04 • Membuatmu Menyesal.

396 65 3
                                    

around 2000words

•••••

Khawatir, gelisah serta panik menyerang Danny. Dia berjalan sangat tergesa, tangan kanannya terus menahan ponsel agar tetap berada disamping pendengerannya. Dia kesal, panggilannya kali ini masih juga belum tersambung.

Ini mungkin sudah panggillan kedua puluhnya namun suara dering memanggil masih belum berubah menjadi suara si penerima telephone.

Aruna.

Danny sedang mencoba mencari dan menguhubungi gadisnya yang sama sekali tidak bisa ia hubungi. Terakhir chat gadis itu adalah tadi sore, pukul lima sore, mengabari Danny kalau mungkin dia akan sedikit terlambat datang ke restoran tempat mereka janji untuk makan malam.

Seharusnya, seperti planning mereka dua hari lalu, malam ini mereka makan malam atau tepatnya candle light dinner. Danny sudah melakukan reservasi khusus dan juga menyiapkan sedikit kejutan untuk Aruna karena hari ini adalah tepat tiga tahun mereka menjalin kasih.

Tapi sampai hari telah larut, Aruna tidak kunjung datang. Segala panggilan dan pesan tidak ada yang dijawab oleh gadis itu.

Dan disinilah Danny sekarang, di studio pemotretan yang Aruna infokan terakhir kali sedang bekerja. Walau waktu sudah menunjukkan hampir dua belas malam namun masih ada beberapa orang yang beraktivitas, membuat harapan Danny besar jikalau memang Aruna belum selesai bekerja.

"Woy Dan! Ngapain lo disini?!!"Sapaan berupa pekikan teriakan itu menyambut Danny ketika ia baru akan melangkahkan kaki ke dalam lift. Seorang pemuda dengan tinggi tidak jauh beda darinya itu menghampirinya.

"Gue mau ketemu Aruna, masih ada kan orangnya?"

Melihat lawan bicaranya mengerutkan dahi, pikiran dan perasaan Danny telah mengatakan yang tidak-tidak. Berburuk sangka.

"Udah pulang dari tadi bego, jam enam udah cabut dia."Pemuda bernama Lucio itu menuturkan. Danny semakin dilanda gelisah, memikirkan kemana perginya Aruna. Apa yang dilakukan gadis itu tidak datang ke restoran bahkan hingga tidak menjawab seluruh panggilannya?

"Cio makasih, gue pergi dulu."

"Mau pergi kemana lo?"

"Apartemen Aruna, dia sama sekali enggak jawab telfon atau chat. Gue khawatir dia kenapa-napa."Danny mengaku.

"Sorry Dan tapi gue boleh tanya sesuatu?"

Danny mengangguk walau kedua alisnya menyatu bingung. Penasaran juga hal apa yang akan ditanyakan Lucio, salah satu teman seperjuangan kala mengenyam bangku kampus.

"Lo sama Aruna, sebenarnya kalian berdua itu apa?"

Lucio bukan tipikal orang yang doyan mengurusi kehidupan pribadi orang lain. Itulah citra yang dibentuk oleh kacamata Danny selama ini. Mendengar Lucio menanyakan hal seperti ini sangat terdengar aneh dan cukup mengejutkan.

"Jawaban lo akan mempengaruhi hal yang bakal gue kasih tahu."Kalimat lanjutan Lucio mengusik pendirian Danny. Pendirian yang sudah ia bangun bertahun-tahun bahwa hubungannya dengan Aruna harus disembunyikan sampai gadisnya siap untuk go public.

Lucio sadar temannya satu itu kebingungan, sebagai seseorang yang dinobatkan sebagai "Orang Terpeka Se-Kantor", tanpa dijawab pun dia sudah tahu hubungan apa yang sedang Danny dan Aruna jalin. Lucio membuka salah satu aplikasi chat, mengetik beberapa patah kata dan mengirimkannya setelah selesai.

"Lo gak perlu jawab pertanyaan gue tadi. Btw gue ada chat lo."

Danny segera membuka ruang obrolan.

MARRY & HAPPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang