"Akhh!"
seringaian kecil yang terukir jelas di wajah Ling mengakhiri pertarungan itu.
Yin mendesah kelelahan. "Hah... Melelahkan juga. Untung saja sisanya memilih mundur."
Zilong menyeletuk, "Ah, siapa tadi ya yang mengatakan 'aku akan menghabisi semuanya'? Ini belum semua. Kenapa sudah kelelahan?"
Yin berseru tak terima, "I-itu, energiku sebagian besar sudah digunakan saat perjalanan! Ini belum apa-apanya dibanding kekuatan terkuatku!"
Melissa menghampiri Yin, menjitaknya pelan. "Omong kosong, aku yang paling banyak membantu tadi!"
Yin meringis, mengelus kepalanya. "Baik-baik... Kau memang banyak membantu."
Ling tak menghiraukan mereka. Setelah menyarungkan kembali pedangnya, ia menghampiri Wanwan.
"Wanwan, Kau baik-baik saja?"
"Y-ya... Sepertinya sudah lebih baik."
Ling meraba dahi Wanwan. "Dahimu hangat, kau yakin tak apa-apa?"
"Oh ya. Aku lupa memberitahu, di luka Wanwan terdapat racun, jadi aku mengeluarkan racunnya tadi. Mungkin itu yang membuat Wanwan sedikit demam dan meriang. Tapi dia akan baik-baik saja, aku sudah merawatnya." Sahut Melissa dari belakang,
Ling terkejut, menghela napas panjang. "Begitu, ya? Maaf, harusnya aku menyadari dan mengeluarkan racunnya dari awal."
Yin terdiam, kemudian berjalan menghampiri Wanwan dan Ling. Menepuk pundak Ling.
"Tenanglah, Ling. Wanwan-mu akan baik-baik saja. Lihat, Melissa merawatnya dengan baik! Pasti di perjalanan dia akan menghantuimu dengan rok mininya lagi!" Ujar Yin. Niatnya memang menghibur, tapi sepertinya Wanwan tak terima.
"Ayolah, aku sudah berjanji tak akan melakukannya lagi, okey? Jangan dibahas."
Ling terdiam, bergumam lirih. "Aku lebih menyukai sifat itu..."
Wanwan mengangkat alis. "Kau mengatakan sesuatu?"
"Tidak, tidak ada."
Ling membelai lembut surai coklat Wanwan. "Setidaknya kau baik-baik saja sekarang."
Wanwan bersemu, mengalihkan pandangannya.
"Baiklah, bagaimana untuk misi?" Baxia buka suara, mengalihkan pembicaraan.
Ling bangkit dari posisinya. "Sebenarnya. Great Dragon hanya memerintahkan untuk mensiasati markasnya saja. Semuanya sudah jelas, bukan? Ini jelas tempat yang dituju. Memang, mereka bisa berpindah-pindah lagi. Tapi setidaknya, kita sudah mendapatkan dengan pasti dimana posisi mereka sekarang." Tangan Ling menopang dagu, menjelaskan.
"Tidak, Ling. Setelah ini, aku yakin mereka akan bergerak meninggalkan tempat ini. Ciri khas mereka sudah ketahuan, sepertinya mereka akan merubah strategi dan memperkuat kekuatan." Tambah Wanwan dengan suara lirih, ikut berdiri meski sambil bersandar di batang pohon.
"Benar juga..."
Suasana hening sejenak.
"Ah, baik. Untuk sekarang, lebih baik kita pulang dulu. Biarkan Wanwan beristirahat!" Melissa memecah keheningan.
"Eh? Aku tidak apa-apa jika kalian masih ingin melanjutkan--"
Ling mendekati Wanwan, tepat di depan wajahnya. "Kondisimu... Tidak meyakinkan. Kau harus beristirahat denganku. Kita akan melanjutkan misi jika sudah ada perintah. Untuk sekarang, kondisimu lebih penting."
Ling menarik kembali wajahnya dari wajah Wanwan. Tadi itu jarak yang sangat dekat.
"Apa kalian... Berciuman?" Melissa kegirangan. Wanwan salah tingkah. Yin mengikut pinggang Melissa di sebelahnya.
"Shh, jangan berisik, harusnya mereka bisa melakukannya jika kau tak membuatnya canggung!"
Melissa tersadar, reflek menutup mulutnya, menyengir. Sorry.
Zilong dan Baxia menghela napas, geleng-geleng kepala.
"Baiklah, Ling. Aku pulang duluan. Kau pulanglah bersama Wanwan-mu, terserah ingin menghabiskan malam bersamanya di hutan ini, atau ikut bersama kami."
Melissa tersenyum miring. "Baik-baik, mari kita pulang duluan, aku tak ingin mengganggu mereka. Ayo, Yin!" Lantas menyeret Yin meninggalkan tempat itu.
"H-hei Melissa! Oi!" Yin protes saat ditarik, namun Melissa mengisyaratkan untuk diam. Yin akhirnya mengerti, ikut dengan Melissa.
"Hm baiklah, kurasa kita juga harus pergi. Ayo, Baxia." Zilong menepuk pundak Baxia. Baxia mengangguk.
"Anak muda jaman sekarang. Selalu tentang cinta, cinta dan cinta." Gerutu Baxia. Zilong terkekeh.
Wanwan terdiam. Ditinggalkan begitu saja di hutan, disuruh pulang sendiri.... Tidak, bersama Ling? Yang benar saja!
"T-tunggu, Melissa! Yin!"
"Ahaha, selamat bersenang-senang, Wanwan! Hei Ling, kau berutang budi kepadaku!"
"Ya, akan kubalas. Terima kasih, Konsultan Cinta Yin."
"H-ha?"
Baik, Wanwan bingung sekali sekarang. Yin sudah memberitahu Ling tentang 'itu'. Tapi, Konsultan Cinta?
"H-hei, Ling. Apa maksudnya ini?"
Ling menyeringai. "Menurutmu, apa semua sudah jelas?"
Ling mendekatkan wajahnya. Memperkecil jarak antara wajahnya dan wajah Wanwan. Dilihatnya ekspresi Wanwan. Wajahnya merah, seperti tomat. Imut.
"L-Ling... Apa yang kau... Lakukan?"
"Entahlah. Apa yang harus aku lakukan padamu sekarang?"
Wanwan gugup. Memejamkan matanya. Pasrah apapun yang dilakukan Ling selanjutnya.
Ling terkekeh. Aku suka ekspresi itu.
Ia menjauhkan wajahnya. "Bukan di tempat dan saat yang tepat."
Wanwan membuka mata, mengernyitkan dahinya. "Apa?"
Ling kembali memegang tubuh Wanwan, mengendongnya ala bridal style, lompat tinggi menyusuri ranting pohon.
Wanwan mendesah pelan. "Kemana lagi kau akan membawaku, Ling...?"
"Ke suatu tempat. Di tempat yang hanya ada kau dan aku disana."
Dengan cepat, Ling melewati rombongan Zilong dan yang lain.
"Aku duluan, kawan. Adiós"
"Setidaknya lewat jalan lain, sialan!"
Ling melompat, melesat dan menghilang di bawah cahaya rembulan. Bersama Wanwan. Entah apa yang akan dilakukannya, nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Completed. [Ling x Wanwan]
RomansaMobile Legends Fanfiction Story [Ling x Wanwan] "Misi selesai. Musuh tereksekusi, Kau pun kumiliki." -Ling Wanwan pastilah tak akan menyangka apa yang saat misi di hari itu. Perjalanan pulang saat malam hari. Dengan bulan dan cahaya terangnya yang...