdesak, terkepung. Tubuhnya mulai lunglai, tapi masih mencoba melawan.
"Wanwan! Bertahan!"
Ling dengan gesit menerobos kepungan yang mengerubungi Wanwan. Meraih tubuhnya, mundur.
"L-ling..."
"Sial... Bertahanlah, Wanwan." Suara Ling mulai lirih, terdengar sangat khawatir melihat Wanwan seperti ini.
"Mundur, Ling... Cari Zilong dan yang lain, jangan pedulikan aku. Utamakan misi--"
Ling berdecih, menggeleng tegas. "Tidak, Wan! Persetan dengan misi, kau lebih penting bagiku sekarang!"
"H-hei, L-ling..." Tubuh Wanwan terangkat, kembali dibawa terbang, melintasi langit malam yang indah.
Wanwan membuka matanya yang sayu, menatap langit gelap yang disinari cahaya bulan purnama kala itu.
Sedetik yang mengesankan. Mereka sepertinya lupa berada di kandang singa.
Berbanding terbalik dengan Ling, menggerutu kesal. "Zilong, Yin dan Baxia sialan! Dimana kalian?"
Jelas alasan ia begitu. Mereka terpojok, dengan musuh yang jumlahnya bukan main dan kondisi Wanwan yang sekarang, mereka hanya bisa bertahan dan berlindung di balik pohon.
"Hei, Ling. Kau harus cari bantuan atau mundur. Aku akan mengulur waktu. Jangan pedulikan--"
"Sudah kubilang, bukan? Kau lebih penting bagiku. Sekarang dan selamanya."
Wanwan menggeleng. Mulai bangkit perlahan. "Jangan memaksakan diri, Wanwan--"
"Awas!"
Ling menangkis empat kunai yang melesat kearah mereka dengan pedangnya.
Sial, musuh telah menemukan mereka.
Ling segera memasang kuda-kuda bertarungnya lagi. Wanwan begitu pula.
Tangan sebelah Ling melambai. Seakan berkata "Jangan sentuh Wanwanku".
Musuh semakin mendekat. Wanwan sepertinya sudah sangat lemas, berbisik lirih di telinga Ling.
"Aku bahagia, tetap bisa bertarung bersamamu, Ling. Bahkan sampai mati. Meski sampai sekarang, hanya sebagai teman."
Ling tersentak. Wanwan sialan, ini belum akhir.
"Aku senang karena telah menemanimu, Ling. Meski kau tak merasa membutuhkannya, kuharap kau juga begitu..."
Ling mendengus, ingin rasanya ia memberi pelajaran pada gadis itu sekarang jika waktunya tidak antara hidup dan mati.
Tiba-tiba, empat orang berseru kesakitan, telah terkapar di tanah tak berdaya.
"Wanwan! Kau merindukanku? Astaga, kau terluka sangat parah!"
"E-eh?"
Ling menghela napas lega. Benar saja, ini bukan akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Completed. [Ling x Wanwan]
RomanceMobile Legends Fanfiction Story [Ling x Wanwan] "Misi selesai. Musuh tereksekusi, Kau pun kumiliki." -Ling Wanwan pastilah tak akan menyangka apa yang saat misi di hari itu. Perjalanan pulang saat malam hari. Dengan bulan dan cahaya terangnya yang...