36. Erland?

1.1K 170 9
                                    

Di sini aku sebagai author gak bakal ngingetin kalian buat vote & komen lagi. Soalnya percuma, Kalian gak pernah peka. Apa susahnya kasih vote & komen di setiap paragraf sih? Jujur, vote & Komen kalian itu penting banget loh. Apalagi kalau mau terbit jadi Novel.

Kalian kenapa bisa nyasar ke sini?

Group Wattpad di Facebook?

Telegram?

Tiktok?

Instagram?

WhatsApp?

Mandiri?

Rekomendasi teman?

Happy Reading

Setelah Bagas menurunkan Samuel dari atas motor, bocah laki-laki itu langsung berlari menghampiri salah satu anggota inti Graxtual yang tengah memakan mie.

"Panutan Samuel! How are you?" sapa Samuel.

"Panutan apaan njir! Orang dia kayak setan malah dijadiin panutan." Samuel yang mendengar itu pun tidak terima dengan apa yang dikatakan Noval. Bocah berumur lima tahun itu menatap sinis Noval.

"Ngomong apa lo? Dasar jelek! Mau gue bantai?" Samuel menaikkan dagunya seolah-olah menantang Noval.

Noval meringis pelan. "Beda jauh sama Abangnya."

"Jangan samain Samuel sama Abang Agas dong! Samuel sama Abang Agas itu beda jauh," ujar Samuel. "Abang Agas itu jelek, bau, jomblo lagi! Beda jauh sama Samuel yang gantengnya tiada tara," lanjut Samuel.

Bocah berumur lima tahun itu duduk di samping Noval. Dia menyandarkan punggung kecilnya ke sandaran sofa. Dia melepaskan topi dan menghempaskan begitu saja ke belakang hingga mengenai kening Dimas.

"Buset! Bocil siallan lo!" gerutu Dimas.

Samuel menoleh. Dia meletakkan jari telunjuknya di bibir seolah menyuruh Dimas diam.

"Diem korban beda agama." Samuel menjulurkan lidahnya seolah-olah mengejek Dimas.

"Daripada beda perasaan," balas Dimas membela diri.

Bagas sejak tadi duduk jauh dari tempat anggota inti Graxtual berkumpul. Bagas lebih suka menyendiri dibandingkan berkumpul dengan sahabatnya. Dia akan ikut berkumpul ketika ada hal penting. Cowok yang mengenakan kaos putih polos yang dibalut jaket levis saat ini tengah selonjoran di karpet bulu.

Noval berdeham pelan. Cowok itu mendudukan tubuhnya di samping Bagas yang tengah sibuk menatap foto Lia. Sepertinya Bagas merindukan gadisnya.

"Lo, enggak ada  niattan buat buat balikkan sama Lia?"

"Kalau ada, kenapa?" tanya Bagas tanpa melirik Noval.

Noval tersenyum tipis. Dia meletakkan tangan di pundak Bagas. "Jangan bikin Lia sakit hati lagi," pinta Noval.

Bagas memasukkan ponselnya ke saku. Dia beralih menatap Noval yang mulai mengeluarkan ponsel. Bersiap untuk bermain game online.

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang