07 : NAYTHAN

74 8 7
                                    

📍HAPPY READING 📍
⚠️ TANDAI JIKA ADA TYPO DALAM PENULISAN MAUPUN KESALAHAN DALAM TANDA BACA ⚠️

***

Pukul 03.05 dini hari.

"Eughh" lenguh Ayyara.

"Sakit" lirih Ayyara.

Lantai yang begitu dingin terasa menusuk tulang-tulang rapuh Ayyara. Rasa sakit menjalar keseluruh tubuh Ayyara. Tubuhnya terasa remuk, kepalanya terasa pusing, dan pipinya terasa sangat perih.

Mata sayu milik Ayyara itu terbuka dengan perlahan. Tangannya merambat memegang kepalanya yang terluka. Ringisan kecil keluar dari mulut Ayyara.

Tubuhnya terasa sakit bahkan untuk mendudukkan dirinya Ayyara tak kuat. Matanya mengeluarkan kristal bening.

Bughh

Bughh

Suara-suara pukulan dari ayahnya tadi malam mengalun di telinga Ayyara bagian rekaman rusak yang tak mau berhenti.

Ayyara menjambak rambutnya kuat "Arrghh" jerit Ayyara.

"Tuhan" lirih Ayyara.

Tangan bergetar Ayyara perlahan menutupi wajahnya yang penuh luka. Perlahan isakan-isakan kecil mulai terdengar dari bibir Ayyara.

"Hiks"

"Hiks"

"Tuhan, mengapa harus seperti ini?" batin Ayyara menangis.

"Bunda... Ayyara sakit hiks" lirihnya.

"Ayya mau sama bunda hiks"

"Ayya cape sama ayah"

"Ayya cape sama rasa sakit ini bundaa"

"Ayya pengen sama bunda aja hiks"

"Ayya lelah bunda" bisiknya.

"Ayah jahat hiks"

"Ayah pukul Ayya terus hiks"

"Ayya cape bundaa"

Lantai putih itu kini tak bersih lagi. Ada bercak darah disana, darah itu milik Ayyara.

Dengan bersusah payah Ayyara mencoba membangunkan dirinya yang tergeletak di atas lantai dingin itu.

"Akkhhh shhh" rintih Ayyara saat merasakan kepalanya yang terasa sakit.

Setelah bersusah payah akhirnya Ayyara bisa bangkit dan berdiri. Tubuh yang rapuh itu mulai melangkah menuju kedalam kamar mandi, walau terjatuh beberapa kali namun Ayyara tetep berjalan menuju kamar mandi.

"Hiks"

Setelah sampai di dalam kamar mandi Ayyara segera menyalakan showernya. Perlahan air mulai mengguyur tubuh Ayyara yang penuh luka.

Dibawah sana air yang mengalir dari tubuh Ayyara berwarna keruh karena darah dari tubuh Ayyara. Darah yang sedikit mengering kini perlahan menghilang terkena sapuan air.

Ayyara memejamkan matanya menikmati air yang mengalir keseluruh tubuhnya.

Lukanya terasa sangat perih saat terkena air namun Ayyara merasa lega saat air dingin itu menyapu tubuhnya.

***

Pagi ini saat sekolah Ayyara memakai carding dan masker untuk menutupi wajahnya dan lengannya yang terluka. Dan untuk luka di dahinya Ayyara hanya memplesternya saja.

Ayyara menghembuskan nafasnya kasar. Kepalanya masih terasa sakit akibat benturan tadi malam. Matanya tampak sembab karena banyak menangis.

Suhu tubuhnya bahkan saat ini terasa sangat tinggi namun Ayyara akan tetap berangkat ke sekolah agar ayahnya tak semakin marah lagi. Sebenarnya mau sekolah ataupun tidak ayahnya akan selalu menyiksanya.

Ayyara turun dari tangga menuju ruang makan. Seperti biasa disana sudah ada Rika, Reyhan, dan David yang tengah bercengkrama dengan hangat.

Ayyara menyunggingkan senyum tipis. Dalam benaknya ia bertanya, kapan bisa seperti itu? Kapan bisa merasakan hangatnya keluarga yang sebenarnya...

Dengan pelan Ayyara menggeser kursi untuk ia duduki, namun sebelum duduk suara dari David membuat Ayyara mengurungkan niatnya untuk duduk.

"Siapa yang menyuruhmu duduk Ayyara?" tanya David tak mengenakkan.

"Saya lapar" ucap Ayyara singkat.

"Kamu tidak usah makan. Langsung saja pergi ke sekolah" ujar David.

"Loh kok gitu mas, kasian dong Ayyara gak sarapan" ucap Rika sok manis.

"Drama" batin Ayyara.

"Biarkan saja. Sana pergi!! Mengotori pemandangan pagi hari saya saja" usir David.

Ayyara mengangguk lalu berlalu pergi. Lebih baik pergi dengan perut kosong daripada perut terisi namun hatinya sakit.

***

"Ayya" teriak Nathan.

Diujung koridor sana Ayyara bisa melihat Nathan yang melambaikan tangannya sambil tersenyum. Ayyara lantas berlari menuju Nathan. Senyuman lebar mengembang di wajah cantik Ayyara yang tertutup oleh masker.

"Pagi banget udah dateng" ucap Ayyara mulai obrolan.

"Gak tau tiba-tiba pengen dateng pagi" balas Nathan.

Mereka berdua berjalan menuju kelas masing-masing yang memang searah, kelas keduanya itu bersampingan.

"Kenapa pake masker Ayy?" tanya Nathan.

"Mau tau?" tanya Ayyara yang langsung diangguki oleh Nathan.

Perlahan Ayyara menurunkan maskernya sebatas dagu. Senyuman manis terbit di wajahnya yang lebam. Nathan yang melihat itupun langsung membulatkan matanya, sorot khawatir sangat tampak di wajahnya.

"Ayya" lirih Nathan.

"Udah gakpapa" Ayyara kembali menaikkan masker yang ia pakai lalu melanjutkan langkahnya.

"Ayah lagi?" tanya Nathan.

"Seperti biasa, gue nakal jadi ayah hukum gue"

"Kalo dipukuli sama om David lagi bilang ke gue, nanti gue obati" ujar Nathan.

"Tapi? Lo bisa gak ngehentiin ayah pas mukul gue?"

Nathan hanya diam membisu. Ia tahu itu hanya ketidakmungkinan yang tak mungkin terjadi. Menghentikan David sama saja mencari celaka, jika tidak masuk rumah sakit maka langsung ke akhirat sana.

"Udah lupain aja" ucap Ayyara.

***

Wahhh akhirnya bisa update hehe

Berikan kritikan mu tentang chapter kali ini👉

Jangan lupa tekan bintang 🌟!!

Sampai jumpa di chapter selanjutnya...

NAYTHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang