On that starry night

84 8 4
                                    

Sang gadis tersenyum cerah melihat langit dengan hamparan bintang di hadapannya. Bahkan tidak menyadari sang pemuda sejak tadi ikut tersenyum senang melihat sang gadis yang sangat antusias tersebut.

"Ini, coklat hangat milikmu" Ucap sang pemuda dengan surai blonde yang memiliki akhiran ungu tersebut

"Terima kasih banyak, Vil-senpai. Hehe, sejujurnya aku tidak menyangka kalau Vil-senpai akan mengizinkanku meminum coklat hangat di malam hari seperti ini" Balas sang gadis

"Tentu saja sebenarnya tidak. Minuman hangat memang bagus untuk menghangatkan tubuh di malam hari. Tapi sebaiknya kau memilih minuman herbal dibanding coklat"

Sang gadis pun hanya memasang senyum lebar saat mendengar ucapan sang pemuda yang sudah dapat ia tebak tersebut.

"Tapi tentu saja aku juga tau kalau kau sangat menyukai makanan atau minuman manis tersebut. Tidak apa-apa, pastikan saja kalori dan kadar gula harianmu tidak berlebihan. Berat badanmu memang masih di bawah rata-rata. Namun kita tidak pernah bisa tau kapan akan bertambah pesat. Kalau kau ingin menjaganya agar tetap ideal, maka kau harus mengurangi kadar makanan manismu"

Pemuda bernama lengkap Vil Schoenheit tersebut duduk di samping sang gadis. Keduanya kini terduduk di bangku yang berada di halaman belakang Ramshackle Dorm dengan satu buah teleskop di hadapan mereka.

Malam sebelum hari libur, membuat keduanya memilih untuk menghabiskan waktu bersama. Dan stargazing adalah usul dari sang gadis, yang tentu saja disetujui sang pemuda.

"Bagaimana harimu?" Tanya sang pemuda- membuka pembicaraan

"Hm... sepertinya tidak ada yang spesial? Ah iya! Kemarin ada tes di pelajaran ramuan, dan untungnya berjalan lancar. Sepertinya semua berkat saran yang waktu itu senpai berikan saat kita belajar bersama. Terima kasih ya, Vil-senpai!"

Kedua manik sang gadis terlihat berbinar menatap hamparan bintang di langit malam. Senyum antusias merekah di wajahnya. Sejak awal datang ke dunia ini, ia selalu tertarik dengan berbagai hal yang masih sangat misterius baginya tersebut. Dan astronomi, adalah salah satu pelajaran yang ia sukai.

Maka dari itu sebenarnya ia sudah lama ingin melakukan stargazing seperti ini. Kedua maniknya kini menatap pemuda di sampingnya, ditambah lagi ia bisa melakukannya dengan pemuda yang sangat dicintainya tersebut.

"Lalu... sebenarnya sudah lama sekali aku penasaran dengan astronomi milik dunia ini. Tapi sepertinya kurang lebih sama dengan duniaku. Keduanya sama-sama terlihat indah" Ucap sang gadis dengan cengiran lebar

"Benarkah? Syukurlah kau menyukainya" Ucap Vil dengan senyuman di wajahnya. Vil menyukainya, wajah sang gadis yang selalu terlihat antusias setiap bercerita tentang hari-harinya tersebut. Senyuman sang pemuda membuat sang gadis segera memalingkan wajahnya yang perlahan memerah tipis.

Rasanya kapan pun Vil tersenyum seperti itu, Yuuki tetap tidak bisa menahan debaran di dadanya. Memikirkan hal seperti ini saja membuatnya yakin kalau saat ini wajahnya sudah bertambah merah. Dalam hatinya sang gadis berdoa agar Vil tidak menyadari hal tersebut.

Namun bagaimana mungkin Vil tidak menyadari reaksi sang gadis yang menurutnya selalu terlihat menggemaskan tersebut. Perlahan tangan sang pemuda terangkat, mengelus pelan surai gadis yang sangat dicintainya tersebut.

Sang gadis menutup matanya, merasa nyaman dengan elusan di kepala. Namun di dalam hatinya sang gadis merasa sedikit khawatir.

Ia tidak tau berapa lama waktu yang ia bisa habiskan di dunia ini. Ia tidak tau kapan ia bisa kembali ke dunianya. Ia tidak tau, berapa lama lagi waktu yang bisa ia habiskan bersama Vil.

Baginya, tentu saja ini adalah saat-saat yang paling membahagiakan. Siapapun pasti akan merasa bahagia saat biasa menghabiskan waktu bersama seseorang yang dicintai bukan?

Namun seketika sebuah pertanyaan terlintas di benaknya, "Apakah aku benar-benar pantas untuk bisa bersama senpai seperti ini?" Gumamnya tanpa sadar

Satu kalimat dari gadis tersebut berhasil menarik atensi sang pemuda yang sejak tadi terfokus pada langit berbintang.

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba kau..."

Yuuki tersenyum tipis mendengar pertanyaan sang pemuda yang terdengar sangat lembut tersebut

"Tidak, aku hanya merasa apakah aku benar-benar pantas untuk bisa berada di sisi Vil-senpai seperti ini..." Sang gadis menggantungkan ucapannya, melirik ke arah pemuda yang kini menatapnya dengan tatapan tidak percaya tersebut

"Mendapatkan cinta sebesar ini, justru membuatku sedikit takut"

"Ada banyak orang yang mencintai senpai. Dan diantara mereka pasti banyak yang lebih baik daripadaku. Lebih cantik, lebih tinggi... Apapun itu tentu saja pasti lebih baik daripada aku, sang gadis tanpa sihir yang bahkan bukan berasal dari dunia ini"

Sang gadis menghela nafas panjang sejujurnya mengatakan hal tersebut sangat menyakitkan baginya. Ah, Vil pasti saat ini merasa kesal padanya yang telah menghancurkan suasana. Padahal tidak sering mereka bisa menghabiskan waktu berdua di malam hari seperti ini.

Hingga sang gadis dapat merasakan sang pemuda memeluknya erat. Dan satu pelukan tersebut sukses membuat rasa sakit dan takut di dadanya menguap seketika. Hangat, adalah yang saat ini gadis tersebut rasakan.

"Kuharap kau tidak pernah berpikir seperti itu. Aku mencintaimu, dan itu tidak memiliki alasan seperti yang kau bilang tadi"

"Kecantikan itu bukan hanya yang terlihat dari luar saja. Kau adalah orang yang hebat. Bisa bertahan di dunia yang asing ini. Bahkan sampai membantu banyak murid di sekolah ini yang mengalami Overblot. Termasuk diriku sendiri"

"Kau memilikinya, mantra yang dapat menarik minat orang lain dengan sifat baik dan cerah yang kau miliki. Seharusnya kau lebih mengetahui lagi, apa saja kelebihan yang kau miliki"

Sang pemuda melepas pelukannya, tersenyum lembut kepada gadis yang dicintainya tersebut. Tangannya terangkat, menangkup dan mengelus pelan wajah sang gadis.

"Dan pada akhirnya memiliki wajah cantik, tinggi badan, ataupun sihir hebat seperti yang kau katakan tadi seharusnya tidak berguna bukan? Sebab pada akhirnya aku memilihmu. Memilih gadis tanpa sihir dengan wajah manis dan sifat secerah bunga matahari ini"

Sang pemuda kembali mengelus pelan surai sewarna langit malam milik sang gadis. "Kau seharusnya lebih percaya diri lagi karna aku telah memilihmu. Bahkan terkadang aku merasa kalau seharusnya aku yang tidak pantas mendapatkanmu"

Sang gadis tersenyum tulus, "Terima kasih banyak, Vil-senpai" Ucapnya sebelum kembali memeluk sang pemuda. Menghirup aroma manis milik sang pemuda yang selalu sukses membuatnya nyaman dan tenang tersebut.

Sang gadis dapat merasakan dadanya berdegup kencang. Ah, rasanya ia benar-benar mencintai pemuda yang saat ini berada di pelukannya tersebut.

"Seharusnya aku yang mengatakannya. Terima kasih banyak karna telah memilihku" Ucap Vil di bawah malam dengan langit berbintang itu

Pelukan ia lepaskan. Tangannya menautkan jari-jari miliknya dengan milik Yuuki yang selalu terasa lebih kecil tersebut.

Cengiran lebar kembali muncul di wajah sang gadis. Seandainya saja sang gadis tahu betapa Vil menyukai senyum secerah bunga matahari tersebut. Ia senang, karna paling tidak bisa mengurangi rasa khawatir sang gadis.

Vil selalu berharap kebahagiaan mengisi hari-hari sang gadis. Seandainya hari di mana sang gadis bisa memilih untuk kembali ke dunianya atau menetap di sini pun tiba, maka ia akan tetap mendukung apapun pilihan sang gadis.

Tangannya perlahan bergerak, mengambil secangkir coklat hangat miliknya, dan menyesapnya perlahan. Coklat hangat yang ikut ia buat untuk dirinya sendiri- karna ia tau bahwa sang gadis menyukai minuman terebut. Kedua manik sewarna permata amethyst miliknya memandangi hamparan bintang di tengah langit malam.

Dalam hatinya berharap, segalanya akan baik-baik saja untuk kedepannya.

On that starry night | Vil SchoenheitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang